Ariane Triebswetter
Di jalan-jalan Kota Assisi yang menawan di wilayah Umbria, Italia, diliputi dengan suasana mistisisme. Di sana, berdiri bangunan Basilika Santo Fransiskus dari Assisi di lereng Gunung Subasio yang megah di Provinsi Perugia, sebuah situs kuno arsitektur dan artistik yang tak tertandingi.
Basilika itu sendiri merupakan aula besar berbentuk lonjong atau bangunan dengan pilar ganda dan apse setengah lingkaran, digunakan di Roma kuno sebagai pengadilan atau untuk majelis umum. Basilika tidak hanya memengaruhi arsitektur Assisi, tetapi juga menanam benih untuk Renaisans Italia awal.
Basilika ini dibangun sebagai tempat pemujaan untuk menghormati Fransiskus, orang suci dari Assisi. Situs ini dirancang oleh Maestro Jacopo Tedesco dan selesai pada 1253. Sebuah ruang
bawah tanah untuk jasad santo ditambahkan pada tahun 1822. Arsitektur basilika membantu membangun elemen khas arsitektur Gotik Italia, kombinasi arsitektur Romawi dan Gotik Eropa. Beberapa contoh arsitektur Gotik Italia di basilika diantaranya struktur penopang dinding (flying buttresses), menara lonceng, pengaturan polikromatik, kubah rusuk, dan jendela vertikal tinggi.
Situs ini memiliki dua tingkat: gereja atas dan gereja bawah. Arsitekturnya memadukan gaya Romawi dan Gotik karena gereja bagian atas bergaya Gotik Prancis dengan fasad bata berwarna putih dan elemen Italia yang menggunakan berbagai warna dan hiasan. Gereja bagian bawah dibangun dengan gaya Romawi Umbria dengan kubah berusuk di atas bagian tengah yang minim dekorasi dan samar-samar untuk mewakili etos kesederhanaan orang suci.
Situs ini juga menampilkan banyak lukisan dinding oleh seniman Italia awal Renaisans bergengsi seperti Cimabue, Pietro Lorenzetti, Simone Martini, dan Giotto. Lukisan-lukisan dinding adalah beberapa contoh pertama dari Renaisans Italia awal. (jen)
Ariane Triebswetter adalah jurnalis lepas internasional, dengan latar belakang sastra modern dan musik klasikÂ