Infeksi Sekunder Pasien COVID-19 di Daratan Tiongkok Lebih Parah, Penyebabnya Belum Diketahui

Huang Yimei/Changchun/Tony

Perkembangan epidemi di Tiongkok menjadi perhatian besar, karena kelompok pertama orang yang terinfeksi di Tiongkok masih belum pulih. Topik “infeksi sekunder” telah menarik perhatian, dengan diskusi seperti Semakin banyak orang yang terinfeksi, semakin lemah kekebalan tubuh mereka” dan “infeksi berulang akan membunuh mereka” adalah  kekhawatiran yang dikemukakan sejumlah orang.

Warga Tiongkok Daratan berkata : “Saya di rumah sakit sekarang, tempat tidurnya terbatas, pada dasarnya pasien yang positif dua kali, ini sudah tidak dilaporkan di TV.”

Netizen mengatakan bahwa jumlah kematian akibat infeksi sekunder di Beijing telah meroket.

Situasi yang sama juga terjadi di Shijiazhuang, Orang tidak tahu apakah itu infeksi ulang atau infeksi sekunder? Ia hanya tahu bahwa setelah terinfeksi lagi dalam sebulan, gejalanya menjadi lebih serius.

Lin Xiaoxu, mantan peneliti virus di Institut Penelitian Angkatan Darat Amerika Serikat, percaya bahwa jawabannya harus diperoleh setelah analisis khusus berdasarkan analisis kasus per kasus.

Lin Xiaoxu menambahkan : “Masalahnya di Tiongkok adalah tidak jelas strain virus apa  dalam infeksi pertama dan kedua, sehingga sulit untuk menganalisisnya secara spesifik. Infeksi kedua mungkin positif, tetapi mungkin juga terkait dengan penyakit bawaan atau jenis virus apa sebelumnya. Juga dikabarkan di internet bahwa strain Wuhan asli atau strain Delta telah ditemukan di beberapa tempat di Tiongkok, sehingga hal itu hanya membuat segalanya menjadi lebih rumit.

Menurut Tang Jingyuan, seorang komentator urusan saat ini dengan latar belakang medis bahwa  Partai Komunis Tiongkok yang bersikeras kepada “pembersihan dinamis” virus selama tiga tahun telah mengakibatkan sistem kekebalan yang relatif lemah di Tiongkok. Konsekuensi dari hal ini adalah bahwa kekebalan penduduk Tiongkok terhadap virus relatif lemah, termasuk ketidakefektifan vaksin Tiongkok. Konsekuensi lainnya adalah bahwa selama tiga tahun memadamkan epidemi, virus-virus tidak mengalami proses evolusi alami, sehingga virus-virus pada semua tahap, termasuk yang awal, bisa saja ada, dan virus-virus ini kemudian bisa saja ikut menginfeksi silang tubuh manusia.

Komentator Tang Jingyuan berkata: Strain virus yang berbeda dapat menginfeksi kembali pada orang yang sama. Kita semua tahu bahwa salah satu fitur terpenting Omicron adalah sangat mudah menular, dan juga memiliki kemampuan melarikan diri dari kekebalan yang sangat kuat. Ini berarti bahwa sistem kekebalan tubuh yang dikembangkan setelah infeksi awal tidak cukup untuk melindungi seseorang dari strain virus yang berbeda, kemungkinan besar infeksi strain yang berbeda menyebabkan banyak orang mengalami situasi positif sekunder ini.”

Merespon kecepatan mutasi virus, platform terbuka “Global Influenza Data Sharing Initiative” (GISAID) didirikan dengan menandatangani perjanjian dengan banyak pemenang Hadiah Nobel dan ilmuwan top di seluruh dunia. Negara-negara akan secara aktif mengunggah urutan gen virus corona baru dari kasus yang dikonfirmasi untuk dipelajari oleh para profesional terkait.

Menurut Tang, infeksi ulang dan infeksi sekunder adalah dua hal yang berbeda, dan tidak ada konsensus internasional tentang definisi infeksi sekunder. Penolakan pihak berwenang Tiongkok untuk merilis data tentang epidemi telah membuat para profesional tidak mungkin melakukan studi yang lebih kuantitatif dan terstruktur untuk menentukan apakah ini adalah infeksi ulang atau infeksi sekunder.

Tang Jingyuan: “Sekarang kita melihat semakin banyak kasus positif sekunder semacam ini di daratan Tiongkok. Penyakit ini umumnya semakin parah. Sebenarnya tidak ada preseden di luar negeri untuk fenomena ini.  Jika situasi seperti itu biasa terjadi, mungkin terkait dengan efek ADE yang disebabkan oleh infeksi berulang dengan strain yang berbeda, tetapi saat ini hanya dapat digunakan sebagai tebakan. Pasalnya,  PKT menyembunyikan situasi epidemi yang sebenarnya dan  Lembaga penelitian ilmiah di dalam dan luar negeri tidak diizinkan untuk melakukan penelitian secara transparan semacam ini.”

Efek ADE atau Antibody-dependent enhancement ” adalah di mana antibodi yang tidak menetralisir  diproduksi oleh tubuh setelah infeksi pertama dapat mendorong infeksi dengan non-serotipe virus, sehingga memperburuk penyakit. Pembukaan pemerintahan Partai Komunis Tiongkok tanpa peringatan dan epidemi yang parah, telah membangkitkan kewaspadaan internasional. Selain mengkhawatirkan munculnya varian baru virus, mungkin juga terjadi infeksi berulang di antara orang-orang yang telah terinfeksi.

Lin Xiaoxu menegaskan : “Karena banyak orang akan menghadapi masalah infeksi ulang, dan banyak orang dalam proses infeksi, akan sakit parah karena infeksi,  bahkan kematian, ini berada di luar kendali pemerintah, jadi apa yang dilakukan pemerintah menyebut hal ini, apalagi memperkenalkan beberapa langkah untuk mempercepat penyebaran virus, ini menurut saya sebenarnya sangat tidak bertanggung jawab.

Dikarenakan pasokan obat antipiretik tidak sebanding dengan tingginya permintaan, obat Human Immunoglobulin atau juga disebut dengan Intravenous Immunoglobulin Therapy (IVIG) yang membantu meningkatkan fungsi kekebalan tubuh, menjadi terapi lain yang diburu oleh masyarakat Tiongkok. Untuk diketahui, sediaan obat ini melalui pemberian obat injeksi atau infus melalui intravena. Kini di pasaran dibandrol dengan lebih dari 300 RMB menjadi  1.700 RMB. Menjelang malam Tahun Baru, 28 Desember tahun lalu, ada antrean panjang orang yang berjejer di jalan-jalan Wuhan untuk membeli human imunoglobulin, dengan batasan empat botol per orang. (hui)