oleh Li Zhaoxi
Baru-baru ini, balon mata-mata PKT telah menjadi topik pembicaraan hangat di dunia, dan Korea Utara tampaknya tidak ingin ketinggalan, ikut-ikutan menerbangkan balon. Pada Senin (6 Februari), Kepala Staf Gabungan Republik Korea (Joint Chiefs of Staff of the Republic of Korea. ROK JCS) memberi konfirmasi bahwa pada 5 Februari pihaknya telah menemukan sebuah balon yang diduga milik Korea Utara terbang memasuki wilayah udara Korea Selatan setelah terbang melewati udara perbatasan Korea Utara.
Menurut laporan media “The Korea Herald” pada 6 Februari, pasukan garis depan Korea Selatan yang berlokasi di Yeoncheon, Provinsi Gyeonggi pertama kali mendeteksi adanya sebuah balon sepanjang 2 meter yang dilengkapi dengan perangkat observasi terminal (TOD)terbang dari Korea Utara lalu memasuki udara Korea Selatan
Insiden tersebut langsung dilaporkan kepada JCS Korea Selatan, namun JCS memerintahkan militer untuk tidak mengambil tindakan apa pun kecuali meningkatkan pengawasan karena dinilai tidak menimbulkan ancaman.
JCS menilai bahwa karena balon tersebut mirip dengan instrumen ilmiah yang digunakan di seluruh dunia untuk keperluan meteorologi, maka militer Korea Selatan memutuskan untuk membiarkan balon itu melakukan pengamatan kondisi cuaca, termasuk suhu dan kecepatan angin.
Kementerian Pertahanan Korea Selatan dalam sebuah pernyataan menyebutkan bahwa Korea Selatan telah mengambil “tindakan” yang tidak ditentukan sebagai tanggapan atas insiden masuknya balon Korea Utara ke wilayah udara Korea Selatan meskipun waktunya hanya singkat.Â
Penemuan balon Korea Utara oleh Korea Selatan terjadi di tengah ketegangan antara AS dengan komunis Tiongkok atas dugaan insiden balon mata-mata PKT. Akhir pekan lalu, militer AS berhasil menembak jatuh balon tersebut yang terbang di atas perairan Negara Bagian Carolina.
Kementerian Pertahanan Nasional Korea Selatan mengkonfirmasi pada 6 Februari bahwa balon mata-mata PKT sebelum ditembak jatuh oleh militer AS pada 4 Februari telah terbang melewati wilayah udara Amerika Serikat dan Kanada, tetapi tidak terbang melewati wilayah udara Korea Selatan.
Dan Satterfield, pakar meteorologi AS sebelumnya telah mengemukakan bahwa berdasarkan analisis model yang dikembangkan oleh Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional yang didanai pemerintah AS, besar kemungkinan balon mata-mata PKT itu melewati udara Korea Selatan.
Baik Tiongkok maupun Korea Utara melepaskan balon tersebut dengan latar belakang ketegangan hubungan antara Amerika Serikat dengan Tiongkok, dan Korea Utara dengan Korea Selatan. Para ahli mengungkapkan bahwa balon udara saat ini sudah tidak lagi berteknologi rendah sebagaimana yang diperkirakan oleh orang awam.
“Balon yang dilengkapi dengan teknologi untuk spionase telah memulai debutnya di saat Perang Saudara berlangsung di AS”, ungkap Loch K. Johnson, pakar urusan internasional dan spionase di University of Georgia kepada media “The Daily Beast”.
Loch K. Johnson menyimpulkan beberapa keuntungan menggunkan balon mata-mata : lebih murah, satelit menghabiskan biaya ratusan juta dolar untuk membangun dan menempatkannya di orbit, dan jutaan lainnya untuk biaya pemeliharaan. Balon mata-mata juga dapat memperoleh informasi yang tidak dapat diperoleh melalui satelit orbit rendah Bumi, dan tetap sulit terdeteksi karena mampu terbang lebih tinggi dari kebanyakan pesawat terbang, sehingga tidak terlihat oleh mata telanjang dari darat. Selain itu, kecepatan perjalanan yang lebih lambat juga memungkinkan balon terhindar dari deteksi radar.
Johnson menambahkan bahwa ketinggian balon yang lebih rendah daripada satelit memberi kemungkinkan kepada balon untuk memiliki daya resolusi kamera yang lebih tinggi. Dan balon dapat mengapung di posisi terbaik suatu negara untuk melakukan pengawasan tanpa dicurigai.
Selain itu, balon dapat terbang hingga ketinggian sekitar 90.000 kaki, dan dapat dilengkapi dengan berbagai sistem yang memungkinkan mereka mendeteksi rudal, memantau situasi di darat, dan bahkan mungkin mempertahankan diri.
Insiden balon mata-mata PKT tampaknya sudah berakhir untuk saat ini, tetapi konsekuensi geopolitik dari insiden tersebut terus meluas. Pemerintah Jepang menyatakan pada 7 Februari bahwa mereka juga telah memantau ada benda terbang yang mirip dengan balon di wilayah udara Jepang dalam dua tahun terakhir, dan penyelidikan terkait telah dimulai. (sin)