Zheng Xiaoqi
Perang cip AS-RRT (Amerika Serikat – Republik Rakyat Tiongkok) telah berjalan sekian lama, baru-baru ini media massa menyoroti mesin pembuat cip semikonduktor yang sangat rumit dan amat mahal. Sementara itu demi mencegah Beijing memanfaatkan cip canggih untuk mengembangkan persenjataan militer dan alat pemantauan, AS tengah menggandeng Jepang dan Belanda untuk mencegah RRT memperoleh peralatan yang amat sangat berharga itu.
Sejumlah mesin yang sangat penting bagi industri iptek seluruh dunia diproduksi di pabrik yang terletak di samping ladang jagung di Belanda. Pemerintah AS sedang menggandeng sekutunya yakni Jepang, Belanda, dan lainnya, dalam rangka upayanya menjaga mesin-mesin tersebut agar tidak terjatuh ke tangan PKT (Partai Komunis Tiongkok).
Pada Jum’at (27/1) lalu, ada narasumber yang mengungkapkan kepada masing-masing kantor berita Bloomberg dan Financial Times bahwa AS bersama Jepang dan Belanda telah mencapai kesepakatan untuk membatasi ekspor peralatan pembuat cip kepada Beijing.
Apakah Alat Pembuat Cip Itu?
Sebuah pabrik cip dapat meliputi 1.000 peralatan bahkan lebih, dan setiap peralatan ditujukan untuk melakukan penyesuaian pada setiap langkah yang berbeda dalam prosesnya. Satu langkah pembuatan cip yang krusial disebut fotolitografi, alat yang dipergunakan mungkin sebesar sebuah bus tingkat (double-decker), bobotnya mencapai 200 ton lebih. Mesin itu menghasilkan sinar cahaya terfokus, dan membentuk sirkuit listrik mikro pada cip komputer, yang digunakan pada AI (Artificial Intelligent) mulai dari ponsel, laptop, sampai mobil, kecerdasan buatan dan berbagai keperluan sehari-hari lainnya.
Konkritnya, teknik fotolitografi adalah inti dalam pembuatan cip, dan fotolitografi setara dengan menggambarkan garis pada kepingan wafer silicon berbentuk kotak dengan sinar, lalu garis-garis tersebut di-etsa (etching), seperti mengukir di sebidang papan dengan pisau, hanya saja dalam litografi yang digunakan adalah cairan kimia. Keping silicon yang telah diproses etsa itu dijadikan transistor.
Semakin banyak jumlah transistor pada sekeping cip, maka fungsi cip tersebut akan semakin besar. Salah satu cara terbaik untuk mengukir lebih banyak transistor pada kepingan cip adalah dengan mengukir garisnya menjadi lebih halus. Teknologi inilah keahlian yang dimiliki oleh perusahaan Belanda ASML. Mesin litografi buatan ASML mampu mengukir garis paling halus di dunia.
Satu set mesin litografi yang paling besar dan paling presisi harus diangkut secara terpisah dengan tiga unit pesawat Boeing 747, biaya pembuatannya mencapai USD 160 juta dollar (2,4 triliun rupiah, sesuai kurs per 31/01).
Perusahaan Apa Saja Yang Membuat Mesin Litografi?
Bagi mesin litografi, teknologi yang paling utama/inti adalah sumber cahaya, berdasarkan teknologi sumber cahayanya tingkat kecanggihan mesin litografi dapat dikategorikan menjadi tiga jenis yaitu UV litografi, DUV litografi, dan EUV litografi.
Walaupun perusahaan AS seperti Applied Materials, KLA, dan LAM Research memiliki posisi dominan di bidang peralatan membuat cip, tapi mereka menghadapi persaingan dari Tokyo Electron Limited (TEL) dan kompetitor Jepang lainnya. Bagian tertentu dari keahlian tersebut, seperti litografi, didominasi oleh ASML dari Belanda, lalu Nikon dan Canon dari Jepang, di dalam negeri AS tidak tersedia pesaing yang kompeten.
Sejak tahun 2000, ASML dengan cepat berhasil merebut pangsa pasar dari kompetitor Jepang, saat ini di seluruh dunia perusahaan yang mampu memproduksi mesin EUV litografi hanya ASML, sedangkan Canon dan Nikon hanya mampu memproduksi mesin DUV litografi.
ASML menguasai 80% hingga 90% pangsa pasar mesin litografi. Karena biaya pengembangan yang sangat mahal, itulah sebabnya tidak ada kompetitor yang bersedia mencoba membuat mesin dengan sistem EUV yang paling rumit itu.
Pesaingnya Canon dan Nikon hanya mampu memproduksi alat pembuat cip generasi yang lebih tua, kemampuan utama Nikon difokuskan pada bidang mesin litografi UV (i-line) kelas paling bawah dan bidang DUV kelas kedua dari atas. Setelah perusahaan Intel, Samsung, dan TSMC menyadari efek krusial pada teknologi tersebut dalam mendorong daya komputasi, mereka pada 2012 berinvestasi di saham ASML.
Kurangnya pasokan mesin dari ASML adalah hambatan bagi para produsen cip, produsen cip berencana memperluas pabrik hingga lebih dari USD 100 milyar dolar (1.500 triliun rupiah) dalam beberapa tahun mendatang untuk memenuhi kebutuhan pasar akan cip.
Mengapa AS Membatasi PKT Memperoleh Mesin Litografi Canggih
Pejabat AS menyatakan, mereka berharap membatasi RRT meraih kemajuan dalam memproduksi semikonduktor tingkat lanjut, karena teknologi jenis itu adalah kunci utama bagi PKT untuk mengembangkan modernisasi militernya. Perlu diketahui, selama ini Beijing tidak pernah melepaskan ambisinya untuk menginvasi Taiwan.
AS berharap dapat mencegah RRT melakukan serangan terhadap Taiwan, karena Taiwan memiliki posisi teramat penting dalam rantai industri dunia; jika terjadi perang di Selat Taiwan, akan menimbulkan dampak yang bersifat bencana bagi perekonomian dunia.
Pejabat Gedung Putih menyebutkan, aksi pembatasan ini sangat penting, untuk mencegah Beijing mengembangkan kekuatan militer, mengembangkan persenjataan baru serta canggih, dan semakin memperkuat jaringan pengawasannya. Jaringan Pengawasan PKT sudah menjadi salah satu yang paling kompleks di dunia.
Langkah Pertama: Mencegah PKT Memperoleh EUV
Sejak 2018, untuk mencegah ASML mengekspor mesin litografi kepada Beijing pihak AS telah berkali-kali menghubungi Belanda. Pada Mei 2018, SMIC (RRT) telah memesan satu unit mesin litografi EUV jenis terbaru pada ASML. Instalasi tersebut bernilai USD 150 juta dolar, dan diprediksi akan serah terima pada awal 2019.
Pada Juni 2019, Menlu AS waktu itu yakni Pompeo berkunjung ke Belanda. Dalam pertemuannya dengan PM Belanda Mark Rutte ia meminta Belanda agar mencegah transaksi ekspor mesin litografi EUV kepada RRT. Jawaban Rutte adalah, walaupun Belanda hendak menjaga kebijakan yang sama dengan negara sekutu, tapi “setiap negara harus menentukan keputusan keamanannya sendiri”. Sebulan kemudian, Mark Rutte berkunjung ke Washington. Dalam kunjungan itu pejabat Gedung Putih menunjukkan sebuah laporan intelijen kepadanya, isinya adalah “Akibat Yang Mungkin Timbul Bila PKT Memperoleh Mesin Litografi”.
Pada 30 Juni tahun yang sama, izin ekspor yang diberikan pemerintah Belanda bagi ASML telah habis masa berlakunya, dan biasanya proses evaluasi dan perpanjangan bisa memakan waktu hingga delapan pekan. Tak lama setelah kunjungan Rutte ke AS, pemerintah Belanda memutuskan untuk tidak memperpanjang izin ekspor tersebut. Saat itu, transaksi mesin litografi EUV antara SMIC dengan ASML pun ditunda, setelah itu hanya mesin litografi DUV yang dapat menyelesaikan proses pembelian itu.
Oleh sebab itu berkat tekanan dari AS, sejak 2019 ekspor mesin litografi EUV ASML ke RRT tidak mendapatkan izin dari pemerintah Belanda, pembatasan ini pun lebih lanjut memperkecil penjualan ASML terhadap RRT.
Lobi AS itu membuat hubungan RRT dengan Belanda sangat tegang. Surat kabar Wall Street Journal pada 19 Juli 2021 lalu memberitakan, menurut narasumber, pejabat RRT terus mencecar pejabat Belanda dengan pertanyaan mengapa tidak mengeluarkan izin tersebut, yang mengakibatkan litografi EUV ASML tidak dapat dijual kepada RRT. Pada 2020, Dubes RRT untuk Belanda menyatakan pada surat kabar Belanda, jika ASML tidak diperbolehkan mengekspor mesin litografi canggih kepada Tiongkok, maka hubungan dagang kedua negara akan ikut rusak.
Apa Itu “Perjanjian Wassenaar”
Dalam sejarah (1996), AS pernah memimpin puluhan negara Barat lainnya untuk menandatangani Perjanjian Wassenaar, Belanda juga salah satu negara yang menandatanganinya. Dalam daftar embargo pada Perjanjian Wassenaar itu meliputi: sebuah daftar embargo terhadap produk dwifungsi untuk sipil dan militer, termasuk bahan canggih, pengolahan bahan, peralatan elektronik, komputer, telekomunikasi dan keamanan informasi, sensor dan laser, instalasi navigasi dan penerbangan, perlengkapan kapal dan maritim, sistem penggerak, total mencapai 9 jenis; sedangkan daftar embargo produk militer lainnya, meliputi berbagai jenis amunisi dan persenjataan, perlengkapan dan platform tempur dengan total mencapai 22 jenis.
Walaupun Perjanjian Wassenaar memperbolehkan negara anggota memberlakukan pengendalian ekspor terhadap teknologi masing-masing atas dasar sukarela, tapi faktanya kebijakan ekspor teknologi penting negara anggotanya terpengaruh oleh Amerika.
Selain RRT yang dikuasai oleh partai komunis, negara lain seperti Iran dan Libya pun masuk dalam daftar embargo tersebut. Perjanjian Wassenaar adalah cerminan yang jelas akan kepentingan strategis dan gagasan politik yang sama antara Eropa dan Amerika.
Komponen mesin litografi EUV pada dasarnya berasal dari negara-negara yang terikat dalam “Perjanjian Wassenaar”, AS dapat mengintervensi dari mata rantai manapun untuk mencegah terjadinya transaksi, PKT akan sangat sulit mengelabui negara penandatangan kontrak untuk mengimpor mesin litografi EUV.
AS-PKT Konfrontasi di Perdagangan Dunia
Pada Oktober tahun lalu, AS telah mempublikasikan daftar pembatasan ekspor unilateral secara komprehensif, tujuannya agar PKT sulit mendapatkan atau mengembangkan komputer super dan teknologi semikonduktor canggih untuk digunakan pada militer dan fungsi terkait lainnya (seperti AI, pemodelan senjata nuklir, dan senjata hipersonik).
Wakil Menteri Perdagangan Urusan Ekspor Thea Kendler pada Oktober 2022 lalu menyatakan, terhadap pembatasan ekspor semikonduktor terkait parameter teknis ECCN telah tercapai kesepakatan dengan “Perjanjian Wassenaar”, menurut “Regulasi Administrasi Ekspor” (EAR) pasal 746 ayat 8, Biro Keamanan dan Industri (BIS) Kemendag AS berencana memasukkan aturan terkait dalam perjanjian itu. Kendler juga menjelaskan, aturan pembatasan ini pasti juga menimbulkan efek yang sama terhadap Rusia.
Beijing mengkritik tindakan AS itu sebagai serangan dalam perdagangan bebas, dan mengajukan gugatan pada WTO. Pada 12 Desember tahun lalu, dalam sebuah pernyataan Kemendag RRT, ia menyebutkan: “RRT mengajukan gugatan pada WTO, untuk menyelesaikan kepedulian pihak RRT lewat jalur hukum, ini adalah jalur utama untuk melindungi hak diri yang sah secara hukum.”
Pernyataan Beijing itu menambahkan, pembatasan AS “telah mengancam stabilitas rantai pasokan industri seluruh dunia”. Kedubes RRT di Washington DC menyatakan, AS telah merusak kegiatan dagang normal antar perusahan RRT dengan AS.
Dalam meresponnya, AS menyatakan WTO “bukanlah forum yang tepat untuk menyelesaikan masalah keamanan negara”. Wakil Menteri yang menangani administrasi ekspor dalam pernyataannya mengatakan, bercermin dari upaya pemerintah RRT menghapus batasan antara penggunaan militer dengan penggunaan sipil, “kepentingan keamanan nasional AS menuntut kami mengambil tindakan tegas, menolak (PKT) memperoleh teknologi canggih”.
Direktur Teknologi Keamanan Pusat dan Proyek Keamanan Nasional yang berkantor pusat di Washington yakni Martijn Rasser di Desember tahun lalu mengatakan pada VoA, perselisihan ini telah “menonjolkan betapa sedikitnya opsi Beijing untuk bisa melawan tindakan AS. Sebenarnya ini adalah aksi simbolis dari Beijing. Saya tidak merasa pemimpin PKT berharap memperoleh hasil yang menguntungkan bagi mereka. Tapi ini adalah salah satu dari sedikit tindakan yang bisa mereka lakukan, jadi mereka pun melakukannya”, ujar Rasser.
Langkah Berikutnya Adalah Membatasi PKT Memperoleh DUV?
Jika serangkaian tindakan ini efektif, mungkin akan didesak perusahaan AS dan asing yang menggunakan teknologi AS untuk memutus dukungan ahli rancang pabrik dan cip bagi PKT. Tapi seandainya efektif, maka AS memerlukan Belanda dan Jepang bergabung dalam tindakan pembatasan serupa.
Belanda adalah peserta kunci bagi AS untuk memutus pasokan strategis microchip bagi PKT, Jepang telah menyatakan siap bekerjasama dengan AS, tapi Belanda masih menempuh cara hati-hati, menurut tiga orang pejabat AS yang turut serta dalam pembahasan ini, AS telah menghabiskan waktu berbulan-bulan meminta bantuan dari Belanda, meminta agar Belanda mengambil sikap keras terhadap PKT.
Pada Jum’at (27/1) lalu, pejabat Belanda dan Jepang melangsungkan pertemuan di Washington DC, pembicaraan tersebut dikepalai oleh penasihat keamanan nasional Gedung Putih yakni Jake Sullivan, yang isinya menyangkut masalah yang luas.
Kantor berita Bloomberg dan surat kabar Financial Times memberitakan, menurut narasumber dalam perbincangan tersebut AS, Belanda dan Jepang telah mencapai kesepakatan, untuk membatasi ekspor mesin pembuat cip canggih kepada PKT. Kesepakatan tersebut akan memperluas kebijakan pembatasan ekspor teknologi cip yang dikeluarkan AS pada Oktober tahun lalu hingga mencakup perusahaan Belanda dan Jepang, termasuk ASML, Nikon, dan Tokyo Electron Limited (TEL). Situs Politico juga memberitakan, pembatasan ekspor yang sedang dipertimbangkan akan mengincar mesin litografi DUV buatan ASML.
Dalam suatu pernyataannya ASML menyatakan, perusahaan memahami “kesepakatan yang telah dicapai antar pemerintah, menurut pemahaman kami, kesepakatan tersebut menyoroti teknologi pembuatan cip canggih, termasuk namun tidak terbatas pada alat litografi yang canggih. Sebelum mulai efektif, harus lebih dijelaskan secara seksama dan diterapkan dalam hukum, dan hal ini butuh waktu”.
Di kalangan industri ini, cip 1 nm dianggap lebih canggih daripada cip 2 nm. Mesin litografi EUV paling cocok untuk memproduksi cip 1 nm, sedangkan mesin DUV lebih terbelakang satu generasi dibandingkan mesin EUV. Menggunakan DUV dibutuhkan lebih banyak lapisan photomask, dan efek gambar setelah multiple exposure agak buruk, rasio imbal hasil yang didapat agak rendah, biaya produksi untuk satu cip lebih tinggi. Tapi dalam kondisi tertentu, mesin DUV saat dikombinasikan dengan teknologi lainnya dapat “diperkuat”, ini bisa meningkatkan nilai strategisnya dalam tarik ulur teknologi cip.
Tahun 2020, total penjualan ASML di pasar Tiongkok mencapai 17%. Tapi penjualan ini hanya sebatas pada mesin litografi generasi yang lebih lama. Analis menyatakan, jika tidak memperoleh mesin canggih yang diproduksi ASML, produsen cip di Tiongkok tidak akan mampu memproduksi cip yang canggih. “PKT tidak mungkin mengandalkan dirinya sendiri untuk membangun suatu industri pionir. Tidak ada peluang”, begitu kata analis dari Sanford C. Bernstein yang bernama Stacy Rasgon pada 12 Desember lalu kepada Bloomberg. (sud/whs)