oleh Huang Yimei
Sementara pemerintah Tiongkok berupaya memperluas kekuatan angkatan lautnya, ia juga mencoba untuk menantang superioritas angkatan udara Amerika Serikat. Militer Tiongkok selain mempercepat produksi massal jet tempur J-20, Angkatan Darat Divisi ke-75 PLA juga digerakkan dalam latihan perang yang diadakan di Provinsi Guangxi, Tiongkok. Dunia luar percaya bahwa latihan militer tersebut ditujukan untuk menghadapi kekuatan Amerika Serikat. Sementara itu, performa siluman dari jet tempur J-20 yang dibangga-banggakan pemerintah Tiongkok kembali memicu perbincangan hangat.
Saat ini militer Tiongkok sedang mempercepat produksi massal terhadap pesawat tempur siluman J-20 dengan tujuan untuk menyaingi pesawat tempur siluman Amerika Serikat F-22. Banyak kalangan berspekulasi tentang berapa banyak pesawat tersebut yang mampu diproduksi Tiongkok.
Belum lama ini, sebuah lembaga penelitian militer Inggris merilis laporan yang menyebutkan bahwa produksi J-20 Tiongkok tahun ini bakal melebihi jumlah F-22 Amerika Serikat.
“PKT mengandalkan kapasitas produksi industrinya, terutama industri penerbangan. Misalnya, Menteri Pertahanan saat ini Li Shangfu yang berasal dari sistem kedirgantaraan industri militer, sehingga mereka berusaha untuk mengintegrasikan kepentingan kedirgantaraan dengan penerbangan yang tujuannya tak lain adalah untuk bersaing dengan kekuatan asing demi supremasi udara di masa depan. Karena itu, dalam hal output, mereka mungkin saja dapat dengan cepat mengejar ketinggalan, tetapi dalam hal kualitasnya, Tiongkok mungkin masih tertinggal satu generasi, yaitu sekitar 10 hingga 15 tahun dari Amerika Serikat,” kata Su Tzu-yun Ph.D, Direktur Strategi dan Industri Militer Institut Riset Keamanan Pertahanan Nasional Taiwan.
Wang Zhisheng, Sekretaris Jenderal Asosiasi Pertukaran Elit Asia-Pasifik (Asia-Pacific Elite Interchange Association) mengatakan bahwa superioritas udara dan superioritas Angkatan Laut AS dapat bertahan setidaknya hingga tahun 2030. Jadi militer Tiongkok mencoba untuk mengungguli kekuatan F-22 AS dengan mengandalkan jumlah J-20 yang bakal dimiliki.
“Tidak peduli apakah Tiongkok memiliki dua atau tiga kapal induk, kita semua tahu bahwa kemampuan melepaskan jet tempurnya dari kapal induk sangat lemah. Izinkan saya memberi Anda sebuah gambaran, seperti kapal induk Armada Ketujuh AS, ia rata-rata dapat melepaskan satu jet tempur F-35 dalam satu menit, tetapi kapal induk Tiongkok “Liaoning” atau satunya yang bernama “Shandong”, mereka hanya mampu melepas 1 jet tempur dalam 15 menit. Perbedaannya adalah 15 kali. Dengan memasukkan faktor ini, Anda dapat membayangkan bahwa kuantitas bukanlah standar superioritas udara yang menentukan segalanya,” jelas Wang Zhisheng.
Jet tempur J-20 yang dibanggakan oleh militer Tiongkok, meskipun diklaim memiliki kemampuan siluman yang tinggi, tetapi canard-nya di depan badan pesawat akan melemahkan efektivitas kinerja siluman.
Wang Zhisheng mengatakan : “Tiongkok mencantumkan J-20 sebagai pesawat tempur generasi kelima karena mereka mengklaim bahwa J-20 memiliki kemampuan siluman yang setara dengan F-22. Mungkin saja beberapa kemampuan siluman memang dimiliki oleh J-20, tetapi berbeda dengan F-22 yang sama sekali bisa tidak terlihat dalam pertempuran. Saat bertarung di udara, J-20 bukanlah pesawat tempur generasi kelima yang sebenarnya. Ia tidak mungkin mencapai penerbangan supersonik yang efektif, dan tidak bisa melakukan pertempuran udara dalam waktu panjang.”
Su Tzu-yun : “Militer Tiongkok mulai mengembangkan J-20 pada tahun 2010, dan mulai mempublikasikannya secara bertahap pada tahun 2011 dan 2012. Tentu saja, ia memiliki keuntungan sebagai pendatang baru. Ia dapat menggunakan teknologi yang lebih matang, tetapi juga memiliki perbedaan kualitatif dalam ilmu dasar. Misalnya, di mesin, ini adalah perbedaan terbesarnya. F-22 dapat melakukan penerbangan secara supersonik terus menerus, tetapi J-20 tidak bisa.”
Analisis menunjukkan bahwa jet tempur F-22 AS hampir dirakit dengan semua teknologi militer paling canggih saat ini, dengan kompartemen amunisi built-in, yang dapat mencapai ketinggian lebih dari 50.000 kaki dan kecepatan lebih dari Mach. 1.5 tanpa menggunakan afterburner. Karakteristik ini dikenal sebagai supercruise yang diakui sebagai jet tempur terkuat di dunia.
Berbeda dengan sebagian besar pesawat militer AS, jet tempur F-22 tidak pernah dirancang sebagai “tipe pesawat untuk ekspor” karena ia penuh dengan teknologi rahasia. Jadi pesawat tempur ini tidak dimiliki oleh militer negara lain kecuali USAF.
Seorang mantan pejabat senior Kementerian Pertahanan AS mengatakan bahwa militer Tiongkok telah mencuri rahasia militer AS dan membuat versi peniru dari F-22 Raptor, yaitu jet tempur generasi kelima J-20.
Chang Yen-ting, mantan Wakil Direktur Angkatan Udara Taiwan mengatakan : “F-22 dan J-20 keduanya memiliki mesin kembar, tetapi mesin F-22 lebih baik daripada mesin vortex 19 dan vortex 20. F-22 diluncurkan dengan sistem ketapel yang dapat mempersingkat waktu. ini jadi keuntungan F-22. Militer AS memiliki pengalaman tempur dengan pesawat siluman, sedangkan J-20 belum ada. Jadi, F-22 lebih unggul dari J-20 dalam hal akumulasi pengalaman tempur, peningkatan pengalaman tempur, dan semua akumulasi pengalaman di medan perang”.
Su Tzu-yun mengatakan : “Bagaimana pun, Amerika Serikat telah mengumpulkan hampir 60 tahun pengalaman tempur yang sebenarnya, jadi kombinasi perangkat lunak dan perangkat kerasnya adalah yang paling memenuhi kebutuhan dalam pertempuran yang sebenarnya, dan itu juga sudah terbukti. Tapi J-20 yang entah lahir dari mana, walau ia juga mungkin memiliki beberapa desain konseptual, tetapi belum pengalaman, belum pernah terbukti, jadi mungkin ada beberapa kekurangan yang membutuhkan perbaikan, ini jelas akan menjadi kelemahan dalam pertarungan yang sebenarnya.”
Pada akhir Maret, Amerika Serikat mengumumkan pembatasan baru terhadap industri chip Tiongkok. Para cendekiawan percaya bahwa pembatasan baru akan berdampak signifikan terhadap kekuatan tempur militer Tiongkok di masa mendatang.
Saat ini, penerapan chip di peralatan militer Tiongkok telah satu generasi berada di belakang negara-negara Barat, dan gap ini dapat melebar hingga 2 atau lebih generasi di masa mendatang jika Tiongkok gagal untuk mengembangkan sendiri chip yang mereka inginkan. Dalam keadaan seperti itu, bilamana Tiongkok berperang untuk menantang tatanan dunia, maka tingkat kegagalannya tentu sangat tinggi. (sin)