Epoch Times
Fox News membenarkan bahwa mantan Wakil Presiden AS Mike Pence akan bergabung dalam perlombaan nominasi Partai Republik untuk diikutkan dalam Pemilihan Presiden AS tahun 2024. Tentu saja ia ingin mencoba untuk menyaingi mantan bosnya, Donald Trump.
Menurut laporan beberapa media, bahwa Mike Pence merintis pencalonan dirinya dengan berkampanye lewat memposting video dan berpidato di negara bagian Iowa.
Sumber yang mengetahui pemikiran Mike Pence kepada Fox News dan Reuters mengatakan bahwa Pence akan mengumumkan pencalonan dirinya dengan video kampanye dan acara kegiatan di Des Moines, Iowa pada Rabu (7/6) depan.
Para pakar telah lama memprediksikan bahwa Pence dapat mencalonkan diri dalam pemilihan presiden 2024, karena dia telah menghabiskan dua tahun terakhir untuk bepergian ke seluruh negeri, dan membantu mengumpulkan dana untuk kandidat dari Partai Republik yang mencalonkan diri dalam pemilihan tahun 2022. Selama perjalanan itu, Mike Pence telah berulang kali mengunjungi Iowa, New Hampshire, South Carolina, dan Nevada, Keempat negara bagian ini termasuk yang pertama memberikan suara pada jadwal kampanye pencalonan presiden dari Partai Republik.
Mantan wakil presiden AS tersebut juga menghabiskan waktu berbulan-bulan di akhir tahun lalu dan awal tahun ini dalam kegiatan tur buku nasional untuk mempromosikan memoarnya, “So Help Me God”. Otobiografi tersebut menceritakan kariernya, termasuk 4 tahun bekerja membantu Presiden Trump. Di belakang layar, Pence sibuk dengan keinginan untuk memperkuat tim konsultan jangka panjangnya dan niat untuk membangun sebuah tim kampanye dari negara bagian utama yang sejak awal telah memberikan suara.
Dalam wawancara dengan media dan ketika ditanya tentang pencalonan diri sebagai presiden, Pence menegaskan kembali bahwa dia dan istrinya, Karen Batten, akan “membuat keputusan saat kami merasa terpanggil, dan kami akan pergi ke tempat kami dipanggil”.
Kecuali Trump sendiri yang menginisiasi keinginan untuk bersaing dalam perebutan tahta di Gedung Putih pada bulan November tahun lalu, tokoh senior lainnya dalam pemerintahan Trump, yaitu mantan gubernur South Carolina dan mantan duta besar AS untuk PBB, Nikki Haley pada Februari tahun ini juga meluncurkan kampanye pencalonan diri sebagai kandidat dari Partai Republik untuk pemilu 2024.
Colin Reed, penasihat Partai Republik mengatakan : “Pence mengantongi ‘Tiga kemenangan’ lantaran memiliki pengalaman bertugas di Kongres, jabatan gubernur dan pemerintahan”.
“Dia pernah mengalami terpaan ‘gelombang besar’ dalam menjalankan tugasnya. Dia tahu bagaimana melakukan hal ini (mengacu pada kampanye presiden). Dia memiliki sekelompok orang berpengalaman di sekitarnya. Dia tahu siapa dirinya dan dia tahu mengapa ia ikut mencalonkan diri. Dan di masa lalu Pence juga telah melalui masa-masa sangat sulit, akan sulit memaksa orang lain untuk mengabaikan pengaruh dari pengalaman seorang Pence”, kata Colin Reed.
Tetapi jajak pendapat dalam perlombaan pencalonan Partai Republik 2024 menunjukkan Pence, Haley, dan kandidat presiden Republik lainnya tertinggal jauh di belakang Trump dan Gubernur Florida Ron DeSantis, yang sejak minggu lalu memulai kampanyenya untuk bersaing menuju Gedung Putih.
Menurut jajak pendapat “Real Clear Politics” pada 1 Juni, Pence mendapatkan dukungan di internal Partai Republik masih berada di bawah 4%. Sedangkan Trump mendapat 53%.
Pence termasuk dalam daftar yang tercatat nama-nama seperti Senator South Carolina Tim Scott, mantan Gubernur Arkansas Asa Hutchinson, pengusaha multimiliuner dan komentator konservatif Vivek Ramaswamy, pengusaha Michigan Perry Johnson, pendeta Texas dan CEO M&A Ryan Binkley, dan mantan Sekretaris Negara Bagian Montana Corey Stapleton.
Pence adalah mantan anggota kongres yang menjadi gubernur Indiana ketika Trump menunjuknya sebagai calon wakil presiden pada tahun 2016. Pence telah menjadi wakil presiden setia Trump selama empat tahun, hingga insiden di Capitol Hill pada 6 Januari 2021. Pence telah mengatakan bahwa dorongan Trump terhadap para perusuh yang menyerbu Capitol Hill pada 6 Januari membuat dia dan keluarganya dalam bahaya.
Dalam lebih dari dua tahun sejak berakhirnya pemerintahan Trump, hubungan antara mantan presiden dengan Pence semakin renggang. Pence pernah memarahi mantan bosnya, memanggil namanya ketika membahas klaim Trump bahwa Pence bisa membatalkan hasil pemilihan presiden tahun 2020.
“Beberapa orang di internal partai percaya bahwa, sebagai ketua sidang gabungan Kongres, saya memiliki otoritas tersendiri untuk menolak hasil pemungutan suara Electoral College”, kata Pence di akhir pidatonya dalam pertemuan Federalist Society yang berlangsung di Florida pada awal tahun lalu.
“Presiden Trump mengatakan bahwa saya memiliki hak untuk ‘membatalkan hasil pemilihan’. Presiden Trump salah … saya tidak berhak untuk membatalkan hasil pemilihan”, ujar Pence yang disambut oleh tepuk tangan dari para pengacara konservatif.
Pada 6 Januari 2021, Pence menyatakan di depan rapat gabungan Kongres bahwa dia tidak memiliki kekuasaan untuk memveto hasil pemungutan suara Electoral College yang kontroversial. Pada waktu yang hampir bersamaan, Trump mengatakan dalam pidatonya sekitar dua mil dari Capitol Hill : “Saya harap Mike dapat melakukan hal yang benar. Karena pengacara konstitusi mengatakan bahwa campur tangan Pence ‘dapat dibenarkan’ “
Pence melanjutkan banyak kebijakan Trump sambil menggambarkan dirinya sebagai alternatif yang tenang dan berorientasi terhadap konsensus dengan Trump. Dia juga mengeluarkan imbauan langsung kepada komunitas Kristen Evangelis. Akhir-akhir ini Mike Pence menghabiskan banyak waktunya untuk mengunjungi gereja-gereja besar di seluruh negeri. (sin)