Xue Mingzhu & Yi Fan
“Dia adalah seorang gadis kecil yang cantik, cerdas, dan kaya akan kualitas seni.” Begitulah Julie mendeskripsikan putrinya. Akan tetapi pada suatu hari, ketika putri yang telah dibesarkannya selama belasan tahun itu tiba-tiba memberitahunya, bahwa dia ingin melakukan operasi transgender (ganti kelamin, red.), Julie tidak tahu harus berbuat apa.
Apakah akhirnya sang putri menjalani operasi tersebut? Bagaimana Julie melaluinya? Belum lama ini Julie telah berbagi pengalamannya yang penuh liku-liku ini dengan The Epoch Times.
Julie adalah seorang ibu kulit putih Amerika, dia adalah seorang pengacara semi-pensiun yang telah berprofesi lebih dari tiga dekade. Bersama suaminya Julie hidup dengan dua orang putrinya di wilayah selatan Amerika Serikat. Dua putri yang lucu itu, satu berusia 13 tahun, dan satu lagi berusia 19 tahun, yang keduanya diadopsi oleh pasutri itu dari Tiongkok.
Putri sulung yang bernama Irene adalah seorang bayi terlantar, saat ditemukan dia baru dilahirkan 13 hari sebelumnya. Pada 2005, Irene yang baru berusia 13 bulan diadopsi oleh Julie. “Waktu itu dia hanya berbobot 7,20 kg, dia tidak bisa menangis, tidak juga bisa bersuara, bahkan botol susu pun tidak mampu digenggamnya.”
Julie membawanya ke AS (Amerika Serikat), lalu ia mendatangi seorang spesialis anak di New York. Pakar itu mengatakan gizi si anak kurang baik, tetapi beruntung belum terlambat. “Kurang dari dua minggu, anak itu sudah bisa memegang botol susu. Sekitar 10 hari kemudian, akhirnya dia pun menangis, karena merasa sangat lapar.”
Julie menemukan Irene ternyata masih memiliki ingatan akan masa bayinya. Di saat Irene berusia 4 tahun, mereka sekeluarga bersantap di sebuah restoran chinese food, restoran tersebut bergaya Tiongkok yang sangat kental. “Tahukah Anda? Irene tiba-tiba berkata, ‘Mama, kita sekarang berada di Tiongkok.’ Saat saya sedang membaca menu, Irene menatap ruangan di depannya, lalu berkata, ‘Disitulah mereka meletakkan ranjang bayi yang baru lahir’.”
Saat Irene berusia 5 tahun, suatu kali di pesawat, pramugari bertanya minuman apakah yang diinginkannya, Irene menjawab dengan sopan. Saat pramugari memujinya, Irene berkata, “Em, merekalah yang membuat saya taat. Saat di panti asuhan, Mama, saya harus menurut.”
Di usia 8 tahun, Irene telah memahami makna dari adopsi, dan timbul ketertarikan atas identitas dirinya. “Lewat komputer saya, dia melihat nama Mandarinnya, dan berupaya mencari keluarganya melalui internet. Kami telah menghabiskan waktu sekitar setahun untuk membuatnya mengerti, bahwa sekarang kamilah keluarganya.”
Satu tahun kemudian, Irene tidak lagi mencari. Dia berkata, “Baiklah, aku mengerti, seorang tuan putri telah diadopsi oleh sebuah keluarga yang sangat baik.”
Di usia sekolah, Julie menyekolahkan Irene ke sebuah sekolah Anglikan Katolik, ini adalah sekolah yang sangat baik. Disana Irene belajar Bahasa Mandarin dan Spanyol, juga biola. Julie berkata, kemampuan bahasa Irene sangat baik, tapi ketrampilan sosialnya agak kurang, sehingga setelah lulus SMP, dia tidak memiliki teman.
Dokter Yang Menakutkan
Irene mulai mengalami masalah pada masa SMA-nya.
Julie berkata, di kelas SMA Irene ada sekitar 100 orang murid, yang hampir tanpa orang Asia. Hingga akhir tahun kelas 1 SMA, Irene hanya mempunyai seorang teman, seorang gadis yang berpakaian aneh. “Saya tidak peduli dengan penampilan orang lain, tetapi perkataan dan perilaku anak ini membuat saya merasa sangat tidak tenang. (Tak disangka) Irene perlahan mulai menyukai gadis itu.”
Suatu hari pada Juni 2019, Irene yang baru berusia 15 tahun itu tiba-tiba memberitahu orang tuanya bahwa dirinya adalah seorang biseksual. Julie bertanya padanya, mengapa? Apakah kau menyukai pria dan wanita? Irene menjawab, “Em, aku menyukai pria dan wanita.” Waktu itu adik perempuan Irene hanya 9 tahun, Julie pun terpaksa menghentikan pembicaraan itu.
Namun masalah masih terus memburuk. Beberapa minggu kemudian, Irene berubah sikap dan mengatakan bahwa dirinya adalah kaum lesbi. Beberapa minggu kemudian berlalu, Irene kembali meralat perkataannya dan berkata bahwa dia adalah seorang transgender.
Untuk memastikan keadaan, Julie membawa Irene ke dokter. Tak disangka, perkataan para dokter membuat Julie sangat terkejut.
Dokter pertama yang ditemui Julie adalah seorang dokter psikiater. Dokter itu mengatakan, karena Irene diadopsi, jadi ada sebuah masalah pengakuan gender, Julie meninggalkan dokter itu. Lalu mencari dokter yang lain, dokter kedua mengatakan, dia tidak bisa memastikan Irene sebagai seorang laki-laki, tetapi Irene telah melakukannya. Julie terpaksa mencari dokter ketiga.
“Mereka semua sangat menakutkan”, Julie berkata, “Mereka telah memastikan status Irene sebagai laki-laki”.
Dalam enam bulan, Julie mencari satu demi satu dokter, semuanya membuatnya pulang dengan kecewa. “Mereka berusaha meyakinkan saya — Anda harus mengikuti kehendak anak Anda. Suatu kali, saya membawanya ke rumah sakit. Dokter itu berkata, apakah Anda menginginkan seorang putri yang mati, atau putra yang masih hidup? Mereka benar-benar mengatakan itu kepada saya. Saya berkata pada mereka, Anda baru mengenal putri saya 10 menit, saya telah hidup bersama putri saya selama 15 tahun! Suami dan saya tidak rela membiarkan anak saya menjadi transgender, tapi para ahli kesehatan jiwa itu mengatakan begitu kepada kami. Ini benar-benar suatu pemerasan! Bagi saya, ini adalah pemerasan secara emosional!”
Sembrono Dalam Bergaul
Setelah setengah tahun, kondisi psikologis Irene tidak mengalami perbaikan. Pada Januari 2020, Julie akhirnya memutuskan untuk memeriksa ponsel putrinya itu. Ia telah mengunduh 300 tangkapan layar (screenshot, red.), di dalamnya termasuk percakapan antara Irene dengan seorang gadis bernama AJ.
AJ adalah seorang teman yang dikenal Irene di internet. Dalam dialog itu, Irene telah mengatakan hal-hal yang tidak baik tentang Julie, “Dia mengatakan saya memaksanya mengenakan baju dan rok ketat, memaksanya mengenakan pakaian warna merah jambu, mengatakan saya mengambil semua ikat kepalanya, membuatnya menyanggul rambutnya, dan hal-hal lain. Sebenarnya itu semua tidak benar.”
Tapi AJ mengatakan kepada Irene, “Ibumu adalah pelaku penyiksaan yang tipikal, adalah seorang penghasut, adalah seorang yang memecah-belah keluarga. Ayahmu seharusnya bercerai dengan ibumu, dan membawa pergi anak-anaknya.”
“Ini adalah perkataan dari seorang gadis berusia 15 tahun (AJ) kepada putri saya. Dengan kata lain, dia mengatakan ibumu membencimu. Inilah salah satu akar permasalahannya.” Julie berkata, “Anak diberitahu, orang tuanya tidak mencintainya. Mereka menjadi sangat marah pada orang tuanya, menjadi suka bertikai. Inilah kondisi kami. Dia bukan lagi anak saya yang baik, dia mulai berbohong kepada saya.”
AJ juga memperkenalkan Irene untuk menelusuri situs-situs pornografi. “Ini sangat mengerikan. Putri saya waktu itu hanya 15 tahun, belum siap mental untuk melihat hal-hal semacam itu. Bagi saya, ini adalah penyiksaan. Maka dari itu, munculnya kejadian semacam ini adalah hal yang sangat menakutkan bagi saya.”
Teman-teman Irene itu bahkan merencanakan untuk pindah ke negara bagian Oregon, AJ berkata, disana pada usia 15 tahun sudah bisa menjalani operasi transgender. Julie menyatakan, waktu itu AJ telah mulai menggunakan obat penghambat pubertas. Seorang anak perempuan lainnya mengkonsumsi hormon testosteron, juga menggalang dana di internet untuk mengangkat payudaranya.
Julie berkata, “Sebagai orang tua, ini adalah hal yang sangat menakutkan, temannya sedang mengkonsumsi hormon, dan merusak tubuhnya sendiri. Di antaranya ada seorang gadis yang telah melakukan operasi mengangkat payudaranya, biayanya sangat besar. Namun industri medis tidak peduli, mereka mencari keuntungan dari situ. Banyak orang tidak tahu pengaruh yang ditimbulkan obat-obatan itu pada tubuh, mereka sungguh tidak tahu, tapi saya tahu persis, orang-orang itu akan menjadi pasien seumur hidup. Kami tidak akan membiarkannya mengkonsumsi hormon apapun, itu adalah semacam narkotika. Kami juga tidak akan membiarkannya melakukan operasi, merusak dirinya sendiri, dan menjadi korban medis seumur hidup.”
Trauma Masa Kecil Mungkin Menyebabkan Gangguan Kepribadian
Tapi apa yang dapat dilakukan Julie? “Anak saya telah mengidap penyakit serius, saya mencari dokter ke seluruh dunia, mencari metode pengobatan, dan saya tidak bisa berhenti. Ini adalah seorang anak yang terjebak dalam kesulitan, saya merasa sangat tak berdaya.”
Tuhan tidak mengecewakan orang yang berusaha. Setengah tahun kemudian, akhirnya Julie menemukan seorang dokter yang mengkhususkan diri meneliti trauma dan gangguan dismorfik tubuh. “Dia sangat baik, dan tidak percaya anak-anak yang mengatakan bahwa mereka adalah transgender, dan melakukan pengobatan bagi putri saya.”
Dokter mendiagnosa, putrinya mengalami trauma saat bayi, dan trauma itu memengaruhi pertumbuhan kepribadiannya. Dokter melakukan pengobatan profesional terhadap Irene, mendiagnosa dirinya mengalami gangguan mental serius yang memengaruhi perasaan dan cara berpikirnya (BPD).
Julie berkata, di antara para transgender yang kemudian menyesal, banyak di antara mereka yang merupakan penderita BPD (Borderline Personality Disorder) ini, para penderitanya akan mendistorsi citra dirinya. Ia memberi contoh, “Dua tahun lalu, putrinya melukis potret dirinya. Dia mempunyai rambut pirang, sepasang mata biru, rahang persegi, rahangnya bersudut, ini adalah potret dirinya sendiri. Tetapi faktanya dia adalah seorang Asia yang berambut hitam, dan bermata hitam.”
Julie menyatakan, sejak 2019 hingga sekarang sudah empat tahun berlalu, setiap minggu Irene pergi berobat ke dokter, kondisinya telah mengalami perbaikan yang sangat besar. Pada Agustus tahun ini, Irene akan pergi ke Taiwan untuk belajar satu semester. “Dia menyukai pengobatan, dia melakukannya dengan sangat baik. Saya berpikir di dalam hatinya dia mengetahui bahwa dirinya membutuhkan bantuan.”
Dokter sangat optimis, dan menyatakan selama Irene rutin datang berobat setiap minggu, dia akan bisa keluar dari traumanya secara bertahap, otaknya akan bertumbuh seiring dengan pertumbuhannya. Dokter juga memberitahu Julie, 90% pasien bisa diobati, begitu telah melalui masa pubertas ini, mereka sebenarnya telah sehat kembali.
Namun sang dokter juga mengatakan, luka psikologis semacam ini mungkin sangat dalam, juga dalam pikiran bawah sadarnya mungkin sangat dalam, jadi dibutuhkan waktu tiga sampai empat tahun untuk pengobatannya.
Anak-anak Yang Diadopsi Lebih Membutuhkan Kasih Sayang
Julie menyatakan, banyak keluarga mengalami kejadian serupa — anak-anak ingin menjadi transgender, banyak orang tua pernah mengalami kekhwatiran, dan ketidak-berdayaan, khususnya ibu seperti dirinya yang mengadopsi anak dari luar negeri. Pada 2015, sebuah laporan dari Boston Children’s Hospital menyebutkan, remaja yang diadopsi memiliki rasio lebih tinggi menjadi transgender. Oleh sebab itu Julie sangat berharap, dapat membantu semua orang dengan pengalaman dirinya tersebut.
“Yang benar-benar penting adalah di awalnya, ketika anak-anak terjerumus dalam jebakan itu, ketika anak-anak diberitahu bahwa orang tua mereka tidak mencintai mereka, maka menjaga hubungan kasih sayang dengan anak sangat penting.” Dia berkata, “Harus membuat mereka tahu masih ada satu tempat yang aman, membuat mereka dapat merasakan kehangatan keluarga.”
Julie menyatakan, dalam perang membela kehidupan ini, “Cinta dan kegigihan sangat penting.” Dia sangat mencintai anak ini, “Tidak bisa diungkapkan bagaimana cinta saya pada anak ini, saya sangat emosional, saya sangat mencintainya. Saya berharap dia sehat dan bahagia, berharap dia mencintai dirinya sendiri, dan menjadi dirinya (yang sesungguhnya), dan bukan menjadi yang dia pikir.”
Julie berpendapat, semua anak-anak yang diadopsi kemungkinan mengalami trauma psikologis. “Putri saya beranggapan, dirinya diterlantarkan karena dia adalah anak perempuan, jadi dia ingin menjadi anak laki-laki, menjadi perempuan tidak baik. Paling baik apabila dia bisa menjadi laki-laki.” Sebenarnya ini adalah semacam konsep yang salah. Ia berkata, “Yang lebih penting adalah, memastikan dia mengetahui betapa Anda mencintainya. Buatlah mereka agar memahami, di dunia ini, mereka sangat penting, sangat berharga. Namun hanya mengandalkan cinta saja tak cukup, Anda harus bertindak aktif. Anda harus mencari dokter yang cocok, yang dapat membantu anak-anak melewatinya.”
Julie berpendapat, rasa memiliki juga sangat penting bagi anak-anak yang diadopsi. “Tahu dari mana asal Anda, apa budaya Anda, ini sangat penting.” Jadi setiap tahun baru Imlek, keluarga mereka akan menyewa tempat dan mengadakan pesta besar, mengundang banyak teman-teman etnis Tionghoanya. Ada juga siswa pertukaran dari Tiongkok yang tinggal di rumah mereka. Julie juga membolehkan putrinya belajar Bahasa Mandarin. “Sebagai orang tua, Anda harus belajar, Anda harus berjuang”, kata Julie.
Untuk memastikan keamanan, kesehatan, dan privasi anak, nama yang digunakan di atas adalah nama samaran.
Kaum Remaja Paling Mudah Dilukai
Bagi orang yang tidak sesuai antara jenis kelamin psikologis dan jenis kelamin biologisnya, mereka disebut sebagai transgender. Orang yang memiliki kelainan kepribadian semacam ini tadinya sangat sedikit, tetapi sekarang karena adanya saling dorong antara “pembenaran politik” dengan provokasi media massa sayap kiri serta adanya sejumlah kelompok berkepentingan, “transgender” telah menjadi satu masalah sosial yang sangat intens, bahkan telah menjadi semacam ideologi.
Di Amerika Serikat saat ini transgender telah memiliki rantai industri yang lengkap. Menurut seorang penyesal transgender yang juga pensiunan Navy SEAL (Chris Beck) yang mengatakan kepada Fox News Desember tahun lalu, industri tersebut melibatkan para psikolog, operasi di klinik/rumah sakit, hormon, bahan kimia, dan pengobatan lanjutan, “Ini adalah industri yang bernilai milyaran dolar AS.”
Setelah sepuluh tahun menjalani transgender Beck menyesali keputusannya itu. Setelah direnungkan kembali ia menemukan waktu itu ada sepasang tangan yang tak terlihat, yang mendorongnya mengambil keputusan tersebut.
Kaum remaja adalah kelompok terbesar yang terpengaruh. Juni tahun lalu, sebuah laporan dari University of California, Los Angeles, menunjukkan bahwa di antara kaum remaja usia 13 hingga 17 tahun, terdapat sebanyak 1,4% (sekitar 300.000 orang) tidak mengakui jenis kelamin biologisnya sendiri. Tetapi pada usia 18 tahun ke atas, rasio ini menjadi hanya 0,5% (sekitar 130.000 orang).
Sekarang klinik transgender telah tersebar di seluruh AS. Hingga akhir tahun lalu, klinik gender bagi anak-anak saja telah melebihi 100 unit di AS. Belum lagi klinik individu, terapis, dan dokter yang tak terhitung jumlahnya, yang menangani pasien muda dengan masalah gendernya.
Beck merasa sangat khawatir, anak-anak itu akan seperti dirinya kala itu, begitu memasuki klinik lalu dengan mudahnya menyatakan diri sebagai transgender, setelah itu akan diarahkan menggunakan hormon, dan melakukan transgender. Ia menyerukan pada dokter dan orang tua harus “sadar”, agar anak-anak yang labil terhindar dari keputusan yang akan mereka sesali seumur hidupnya. (Sud/Whs)