oleh Meng Xinqi
Pada 25 Juni, Kementerian Sumber Daya Manusia dan Jaminan Sosial Tiongkok mengumumkan rencananya untuk melakukan gebrakan dalam rangka menciptakan lapangan kerja bagi pemuda mulai Juli. Tetapi apakah langkah ini benar-benar dapat mengatasi masalah pengangguran kaum muda yang sedang dihadapi Tiongkok ? Mari kita ikuti analisis beberapa pakar
Dengan melihat penurunan ekonomi Tiongkok yang tak terkendali dan tingginya angka pengangguran yang tidak cuma di kalangan anak muda saja, tampaknya otoritas PKT telah menemukan akal baru untuk mengatasinya.
Pada 25 Juni, Kementerian SDM dan Jaminan Sosial Tiongkok mengklaim akan meluncurkan gebrakan dalam rangka menciptakan lapangan kerja bagi lulusan perguruan tinggi dan anak-anak muda mulai Juli tahun ini, yang implementasinya akan diterapkan kepada para lulusan baru perguruan tinggi yang belum mendapatkan pekerjaan dan para pemuda yang sudah terdaftar sebagai pengangguran.
Kementerian SDM dan Jaminan Sosial juga mengklaim bahwa rencana ini akan membantu lulusan dan pemuda pengangguran untuk mendapatkan pekerjaan atau ikut dalam kegiatan persiapan mengisi pekerjaan pada akhir tahun ini.
Li Yuanhua, seorang sejarawan yang tinggal di Australia mengatakan : “Karena sudah banyak pemuda yang menganggur, lebih-lebih saat ini bertepatan dengan musim kelulusan universitas, jadi banyak pemuda baru lagi yang masuk pasar mencari pekerjaan. Maka tekanan sosial semacam ini sangat berat bagi otoritas. Propaganda profil tinggi PKT semacam ini diharapkan dapat membantu meringankan tekanan yang dihadapi. Sesungguhnya, ini cuma propaganda belaka.”
“Gebrakan” yang diluncurkan Kementerian Sumber Daya Manusia dan Jaminan Sosial ini mencakup empat elemen : Pertama, mewajibkan unit administrasi tingkat lokal bersama Kementerian SDM dan Jaminan Sosial untuk mengumumkan layanan tentang panduan dalam mencari pekerjaan beserta kemudahan-kemudahan bagi lulusan dan kaum muda lainnya yang belum memperoleh pekerjaan. Kedua, menyusun daftar bantuan untuk memudahkan petugas dalam penempatan kerja bagi lulusan baru tahun ini maupun pemuda yang masih menganggur. Ketiga, memperkenalkan apa yang disebut kesempatan promosi dalam pekerjaan, pelatihan keterampilan atau magang kerja bagi kaum muda yang menganggur. Bahkan petugas perlu membuat daftar untuk masing-masing individu agar lebih mudah dalam menempatkan peserta pada pekerjaan yang sesuai.
Li Yuanhua mengomentari : “Langkah-langkah PKT itu cuma pendekatan yang asal-asalan, tidak praktis, sehingga tidak mungkin menyelesaikan masalah nyata. Misalnya, rangkaian layanan yang akan diberikan, daftar lembaran untuk membantu masing-masing individu dalam penempatan pekerja, dll., sebenarnya itu cuma dibutuhkan pemerintah untuk mengetahui seberapa banyak jumlah pengangguran yang sebenarnya. Meskipun angka itu nanti tidak akan dipublikasikan. Jadi langkah mereka lebih seperti slogan ketimbang praktis.”
Konten keempat adalah memberikan daftar kebijakan ketenagakerjaan dan kewirausahaan kepada lulusan baru perguruan tinggi dan kaum muda lainnya sebagai pedoman, dan mengadakan sesi rekrutmen khusus, dan lain-lain. Bahkan Kementerian SDM dan Jaminan Sosial menyatakan bahwa pencapaian yang diinginkan pihaknya adalah “setiap pekan ada rekrutmen, dan setiap saat ada lowongan pekerjaan yang bisa diisi.”
Li Yuanhua : “Jika lowongan kerja begitu terbuka, tidak akan ada begitu banyak pengangguran, bukan ?!? Justru yang dihadapi seluruh masyarakat sekarang adalah tidak memiliki pekerjaan karena kemerosotan ekonomi. Tidak peduli rekrutmen palsu macam apa yang Anda buat, atau menciptakan beberapa lowongan kerja yang tidak masuk akal. Tetapi kenyataannya yang dijumpai saat ini adalah ribuan, bahkan puluhan ribu orang pelamar bersaing untuk memperebutkan satu lowongan pekerjaan.”
Populasi pengangguran di Tiongkok saat ini sangat besar. Tingkat pengangguran kaum muda di Tiongkok yang dilaporkan oleh otoritas berwenang pada Mei dan April tahun ini masing-masing adalah 20,8% dan 20,4%, sekitar 4 kali lipat dari tingkat pengangguran keseluruhan yang sebesar 5,2%. Tingkat ini menunjukkan bahwa 1 dari 5 orang pemuda pencari kerja di daerah perkotaan yang berusia antara 16 hingga 24 tahun adalah dalam kondisi menganggur.
Li Hengqing, seorang ekonom di Amerika Serikat mengatakan : “Karena banyaknya kelompok pengangguran, ini masih sangat berbahaya. Misalnya, tahun ini bakal ada 11 juta pemuda lulusan sarjana dan pascasarjana baru. Namun, sejak 3 tahun epidemi, banyak pemuda lulusan sebelumnya yang belum berhasil mendapat pekerjaan, sehingga jumlahnya sangat besar saat ini. Belum lagi kalau ditambah dengan sekitar 150 juta pekerja migran yang tidak kembali ke kampung halamannya setelah wabah, mereka ini tidak dimasukkan otoritas ke dalam target ‘binaan’ ke mana mau disalurkan.”
Krisis sosial yang berkembang telah membuat otoritas PKT berada dalam sulit. Untuk mencoba mengatasinya, beberapa bulan terakhir, otoritas PKT mengumumkan pemberian serangkaian insentif bagi anak perusahaan BUMN dan lembaga keuangan agar mereka memperluas perekrutan, dan atau memberikan pinjaman komersial, menyediakan lebih banyak pelatihan kejuruan, menciptakan paling tidak satu juta lowongan magang.
Li Hengqing: “Tetapi apakah hal ini berpengaruh ? Saya pikir efeknya masih sangat terbatas. Mengapa ? Karena tidak peduli bagaimana otoritas membantu dan membina tapi yang paling penting adalah adakah lowongan pekerjaan untuk diisi ? Tidak ada lowongan berarti tidak ada kesempatan, kalaupun mereka berhasil dibina, dilatih, lalu mereka mau diapakan?.”
Li Hengqing menunjukkan bahwa di balik masalah pengangguran itu adalah masalah ekonomi, tetapi “troika” yang dimiliki Tiongkok untuk mendorong pembangunan ekonominya sekarang ini telah lumpuh.
Li Hengqing mengatakan : “Siapa yang berani memperbesar pengeluaran ketika pemasukannya berkurang ? Lalu coba Anda berpikir, tanpa konsumsi yang kuat ini, bagaimana mendorong pertumbuhan ekonomi, dan bagaimana tumbuh bisnis baru di bidang jasa sampai manufakturing ? Tanpa mereka ini dari mana datangnya lowongan kerja baru ? Ini semua berkaitan erat, jadi sekarang dapat disebut bahwa ekonomi Tiongkok dan metode ketenagakerjaannya telah menjadi sebuah lingkaran setan.”
Menurut perkiraan Goldman Sachs pada Mei 2023, jumlah pengangguran kaum muda Tiongkok dalam beberapa bulan mendatang masih berpotensi meningkat. (sin)