Emel Akan dan Lawrence Wilson
Perang Rusia melawan Ukraina telah berakhir, Presiden Joe Biden menegaskan pada 13 Juli, dengan mengatakan bahwa Putin telah “kalah dalam perang.”
Pernyataan tersebut disampaikan dalam sebuah konferensi pers menyambut Finlandia ke dalam sekutu NATO.
Berdiri di samping Presiden Finlandia Sauli Niinisto, Biden menanggapi pertanyaan tentang kemungkinan Ukraina menjadi anggota NATO setelah perang dan apakah komentar presiden tersebut akan membuat Presiden Rusia Vladimir Putin enggan untuk melakukan perundingan damai.
Menanggapi hal ini, Biden menegaskan bahwa tidak ada negara yang dapat bergabung dengan organisasi pertahanan bersama ketika sedang berperang. Pasalanya, hal ini akan meningkatkan konflik.
“Tidak ada yang bisa bergabung dengan NATO ketika perang sedang berlangsung di mana sebuah negara NATO telah diserang karena hal itu menjamin bahwa kita sedang berperang – dan kita sedang berada dalam Perang Dunia Ketiga,” kata Biden.
Biden melanjutkan dengan mengatakan bahwa Ukraina akan diterima menjadi anggota aliansi ini namun waktunya masih belum ditentukan.
Mengenai apakah prospek masuknya Ukraina ke dalam NATO akan memperpanjang perang, ia mengatakan: “Jawabannya adalah Putin sudah kalah dalam perang. Putin memiliki masalah yang nyata. Bagaimana dia bergerak dari sini? Apa yang dia lakukan?”
Komentar tersebut tampaknya merujuk pada ketidakmampuan Rusia untuk meraih kemenangan di medan perang dan keresahan yang berkembang di militer setelah pemberontakan 23 Juni oleh Yevgeny Prigozhin, sekutu Putin yang mengepalai Grup Wagner, sebuah tentara swasta yang didanai oleh pemerintah Rusia.
Seorang jenderal tinggi Rusia yang bertempur di Ukraina digulingkan pada 12 Juli, dilaporkan karena mengkritik strategi militer Rusia.
Titik Ujung Tidak Pasti
Putin pada akhirnya tidak akan berhasil dalam perang ini, menurut Biden, tapi tidak pasti bagaimana sisa konflik ini akan berakhir.
Biden menjelaskan : “Dia bisa mengakhiri perang besok. Dia bisa saja mengatakan, ‘Saya mundur’. Tapi kesepakatan apa yang akhirnya dicapai tergantung pada Putin dan apa yang dia putuskan untuk dilakukan. Namun, tidak ada kemungkinan baginya untuk memenangkan perang di Ukraina. Dia sudah kalah dalam perang itu.”
Oleh karena itu, Biden meragukan bahwa perang dapat berlangsung tanpa batas waktu.
Biden berkata : “Saya rasa perang ini tidak akan berlangsung bertahun-tahun karena dua alasan. Pertama, saya tidak yakin Rusia dapat mempertahankan perang ini selamanya dalam hal sumber daya dan kapasitas.”
Hampir 50.000 warga Rusia terbunuh di Ukraina, menurut sebuah analisis statistik independen yang dilaporkan pada 10 Juli. Media Rusia, Mediazona dan Meduza, yang bekerja sama dengan seorang ilmuwan data dari Universitas Tubingen, mendapatkan angka tersebut setelah menganalisis data kematian pemerintah Rusia, klaim warisan, dan bahkan foto-foto pemakaman.
Negara-negara Uni Eropa menjatuhkan sanksi ekonomi baru terhadap Rusia pada Juni, termasuk melarang ekspor teknologi sensitif ke negara-negara yang dapat mengekspornya kembali ke Rusia.
Pada saat yang sama, sekutu-sekutu Ukraina menjanjikan miliaran dolar dalam bentuk pendanaan non-militer untuk membangun kembali dan memperkuat negara yang dilanda perang tersebut.
“Saya pikir akan ada situasi di mana pada akhirnya, Presiden Putin akan memutuskan bahwa tidak ada kepentingan bagi Rusia, baik secara ekonomi, politik, maupun lainnya, untuk melanjutkan perang ini,” ujar Biden.
“Tapi saya tidak bisa memprediksi dengan tepat bagaimana hal itu terjadi. Harapan saya adalah, Anda akan melihat bahwa Ukraina membuat kemajuan signifikan dalam serangan mereka dan bahwa hal ini akan menghasilkan penyelesaian yang dinegosiasikan di suatu tempat di sepanjang garis.”
Opini AS Beragam
Biden bukanlah orang pertama yang menyatakan bahwa Putin pada dasarnya telah dikalahkan.
“Dia sudah kalah dalam perang ini. Ukraina belum memenangkan perang ini, tetapi Rusia telah kalah,” kata Senator Jim Risch (R-Idaho) dalam sebuah diskusi pada tanggal 29 Maret di Hudson Institute, sebuah wadah pemikir konservatif.
“Dia tidak akan pernah menduduki Ukraina [secara permanen].”
Risch mengatakan bahwa Putin pada awalnya berharap serangan terhadap Ukraina akan memecah Aliansi NATO.
Pada saat yang sama, beberapa pihak di Amerika mempertanyakan tingkat dukungan yang seharusnya diberikan oleh negara tersebut kepada Ukraina.
“Kami semua prihatin dengan akuntabilitas,” ujar Rep. Joe Wilson (R-S.C.) kepada para pejabat Pentagon dalam sebuah dengar pendapat di Komite Angkatan Bersenjata DPR pada bulan Februari, menjelang peringatan satu tahun dimulainya konflik.
Wilson ingin memastikan adanya perhitungan penuh tentang bagaimana dolar AS digunakan dalam upaya perang.
“Menurut Anda, berapa kali lagi Kongres perlu memberikan bantuan?” Rep Ro Khanna (D-Calif.) bertanya. “Menurut Anda, pada akhirnya, apa tujuan akhirnya?”
Sementara Biden menjanjikan dukungan yang berkelanjutan untuk Ukraina, ada perbedaan pendapat di antara para kandidat untuk pemilihan presiden tahun depan.
Mantan Presiden Donald Trump mengatakan bahwa perang bukanlah kepentingan AS yang penting dalam sebuah acara bergaya town-hall yang disiarkan oleh CNN pada tanggal 11 Mei.
“Jika saya menjadi presiden, saya akan menyelesaikan perang itu dalam sehari, 24 jam,” kata Trump. “Pertama, saya akan bertemu dengan Putin, saya akan bertemu dengan Zelenskyy. Mereka berdua memiliki kelemahan dan mereka berdua memiliki kekuatan. Dan dalam waktu 24 jam, perang itu akan selesai. Perang itu akan berakhir. Ini akan benar-benar berakhir.”
Dalam sebuah wawancara pada Maret di Fox News, Gubernur Florida Ron DeSantis menyebut perang itu sebagai “sengketa teritorial” yang tidak secara langsung menyangkut Amerika Serikat.
Dalam sebuah wawancara pada tanggal 4 Juni dengan ABC News, pengusaha dan kandidat presiden Vivek Ramaswamy mengatakan bahwa perang ini bukanlah kepentingan Amerika Serikat.
Kandidat-kandidat lain sangat mendukung upaya perang Ukraina sebagai kepentingan nasional yang vital.
Mantan Wakil Presiden Mike Pence mengatakan bahwa jika Rusia mengalahkan Ukraina, Rusia akan segera menyerang negara-negara Eropa lainnya, yang secara langsung melibatkan Amerika Serikat sebagai sekutu NATO.
“Hanya ada satu jalan menuju kesuksesan di sini, dan itu adalah memberikan militer Ukraina – jauh lebih cepat daripada yang dilakukan Joe Biden – apa yang mereka butuhkan untuk mengusir invasi Rusia dan merebut kembali negara mereka,” ujar Pence dalam sebuah wawancara pada 10 Juli di Fox News.
Mantan Duta Besar AS untuk PBB, Nikki Haley, mengatakan dalam sebuah acara bergaya balai kota pada tanggal 4 Juni yang diselenggarakan oleh CNN berkata: “Kemenangan untuk Ukraina adalah kemenangan untuk kita semua karena para tiran memberitahukan kepada kita apa yang akan mereka lakukan. Rusia mengatakan bahwa Polandia dan Baltik adalah yang berikutnya. Jika itu terjadi, kita akan menghadapi perang dunia. Ini adalah tentang mencegah perang.”
Senator Tim Scott (R-S.C.) dan mantan Gubernur New Jersey Chris Christie juga telah membuat pernyataan yang memberikan dukungan untuk Ukraina.
Andrew Thornebrooke dan Associated Press berkontribusi untuk laporan ini.