oleh Chen Ting
Jepang sedang bekerja keras untuk mengurangi ketergantungannya terhadap mineral utama dari Tiongkok. Menurut laporan media Jepang, Perdana Menteri Fumio Kishida berharap dapat merealisasikan sebuah kesepakatan kerja sama dengan Arab Saudi dalam pengembangan sumber daya tanah jarang, saat bertemu dengan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman pada Minggu (16 Juli).
Fumio Kishida baru saja menyelesaikan perjalanannya ke Eropa pada Jumat, dan mulai Minggu (16 Juli) ia akan melakukan perjalanan ke Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Qatar. Mengingat kenaikan harga energi akibat perang Rusia – Ukraina, Fumio Kishida akan mendiskusikan berbagai isu seperti pasar energi, pertambangan dan teknologi energi baru dengan para pemimpin ketiga negara tersebut.
Sebagai bagian dari perjanjian logam tanah jarang, Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang, Organisasi Keamanan Logam dan Energi Jepang (JOGMEC), akan menandatangani nota kerja sama dengan Kementerian Industri dan Sumber Daya Mineral Saudi Arab. Demikian Nikkei Asia melaporkan (tautan).
Menurut perjanjian tersebut, Jepang dan Arab Saudi akan menjajaki proyek pengembangan sumber daya di negara ketiga dan melakukan investasi bersama. Mereka menginginkan akses ke mineral utama, termasuk logam tanah jarang yang digunakan dalam kendaraan listrik.
Dalam konteks dorongan global untuk dekarbonisasi, permintaan kendaraan listrik di masa mendatang pasti akan meningkat. Baik Jepang dan Arab Saudi berkomitmen untuk mendiversifikasi rantai pasokan logam untuk menghindari ketergantungan yang berlebihan terhadap negara tertentu.
Arab Saudi sedang mencari deposit tanah jarang baru di dalam negeri sebagai bagian dari strategi nasional. Dan JOGMEC akan menyediakan keahlian teknis untuk membantu penyelidikan awal. Selain logam tanah jarang, Jepang juga akan membantu Arab Saudi menambang sumber daya lainnya, termasuk tembaga, besi, dan seng.
Saat ini, hanya beberapa negara, termasuk Tiongkok yang memasok sebagian besar logam tanah jarang dan elemen yang digunakan dalam baterai kendaraan listrik seperti litium dan kobalt kepada dunia. Hampir 80% litium hidroksida dan lebih dari 60% pemrosesan kobalt yang dibutuhkan Jepang dipasok dari Tiongkok.
Beijing membatasi ekspor tanah jarang ke Jepang gegara kapal Tiongkok dan Jepang bertabrakan di perairan dekat Kepulauan Diaoyu, yang dikenal di Jepang sebagai Kepulauan Senkaku pada tahun 2010. Peristiwa Tiongkok menggunakan sumber daya utama sebagai senjata ini telah mendorong Jepang untuk mengurangi ketergantungannya terhadap Tiongkok.
Menurut situs web Kementerian Luar Negeri Jepang (tautan). Setelah meninggalkan Arab Saudi, Kishida akan tiba di Abu Dhabi pada Senin dan melakukan perjalanan ke Doha pada hari Selasa. Kishida merupakan PM. Jepang kedua yang berkunjung ke wilayah tersebut sejak mendiang Perdana Menteri Shinzo Abe mengunjungi Timur Tengah pada Januari 2020.
Meskipun berencana untuk mewujudkan netralitas karbon pada tahun 2050, tetapi Tokyo tetap sangat bergantung pada bahan bakar fosil, dengan 90% pasokan minyaknya berasal dari Timur Tengah, hal ini menjadikan kawasan ini (Timur Tengah) vital bagi Jepang.
The “Japan Times” mengungkapkan (tautan) bahwa para pemimpin bisnis dari lebih dari 20 perusahaan Jepang akan mendampingi Kishida dalam kunjungannya ke Timur Tengah.
Menurut laporan Reuters (tautan), seorang pejabat senior Kementerian Luar Negeri Jepang mengatakan bahwa akibat perang Rusia – Ukraina, harga minyak mentah jadi tetap tinggi. Oleh karena itu, bertukar pandangan tentang pasar minyak dan gas alam cair saat ini merupakan tujuan yang sangat penting dari perjalanan Kishida.
Pemerintah Jepang berharap kunjungan tersebut akan mengarah pada kerja sama dengan negara-negara di Timur Tengah di bidang sumber energi baru, seperti hidrogen dan amonia, kata para pejabat tersebut. Pada saat yang sama, pihaknya juga berharap hubungan kerja sama Jepang – negara-negara Timur Tengah dapat lebih meningkat melalui pemanfaatan keahlian yang dimiliki oleh Jepang. (sin)