oleh Yi Wen dan Yu Wei
Militer Korea Selatan mengatakan pada Senin (24 Juli) bahwa sebuah kapal selam bertenaga nuklir AS tiba di Korea Selatan. Ini adalah kedua kalinya dalam bulan ini militer AS mengerahkan kapal angkatan laut utamanya ke Semenanjung Korea untuk menimbulkan efek penghalangan terhadap tindakan Korea Utara. Pada hari yang sama, Komando PBB mengatakan bahwa pihaknya telah memulai pembicaraan dengan Korea Utara mengenai isu penahanan seorang tentara AS yang masuk wilayah tanpa izin.
“Melalui mekanisme yang tertuang dalam Perjanjian Gencatan Senjata, dialog dengan Tentara Rakyat Korea Utara telah dimulai,” kata Andrew Harrison, Wakil Komandan Gabungan Pasukan PBB.
Andrew Harrison mengatakan bahwa dialog isu tentang masuknya Travis King ke wilayah di perbatasan tanpa izin dengan Korea Utara telah dimulai. Dia mengatakan bahwa perhatian terpenting saat ini adalah soal keselamatan pribadi Travis King.
“Pertama dan terpenting yang menjadi perhatian terbesar kami adalah tentang kualitas kesejahteraan yang dialami King”, kata Andrew Harrison.
Menurut media Korea Selatan, setelah Travis King melintasi perbatasan Selasa lalu, Korea Utara membawanya ke Pyongyang dengan kendaraan militer dan menahannya di sana. Amerika Serikat dan Korea Selatan telah mengkonfirmasi rute pergerakan melalui televisi sirkuit tertutup di tempat kejadian dan satelit pengintai. Militer AS menduga King ditahan di Pyongyang.
Pada hari yang sama, militer Korea Selatan mengatakan bahwa kapal selam kedua bertenaga nuklir AS, “USS Annapolis” tiba di pelabuhan Pulau Jeju di Korea Selatan. Ini adalah kedua kalinya dalam bulan ini AS mengerahkan kapal angkatan laut utamanya ke Semenanjung Korea. Pekan lalu, kapal selam nuklir “USS Kentucky” berlabuh di Busan.
Komandan Angkatan Laut Korea Selatan Jang Do-young mengatakan : “Dengan tibanya “USS Annapolis”, Korea Selatan dan Angkatan Laut AS berencana untuk memperkuat kerangka pertahanan bersama dan melakukan kegiatan pertukaran sekaligus memperingati 70 tahun aliansi”.
Ini adalah pertama kalinya selama 40 tahun terakhir, AS menempatkan kekuatan kapal selam di Semenanjung Korea, yang menggarisbawahi keseriusan aliansi militer AS – Korea Selatan dalam usaha untuk mencegah ancaman nuklir Korea Utara.
Michael McCaul, Ketua Komite Urusan Luar Negeri Kongres AS, menekankan dalam sebuah wawancara dengan program ABC pada Minggu, bahwa dia tidak hanya mempertimbangkan soal tindakan provokatif Korea Utara seperti meluncurkan rudal ke Laut Jepang, tetapi juga memperhatikan masalah ambisi agresif dari PKT.
McCaul berkata : “Kami menghendaki mereka mengingat, biar Xi Jinping ingat bahwa jika mereka mengambil tindakan agresi militer, akan ada konsekuensi yang serius.” (sin)