Aldgra Fredly
Sebanyak 13 anak Australia berhasil diselamatkan setelah polisi membongkar jaringan pelecehan anak online yang “canggih” dalam penyelidikan internasional yang dimulai setelah pembunuhan dua agen FBI pada tahun 2021.
Anak-anak tersebut telah diselamatkan dari bahaya, beberapa di antaranya telah dilecehkan secara langsung, sementara yang lain dipindahkan sebagai tindakan pencegahan keselamatan anak, demikian pernyataan Polisi Federal Australia (AFP) pada Selasa 8 Agustus.
Polisi juga menangkap 19 orang di negara bagian Queensland, New South Wales, Australia Selatan, Tasmania, Australia Barat, dan Wilayah Ibu Kota Australia.
AFP mengatakan bahwa para pelaku yang diduga berasal dari Australia berusia antara 32 dan 81 tahun. Dua di antaranya telah dijatuhi hukuman, sementara yang lainnya sedang menunggu persidangan.
Sebagian besar tersangka pelaku asal Australia memiliki pekerjaan yang membutuhkan keahlian teknologi informasi dan komunikasi (TIK) tingkat tinggi, beberapa di antaranya diduga membuat materi pelecehan anak untuk dibagikan kepada anggota jaringan lainnya, demikian ungkap AFP.
Komandan AFP Helen Schneider mengatakan bahwa para penjahat menggunakan enkripsi dan cara lain untuk berbagi materi pelecehan anak di web gelap.
Mereka diduga menggunakan perangkat lunak untuk berbagi file secara anonim, mengobrol di papan pesan, dan mengakses situs web di dalam jaringan.
“Melihat, mendistribusikan, atau memproduksi materi pelecehan anak adalah kejahatan mengerikan, dan tindakan yang dilakukan oleh para tersangka pelaku untuk menghindari deteksi membuat mereka sangat berbahaya – semakin lama mereka menghindari deteksi, semakin lama mereka dapat melanggengkan siklus pelecehan,” kata Schneider dalam sebuah pernyataan.
“Keberhasilan Operasi Bakis menunjukkan pentingnya kemitraan dalam penegakan hukum, baik di tingkat nasional di Australia, maupun di tingkat internasional,” tambahnya.
Total 98 Orang Ditangkap
Operasi Bakisa dimulai pada tahun 2022 ketika FBI memberikan informasi intelijen kepada Pusat Penanggulangan Eksploitasi Anak yang dipimpin AFP tentang anggota jaringan peer-to-peer di Australia yang diduga membagikan materi pelecehan anak di dark web.

Investigasi bersama itu dilakukan setelah pembunuhan dua agen khusus FBI-Daniel Alfin dan Laura Schwartzenberger-yang ditembak mati oleh seorang pelaku ketika sedang melakukan penggeledahan di sebuah rumah di Florida pada tahun 2021.
Pelaku penembakan diidentifikasi sebagai David Lee Huber, seorang pekerja IT berusia 55 tahun yang tinggal sendirian dan juga ayah dari dua anak. Huber memantau para agen FBI menggunakan kamera bel pintu dan melepaskan tembakan melalui pintu yang tertutup.
Tiga agen lainnya terluka dalam serangan tersebut. Pelaku kemudian menembak dan bunuh diri, menurut beberapa laporan.
AFP juga menyatakan bahwa investigasi FBI terkait telah menyebabkan 79 orang ditangkap atas dugaan keterlibatan mereka dalam jaringan tersebut.
“Semua yang Anda lakukan secara online akan meninggalkan jejak. Kepada para predator yang berusaha mengeksploitasi anak-anak secara online, ingatlah bahwa orang yang Anda ajak berinteraksi secara online bisa jadi adalah seorang petugas polisi,” kata Pelaksana Tugas Kelompok Pelecehan Anak dan Kejahatan Seksual Kepolisian Queensland, Inspektur Detektif Superintenden Glen Donaldson. (asr)