EtIndonesia. Pernahkah Anda bertanya-tanya apa yang dikatakan hewan satu sama lain? Bisakah kecerdasan buatan (AI) memahami komunikasi non-manusia?
Peneliti Universitas Tel Aviv, Israel, Yossi Yovel dan Oded Rehavi menyelidiki masalah kompleks kecerdasan dan komunikasi hewan dalam esai mereka yang berjudul “AI and Dr. Dolittle’s Problem,” yang diterbitkan di Current Biology. Mereka melihat kemungkinan dan keterbatasan kecerdasan buatan dalam menguraikan komunikasi hewan, mengambil inspirasi dari seri buku anak-anak Dr. Dolittle yang populer.
Memahami komunikasi hewan
Dalam buku Dr. Dolittle, karakter eponymous belajar memahami bahasa burung dengan bantuan burung beo bilingual bernama Polinesia. Kisah fiksi ini mendorong peneliti untuk merumuskan tugas mereka sebagai “Tantangan Dr. Dolittle.” Pertanyaan kuncinya adalah apakah kecerdasan buatan dapat menjembatani kesenjangan antara manusia dan hewan dengan memahami cara unik mereka dalam berkomunikasi.
Meskipun manusia dapat memberikan arti langsung pada kata-kata, komunikasi hewan jauh lebih bernuansa. Para peneliti menekankan bahwa memahami komunikasi hewan memerlukan mempertimbangkan berbagai faktor selain suara. Mereka mengidentifikasi tiga hambatan utama dalam melakukan hal tersebut.
- Konteks: Membedakan konteks komunikasi hewan sangatlah penting. Manusia telah meniru dan merekam suara binatang selama bertahun-tahun, dan berhasil mendapatkan respons dari berbagai spesies. Misalnya, robot katak telah menarik katak jantan asli untuk mencoba kawin, dan robot ikan telah berinteraksi dengan ikan hidup selama pelatihan. Robot lebah bahkan berhasil menarik perhatian lebah sungguhan dengan menirukan “tarian mengibas” mereka, yang mengkomunikasikan lokasi makanan di sebuah koloni.
Namun, mereproduksi suara atau perilaku binatang tidak menjamin pemahaman penuh akan maknanya. Misalnya, nyanyian burung yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan dapat meniru spesies tertentu, namun tidak dapat menyampaikan apakah burung tersebut mempertahankan wilayahnya, menarik perhatian pejantan, atau menyampaikan sesuatu yang sama sekali berbeda. Masalah serupa juga muncul dalam mengartikan komunikasi non-vokal, seperti sinyal kimia yang digunakan oleh serangga. Mengamati perilaku mereka sangat penting untuk memahami apakah sinyal kimia merupakan sinyal kawin, sinyal peringatan, atau hanya sinyal acak.
- Kompleksitas: Komunikasi pada hewan rumit dan memiliki banyak segi. Ini melibatkan kombinasi vokalisasi, bahasa tubuh, penandaan aroma, dan bentuk sinyal lainnya. Untuk benar-benar memahami komunikasi hewan, AI perlu menguraikan dan menafsirkan interaksi sinyal yang kompleks ini.
- Individualitas: Hewan, seperti manusia, memiliki perbedaan individu dalam gaya komunikasinya. Setiap spesies mungkin memiliki dialek, variasi, dan keistimewaannya sendiri. AI harus mempertimbangkan perbedaan individu ini agar dapat menafsirkan dan merespons komunikasi hewan secara akurat.
Peran kecerdasan buatan
AI mempunyai potensi untuk membantu memahami komunikasi hewan, namun hambatan tersebut perlu diatasi. Dengan menganalisis data dan pola dalam jumlah besar, AI dapat membantu peneliti mengungkap seluk-beluk sistem komunikasi hewan. Algoritme pembelajaran mesin dapat mengidentifikasi dan mengklasifikasikan berbagai vokalisasi atau isyarat perilaku, sehingga memungkinkan pemahaman yang lebih mendalam tentang niat dan emosi hewan.
Pandangan para ahli
Yossi Yovel, salah satu ilmuwan yang terlibat dalam penelitian ini, menekankan pentingnya AI dalam bidang ini: “AI mempunyai potensi besar untuk memahami komunikasi hewan. Dengan menggabungkan metode komputasi canggih dengan observasi perilaku, kita akan mampu mengungkap rahasia komunikasi non-manusia dan memanfaatkan kekayaan dunia hewan.”
Mengutip Dr. Oded Rehavi, peneliti lain yang terlibat dalam penelitian ini ,: “AI mempunyai potensi untuk merevolusi pemahaman kita tentang komunikasi hewan. Namun kita harus tetap berhati-hati dan menyadari keterbatasannya. Penting untuk mempertimbangkan konteks yang lebih luas dan perbedaan individu dalam komunikasi hewan untuk benar-benar menjembatani kesenjangan antar spesies.”
Kesimpulan
Tantangan Dr. Dolittle untuk memahami komunikasi hewan melalui AI merupakan tantangan baru dalam penelitian ilmiah. Meskipun AI menjanjikan dalam menguraikan bahasa hewan, AI harus mengatasi tantangan konteks, kompleksitas, dan individualitas. Menggabungkan AI dengan observasi perilaku dan penilaian ahli akan memungkinkan peneliti mengungkap misteri komunikasi non-manusia dan mendapatkan pemahaman lebih dalam tentang dunia hewan.(yn)
Sumber: earth-chronicles