Sudut Pandang Teori Evolusi Bab 1e : Teori Evolusi adalah Hipotesa yang Belum Terbukti (6)

5.2.2 Eksperimen RNA Yang Tidak Berguna

Ketika orang mendapati pembuktikan “protein sintesis dapat menghasilkan kehidupan” dengan eksperimen adalah suatu hal yang tipis harapannya, perhatian pun dialihkan pada semacam biomakromolekul yang lain, yakni asam ribonukleat (RNA). Asam ribonukleat atau RNA terbentuk dari ribonukleotida, yang kerap kali eksis dalam wujud rantai tunggal. Tiap satuan ribonukleotida memiliki sebuah molekul gula, sebuah molekul asam fosfat, dan salah satu dari 4 jenis nukleobasa: Adenin (A), Guanin (G), Sitosin (C), atau Urasil (U).

RNA memiliki berbagai macam karakteristik fungsional, dapat mereplikasi diri; ada yang memiliki fungsi katalistik; dapat menghasilkan fungsi dan karakter baru melalui mutasi; memainkan banyak peran dalam sel, meliputi RNA duta (mRNA), RNA transfer (tRNA), dan RNA ribosomal (rRNA), yang berperan sangat penting dalam pranala sintesis protein. Jadi, orang beranggapan dalam proses evolusi awal kehidupan RNA memainkan peran yang sangat penting, sepertinya berperan amat penting dalam bentuk eksistensi kehidupan paling awal. Walaupun sepertinya sangat menarik, tapi lewat asumsi munculnya kehidupan dari sintesis kimia RNA secara acak, ada juga bagian yang membuat orang meragukannya.

Pertama, bagian terbentuknya RNA yakni Pentosa dapat disintesis dengan cara kimia. Seperti disebutkan tadi, gula yang didapat dari sintesis kimia, pada umumnya secara optik adalah campuran antara Levorotasi (L) dan Dekstrorotasi (D), tapi pada sistem biologi alami didapati Pentosa adalah Dekstrorotasi (D).

Kedua, pirimidina juga merupakan bahan baku utama yang membentuk RNA, tapi dibandingkan dengan purina, pirimidina yang terbentuk dari sistesis prekursor kimia sederhana hasilnya sangat rendah⁴⁵.

Ketiga, saat ini ahli kimia organik belum berhasil mentautkan purina dan pirimidina yang dibentuk sebelumnya dengan ribose, oleh karena itu, probabilitas dibutuhkannya mononukleosida dalam pembentukan tidak besar. Padahal jika ribose dan nukleobasa tidak membentuk nukleosida dengan cepat, maka akan segera terdegradasi.

Gerald F. Joyce, peraih penghargaan biomolekuler dari National Academy of Sciences, peraih Hans Sigrist Prize dari University of Bern, sekaligus peraih penghargaan ilmu bumi awal dan ilmu hayati dari National Academy of Sciences pernah memiliki ketertarikan jangka panjang akan pengaruh asal usul kehidupan dan RNA terhadap sejarah awal kehidupan di bumi, ia mencoba menemukan bukti untuk membuktikan teori evolusi lewat RNA. Dan hasilnya setelah melalui banyak upaya, ia tidak bisa menemukan bukti apapun yang mendukung pernyataan bahwa kehidupan berawal dari RNA⁴⁶, ini membuat orang-orang yang berupaya membuktikan teori evolusi sekali lagi merasakan kekecewaan.

Ahli kimia Inggris Orgel selaku anggota National Academy of Sciences pada 1994 telah mengomentari, “Hal yang menghasilkan dunia RNA masih belum jelas. Kita melihat peneliti mengemukakan banyak dugaan, tapi bukti yang mendukung setiap hipotesa itu hanya sporadis. Seluruh rincian bagaimana munculnya kehidupan dan dunia RNA tidak mungkin dapat terungkap dalam waktu dekat.” ⁴⁷

5.2.3 Bakteri E. Coli Yang Mengecewakan

Pada 1988, ilmuwan Michigan State University yang merupakan anggota National Academy of Sciences yakni Richard Lenski hendak mengamati satu jenis makhluk apakah dapat berubah menjadi makhluk jenis lain setelah berkembang biak beberapa generasi. 

Profesor Lenski memulai eksperimennya terhadap bakteri E. Coli pada 24 Februari 1988. Menurut artikel yang dimuat majalah Science pada 2013, dalam kondisi laboratorium milik Profesor Lenski, bakteri E. Coli berkembang biak sebanyak 6,6 generasi dalam waktu satu hari. 25 tahun kemudian, bakteri E. Coli telah berkembang biak sebanyak 58.000 generasi, tetapi bakteri E. Coli tersebut masih tetap bakteri E. Coli semula, dan tidak mengalami perubahan menjadi bakteri atau mahluk lain⁴⁸. Hingga 2020 observasi tersebut telah berlangsung selama 32 tahun⁴⁹, dan hasilnya tidak didapati terjadinya perubahan jenis pada bakteri E. Coli tersebut.

Dari keseluruhan eksperimen tersebut, yang terobservasi Profesor Lenski adalah mutasi gen dalam spesies (intraspesifik) bakteri E. Coli, bakteri itu sendiri tidak berubah jenis⁵⁰. Walaupun pada tesis yang dipublikasikan istilah evolusi kerap digunakan, tapi semuanya adalah mutasi dalam lingkup “mikroevolusi”, dan bukan “perubahan jenis” seperti yang dikatakan dalam “makroevolusi”.

Peristiwa terbesar adalah sejumlah bakteri E. Coli tidak lagi mengandalkan glukosa yang langka melainkan menggunakan natrium sitrat, tetapi itu juga bukan berarti mereka telah berubah menjadi bakteri jenis baru. Karena klasifikasi bakteri harus berdasarkan bentuk bakteri dan karakteristik genom, yang dikombinasikan dengan tes biokimia untuk diidentifikasi secara komprehensif, hanya menggunakan satu macam zat yang berbeda sebagai sumber energi saja, hanya bisa disebut satu macam sifat baru⁵¹.

Ketika artikel tersebut diterbitkan di jurnal ilmiah PLOS Biology⁵² pada 2015 dan di majalah Nature⁵³ pada 2017, bakteri E. Coli dalam percobaan tersebut telah bereproduksi sebanyak lebih dari 60.000 generasi, tapi bakteri E. Coli masih berupa bakteri E. Coli, tetap saja tidak menimbulkan bakteri jenis baru. Kita simpulkan perkembangan eksperimen yang dimulai sejak 1988 tersebut secara garis besar adalah:

Tahun 2013, artikel dipublikasikan pada majalah Science, eksperimen telah berlangsung 25 tahun, bakteri E. Coli telah berkembang biak sebanyak 58.000 generasi, tidak menghasilkan bakteri jenis baru.

Tahun 2015, artikel dipublikasikan pada jurnal ilmiah PLOS Biology, eksperimen telah berlangsung 27 tahun, bakteri E. Coli telah berkembang biak lebih dari 60.000 generasi, tidak menghasilkan bakteri jenis baru.

Tahun 2017, artikel dipublikasikan pada jurnal ilmiah Nature, eksperimen telah berlangsung 27 tahun, bakteri E. Coli telah berkembang biak sebanyak lebih dari 60.000 generasi, tidak menghasilkan bakteri jenis baru.

Tahun 2020, situs laboratorium menunjukkan, eksperimen telah berlangsung selama 32 tahun, bakteri E. Coli itu diperkirakan telah bereproduksi sebanyak lebih dari 70.000 generasi, tidak juga menghasilkan bakteri baru.

Melalui percobaan ini, masyarakat melihat bakteri E. Coli telah bereproduksi selama 32 tahun, dan menghasilkan lebih dari 60.000 generasi, serta tidak bermutasi menjadi spesies baru. Membandingkan siklus kehidupan dan reproduksi bakteri E. Coli dengan manusia, maka 25 tahun yang dijalani bakteri E. Coli setidaknya setara dengan kehidupan manusia lebih dari satu juta tahun. Eksperimen ini tadinya untuk membuktikan “teori evolusi”, namun pada akhirnya justru telah mendorong masyarakat meragukan hipotesa evolusi.

Selain itu, setelah bereproduksi hingga generasi ke-6500, di dalam labu ukur muncul dua jenis bakteri E. Coli: yang pertama kemampuan reproduksinya relatif lebih lemah, koloninya relatif lebih kecil; sedangkan yang kedua kemampuan reproduksinya relatif lebih kuat, sehingga koloni yang dihasilkan lebih besar.

Awalnya Lenski memperkirakan, jika teori Darwin tentang seleksi alam dan sintasan yang paling layak adalah benar, maka bakteri yang kemampuan reproduksinya lebih kuat akan semakin lama semakin kuat, dan akhirnya menggantikan bakteri yang lebih lemah kemampuan reproduksinya. Tapi hasilnya telah membuatnya tercengang⁵⁴ karena kedua jenis bakteri tersebut terus eksis secara bersamaan. Ini adalah satu keraguan terhadap konsep yang dikemukakan Darwin tentang “seleksi alam, dan sintasan yang paling layak”.

5.3 Hukum Alam Mutlak yang Menjaga Kestabilan Spesies

Tak hanya eksperimen generasi penerus tidak mampu membuktikan “hipotesa evolusi”, banyak fakta ilmiah yang diakui kalangan ilmuwan juga dapat secara langsung menantang “hipotesa evolusi”. Ada ungkapan mengatakan, “menanam labu menuai labu, menanam kacang memanen kacang”, ungkapan ini menjelaskan begitu tercipta suatu spesies di dunia biologi, akan terjadi hukum alam dimana spesies akan memperbanyak keturunannya dan mempertahankan keberadaan spesiesnya dengan stabil, ini juga merupakan hukum mutlak yang tidak berubah dalam ilmu biologi.

5.3.1 Lingkungan Tidak Dapat Mengubah Spesies

Penelitian biologi molekuler modern membuktikan, mayoritas pengaruh dari tekanan atau faktor lingkungan adalah perubahan pada genetika yang tampak, merupakan perubahan pada ekspresi gen, bukan perubahan pada kode genetik itu sendiri.

Eksperimen pada bakteri E. Coli yang telah bereproduksi hingga puluhan ribu generasi dan tidak membuatnya berubah menjadi bakteri baru, telah menjelaskan bahwa perubahan lingkungan biasanya hanya akan membuat spesies itu mengalami perubahan yang sangat minor, suatu spesies tidak mungkin menseleksi mutasi gen yang “unggul” lewat tekanan seleksi lingkungan, sehingga menghasilkan spesies baru.

Adaptasi spesies biologi terhadap lingkungannya, acap kali dilakukan lewat kendali terhadap ekspresi gen, jadi teori yang mengatakan tekanan lingkungan mengubah spesies adalah sangat minim akan bukti ilmiah, jadi perubahan lingkungan tidak dapat mengubah spesies. (sud/whs)

45. Robertson, M., Miller, S. An efficient prebiotic synthesis of cytosine and uracil. Nature 375, 772–774 (1995).
https://doi.org/10.1038/375772a0

46. Joyce, G. RNA evolution and the origins of life. Nature 338, 217–224 (1989).
https://doi.org/10.1038/338217a0

47. Orgel, L. E. (1994). The Origin of Life on the Earth. Scientific American, 271(4), 76-83.
https://www.jstor.org/stable/24942872

48. Elizabeth Pennisi, The Man Who Bottled Evolution. Science 342, 790-793(2013). DOI:10.1126/science.342.6160.790

49. Richard Lenski. Telliamed Revisited. We Interrupt this Nasty Virus with Some Good News about Bacteria.
https://telliamedrevisited.wordpress.com/2020/02/24/we-interrupt-this-nasty-coronavirus-with-some-good-news-about-bacteria/

50. Baron EJ. Classification. In: Baron S, editor. Medical Microbiology. 4th edition. Galveston (TX): University of Texas Medical Branch at Galveston; 1996. Chapter 3. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK8406/

51. Blount, Z. D., Barrick, J. E., Davidson, C. J., & Lenski, R. E. (2012). Genomic Analysis of a Key Innovation in an Experimental E. coli Population. Nature, 489(7417), 513.
https://doi.org/10.1038/nature11514

52. Fox, J. W., & Lenski, R. E. (2015). From Here to Eternity–The Theory and Practice of a Really Long Experiment. PLoS biology, 13(6), e1002185.
https://doi.org/10.1371/journal.pbio.1002185

53. Good, B., McDonald, M., Barrick, J. et al. The dynamics of molecular evolution over 60,000 generations. Nature 551, 45–50 (2017).
https://doi.org/10.1038/nature24287; https://sci-hub.st/https://doi.org/10.1038/nature24287

54. Elizabeth Pennisi, The Man Who Bottled Evolution. Science342, 790-793(2013).DOI:10.1126/science.342.6160.790