Cai Rong
Pada 11 September 2001, Amerika Serikat (AS) mengalami serangan teroris, Menara Kembar World Trade Center ditabrak hancur oleh pesawat, yang menewaskan hampir 3.000 orang. Dalam musibah ini, ada satu orang yang patut dikenang namanya, yakni: Rick Rescorla. Ia adalah Direktur Keamanan Morgan Stanley dan mantan perwira Angkatan Darat (AD) Inggris dan AS yang bertugas di Perang Vietnam serta penerima anugerah Purple Heart dan Silver Star. Pada hari kejadian 9‧11, ia berhasil menggiring 2.700 rekannya menyelamatkan diri, namun ia sendiri tidak lolos dari maut.
Rick dilahirkan di Inggris dan sejak kecil tertarik pada kemiliteran. Ketika ia berusia 16 tahun, ia bergabung dengan Angkatan Darat Inggris dan berperang melawan komunisme di Siprus dan koloni Inggris Rhodesia di Afrika bagian selatan. Kemudian, ia berimigrasi ke AS dan bergabung dengan AD-AS, ia tampil mengesankan dalam Perang Vietnam, dan mendapatkan rasa hormat dari rekan senegaranya karena ketenangan, keberanian, dan kepemimpinannya. Ia juga terkenal karena menyanyikan lagu-lagu yang membangkitkan semangat, dan fotonya digunakan sebagai sampul buku terlaris tentang Perang Vietnam.
Setelah pensiun, Rick Rescorla menjadi konsultan keamanan. Pada 1988, dua teroris Libya membajak sebuah pesawat Pan Am dan meledakkannya di atas kota Lockerbie di Inggris, hal ini memicu kekhawatiran Rick bahwa World Trade Center bisa saja akan menjadi sasaran serangan teroris.
Dia mengundang Dan Hill, seorang kawan lama yang mengerti tentang pelatihan kontraterorisme, untuk datang dan menilai keamanan World Trade Center. Hill menunjukkan target potensial di tempat parkir basement. Meskipun mereka melaporkan rekomendasi keselamatan kepada otoritas pelabuhan, namun rekomendasi itu diabaikan karena memerlukan biaya besar untuk diterapkan. Pada 1993, teroris meledakkan bom truk berjarak hanya 30 kaki dari perkiraan laporan tersebut.
Pandangan ke depan Rescorla
Setelah insiden pemboman dengan truk di World Trade Center pada 1993 terjadi, Rick menjadi semakin khawatir tentang keamanan gedung tersebut, karena ia percaya bahwa teroris kemungkinan besar akan menabrakkan pesawat ke salah satu menara dalam serangan berikutnya. Ia menyarankan kepada para eksekutif perusahaan: Pindah keluar dari World Trade Center. Namun masa sewa Morgan Stanley baru akan berakhir pada 2006. Itulah sebabnya ia bersikeras melakukan latihan evakuasi mendadak sebanyak dua kali dalam setahun. Ia melatih karyawan satu kelompok dua orang untuk menuruni tangga, sampai dengan ke lantai 44. Ia menggunakan stopwatch untuk menghitung waktu ketika karyawan bergerak terlalu lambat dan mengajari mereka dasar-dasar tanggap darurat kebakaran.
Sikap keras dan disiplin yang dilakukan Rick terhadap pelatihan ini membuat banyak eksekutif tidak senang karena merasa rutinitas sehari-hari mereka terganggu. Namun ia bersikeras bahwa hal ini perlu: Di gedung-gedung super tinggi seperti World Trade Center, Anda tidak bisa menunggu atau mengharapkan penyelamatan, Anda harus mengambil inisiatif; penyelamatan dari atap gedung jarang terjadi dan berbahaya, jadi semua orang harus lari ke bawah. Karir militernya meyakinkannya bahwa dalam keadaan darurat, sulit bagi orang pada umumnya untuk berpikir dengan tenang, hanya melalui pelatihan berulang-ulang seseorang baru dapat membuat reaksi yang hampir naluriah dalam kepanikan.
Menurut cerita New Yorker tahun 2002 mengenai “Pahlawan Sejati Telah Mati”: Pada 9.11, ketika pesawat pertama menabrak (sekitar 8:50), Rick menelepon Hill, agar segera menyalakan TV untuk menganalisis situasi pada saat itu. Kawannya mengenang bahwa di telepon, ia mendengar Rick dengan nada tenang mengevakuasi karyawan melalui pengeras suara, dan bahkan menyanyikan lagu kenangan saat di Vietnam: “……. Jangan pernah bilang kamu tidak siap bertarung, berdirilah, jangan pernah menyerah!” Rick mengatakan kepada rekannya bahwa ia sangat marah karena Otoritas Pelabuhan menyuruh seluruh karyawan untuk tetap diam di tempat. “Dampaknya, semua lantai di atas hantaman pesawat akan runtuh, saya harus mengeluarkan semua orang saya.”
Menurut memori karyawan Morgan Stanley, Rick sejak awal menggunakan pengeras suara untuk memandu karyawan melakukan evakuasi secara tertib dari sisi kanan tangga, sehingga petugas pemadam kebakaran yang naik dapat lewat dengan lancar (jalan keluar darurat World Trade Center hanya dapat menampung dua orang sekaligus), dan dilanjutkan dengan bernyanyi atau berbicara untuk meyakinkan para karyawan dan membuat mereka tetap tenang.
Ketika Menara II juga ditabrak pesawat, ia tidak mencampakkan siapa pun, tetapi bersikeras untuk membawa semua orang untuk keluar. Ketika ia terakhir kali menelepon istrinya, Susan, ia mengatakan kepadanya, “Saya harus mengeluarkan mereka semua dengan selamat. Jika sesuatu terjadi pada saya, saya ingin kamu mengetahui, kamu telah menciptakan kehidupanku.” Tak lama kemudian, seiring dengan keruntuhan Menara II, Rick Rescorla meninggal saat menjalankan tugas.
Seorang veteran yang Pantang Mundur
Hill, mengatakan kepada New Yorker: “Rick yang saya kenal adalah pria dengan berat 82 kilogram dan tinggi 1,85 meter, orang itu tidak tahu cara menyerah, tidak tahu apa itu kegagalan dan tidak akan mundur selangkahpun …… Jika ia keluar dari gedung, alhasil ada seseorang telah meninggal di dalam, maka ia akan membunuh dirinya sendiri.”
Hill: “Saya pernah menyampaikan kepada Susan (istri Rick) kata-kata ini, tetapi dia masih belum siap untuk menerima fakta ini. Selama beberapa minggu atau beberapa bulan ke depan, saya akan mengundangnya ke tempat saya, berjalan menelusuri pantai dan saya akan menjelaskan hal-hal ini. Bagi Rick, inilah kematian yang wajar. Orang seperti Rick Rescorla ini tidak akan mati karena usia tua. Mereka tidak ditakdirkan demikian, mereka pun tidak seharusnya mati pada usia tua, yang dalam proses menua menjadi lemah dan tak berdaya. Ada sekelompok orang di dunia ini yang memang harus mati dengan cara khusus untuk memberi contoh bagi para pecundang yang loyo di sekitar kita.”
Rick Rescorla adalah seorang pahlawan sejati yang tidak hanya menyelamatkan nyawa karyawan Morgan Stanley tetapi juga menginspirasi banyak orang untuk menghormati patriotisme dan semangat pengorbanan.
Istrinya, Susan, menulis sebuah buku, “Tersentuh oleh Pahlawan — Buku Harian Cinta dan Warisan Sejarah Seorang Janda 9-11”. Ia juga telah ditulis dalam biografi, “Soldier’s Heart: The Story of Love, Heroism, and 9-11”. Ia menerima banyak penghargaan anumerta setelah meninggal, termasuk Presidential Citizenship Medal pada 2019. Ia juga memiliki monumen di Museum Infanteri Nasional di Columbus, Georgia. Patungnya juga ditempatkan di Hall of Fame Militer Oklahoma, dan batu nisannya diukir dengan tulisan: “Jangan tinggalkan siapa pun.”
Rick bukan satu-satunya pahlawan di hari itu, wakilnya dan beberapa orang lainnya secara berkelompok tetap tinggal untuk membantu yang lain. Dalam peristiwa 9.11, Morgan yang memiliki jumlah karyawan cukup banyak, hanya 13 karyawan yang tewas.
Banyak agen dan pengunjung yang menerima pelatihan di Perusahaan, pada hari itu juga berhasil diselamatkan, serta hampir 3.000 keluarga berkat para pahlawan tersebut telah mempertahankan kebahagiaan mereka. Rick Rescorla telah membuktikan dengan tindakannya bahwa seorang pahlawan tidak harus memakai jubah atau lencana, pahlawan itu ada di dalam hatimu. (Lin/whs)