EtIndonesia. Tahukah Anda bahwa 71 persen permukaan bumi tertutup air? Oke, mungkin yang itu agak terlalu mudah. Tapi tahukah Anda bahwa ada persediaan air dalam jumlah besar yang tersembunyi di bawah kerak bumi yang tiga kali lebih besar dari lautan yang ada di permukaan?
Pada tahun 2014, para ilmuwan menemukan bahwa pada dasarnya kita mempunyai reservoir air yang tersembunyi di bawah kaki kita – meskipun pada awalnya mungkin tidak terlihat seperti itu.
Pasokan air yang sangat besar ini terkubur sedalam 400 mil di bawah tanah, sehingga tidak dapat diakses.
Ditambah lagi, dia terkandung di dalam batu biru yang dikenal sebagai ‘ringwoodite’ di lapisan bumi, yang bertindak sebagai semacam spons untuk sejumlah besar H2O.
Jadi itu bukan berupa cairan, padat, atau gas, melainkan struktur molekul keempat air yang terkandung di dalam batuan mantel.
“Ringwoodit itu seperti spons, menyerap air, ada sesuatu yang sangat istimewa pada struktur kristal ringwoodit yang memungkinkannya menarik hidrogen dan memerangkap air,” kata ahli geofisika Steve Jacobsen, yang merupakan bagian dari penemuan monumental tersebut.
Mineral ini dapat mengandung banyak air dalam kondisi mantel dalam.
Batuan berair ini ditemukan oleh para ilmuwan dari Universitas Northwestern di Illinois menggunakan seismometer untuk mengukur gelombang yang dihasilkan oleh gempa bumi di seluruh AS.
Dalam penelitiannya, mereka menemukan bahwa gelombang tersebut tidak terbatas pada permukaan bumi saja, namun bergerak ke seluruh inti planet.
Dengan mengukur kecepatan dan kedalaman gelombang tersebut, para peneliti dapat mengetahui jenis batuan apa yang menampung air tersebut dan akhirnya mendarat di ringwoodite.
Penelitian menemukan bahwa ringwoodite dapat mengandung hingga 1,5 persen air.
Jika ringwoodit di bawah permukaan hanya memiliki 1 persen air dalam susunan molekulnya, hal ini berarti ia mengandung air tiga kali lebih banyak dibandingkan seluruh lautan di permukaan bumi.
Penemuan ini dapat membantu para ilmuwan menentukan bagaimana bumi terbentuk, memperkuat teori bahwa air di bumi ‘berasal dari dalam’, bukan dari asteroid dan komet.
Jacobsen menjelaskan pada saat itu: “Saya pikir kita akhirnya melihat bukti adanya siklus air di seluruh bumi, yang dapat membantu menjelaskan banyaknya jumlah air cair di permukaan planet yang dapat dihuni. Para ilmuwan telah mencari perairan dalam yang hilang ini selama beberapa dekade.”
Untuk saat ini, para peneliti hanya menemukan bukti adanya batuan ringwoodite di bawah permukaan AS. Kini, Jacobsen dan timnya ingin mengetahui apakah lapisan ini membungkus seluruh planet Bumi atau tidak. (yn)
Sumber: unilad