EtIndonesia. Para ahli telah menemukan kota legendaris yang hilang di Mesir Kuno yang tidak pernah muncul di peta dengan bantuan mumi.
Orang Mesir kuno memiliki ketertarikan terhadap babun karena hubungannya dengan Dewa, Babun. Para ahli mengetahui bahwa mereka dipelihara sebagai hewan peliharaan di penangkaran dan gigi paling tajamnya dicabut agar tidak terlalu berbahaya.
Dan pemeliharaan babun oleh orang Mesirlah yang mengarahkan para ahli ke lokasi Kota Punt yang misterius di Mesir berkat DNA mereka.
Gisela Kopp, ahli genetika di Universitas Konstanz, Jerman yang mempelajari DNA babun menjelaskan kepada Live Science: “Ada cerita-cerita yang mereka dapatkan dari Punt, negeri dongeng dan misterius ini.”
Punt telah disebutkan dalam dokumentasi dari Mesir kuno, namun para ahli tidak pernah bisa menentukan di mana sebenarnya letaknya di peta.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, para ahli telah mampu mempersempit lokasi pastinya dengan melihat DNA dari mumi babun yang telah ditemukan pada periode waktu tersebut.
Kopp dan sekelompok rekannya berhasil mengekstraksi DNA yang dapat digunakan dari sisa-sisa mumi babun yang diyakini berasal dari antara 800 SM dan 540 SM.
Dalam penelitian mereka yang dipublikasikan di jurnal eLife, mereka kemudian membandingkan DNA tersebut dengan informasi genetik 14 babun yang diketahui asal usulnya untuk membandingkan informasi spesifik lokasi geografis.
Hal ini mengungkapkan bahwa DNA babun paling dekat hubungannya dengan populasi di wilayah pesisir Eritrea saat ini. Kopp menjelaskan: “Dekat dengan pelabuhan kuno Adulis”.
Adulis juga disebutkan dalam catatan bertanggal 300 SM. seterusnya dan dikenal sebagai tempat yang dikunjungi para pedagang untuk mencari hewan liar.
Kopp menjelaskan bahwa kini ada teori yang menyatakan bahwa Adulis dan Punt pada dasarnya mungkin berada di tempat yang sama.
“Mungkin Punt sebelumnya berada di lokasi yang mirip dengan tempat Adulis didirikan,” kata Kopp.
Penelitian ini didasarkan pada DNA salah satu mumi babun, karena upaya ekstraksi DNA purba yang rapuh dari sembilan mumi babun lainnya gagal menghasilkan sampel yang dapat digunakan. Para ahli berharap dapat mereplikasi penelitian mereka dengan lebih banyak sampel DNA untuk mendapatkan lebih banyak informasi dari periode waktu yang berbeda. (yn)
Sumber: indy100