SURABAYA – Bank Indonesia menyampaikan kepada media, bahwa kinerja ekonomi Jawa Timur pada triwulan III 2023 tumbuh 4,86% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan II 2023 (5,25%,yoy), dipengaruhi oleh perlambatan kinerja Investasi dan Konsumsi Pemerintah.
Inflasi bulanan gabungan kota IHK di Jawa Timur pada Desember 2023 tercatat sebesar 0,29% (mtm), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya (0,31%, mtm). Capaian inflasi ini tercatat lebih rendah dibandingkan inflasi Jawa 0,41% (mtm) dan inflasi Nasional 0,41% (mtm).
Dengan capaian inflasi bulanan tersebut, secara tahunan inflasi gabungan kota IHK di Jawa Timur tercatat sebesar 2,92% (yoy). Secara spasial, inflasi bulanan tertinggi tercatat di Kab. Sumenep (0,71%; mtm) dan terendah di Kota Kediri (0,17%; mtm). Lebih tingginya inflasi di Kab. Sumenep dibandingkan wilayah lain dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan di tengah pasokan yang terbatas, khususnya untuk komoditas aneka cabai, tomat, dan ketimun karena penurunan hasil panen dampak dari kemarau panjang pada Oktober/November, serta mulai berlangsungnya masa tanam di sejumlah sentra produksi.
Di samping itu, belanja masyarakat naik karena kenaikan pendapatan masyarakat seiring dengan tingginya harga garam dan tembakau yang menjadi komoditas unggulan Sumenep. Sementara rendahnya inflasi Kota Kediri disebabkan deflasi pada daging ayam ras, sayuran dan buah seiring berlangsungnya masa panen, sehingga pasokan melimpah. Tekanan inflasi Jawa Timur yang terus melandai tidak terlepas dari upaya pengendalian inflasi Jawa Timur melalui implementasi GNPIP yang masif, bersinergi dengan TPIP dan TPID.
Namun Bank Indonesia juga memprediksi kinerja ekonomi Jawa Timur pada tahun ini bakal lebih baik dibanding tahun lalu dengan laju pertumbuhan ekonomi Jatim di 2024 bakal mencapai 4,9% hingga 5,3%.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jatim, Doddy Zulverdi mengatakan, kisaran sekitar 4,9% sampai 5,7%. Jadi titik tengahnya ya kisaran 5,3 persen, artinya membaik dibanding tahun lalu.
“Pencapaian ini sangat membanggakan ditengah kondisi global yang masih belum menentu kemudian menanjaknya permintaan domestik yang tercermin dari kenaikan konsumsi rumah tangga dan konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT), dampak dari pesta demokrasi pemilu 2024,” ujar Doddy Zulverdi saat Bincang Bareng Media 2024, Surabaya, Senin (29/1/2024).
Selain itu adanya trend penurunan kredit macet perbankan atau Non Performing Loan (NPL) yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi Jatim di 2024.
“Kualitas kredit yang terjaga membuat NPL perbankan di Jatim trendnya menurun. Penyaluran kredit perbankan di Jatim secara year on year (yoy) Desember 2022-Desember 2023 meningkat 8,45% dan trendnya terus naik.Indikatornya pada triwulan ke-2 tahun 2022 penyaluran kredit perbankan di Jatim mencapai 7,27%, naik 8,17% di periode yang sama tahun 2023,” paparnya.
Sementara di triwulan ke-4 tahun 2023, tambah Doddy, pertumbuhan kredit naik lagi menjadi 8,45%, ini disertai dengan tingkat kualitas kreditnya yang terjaga, yang membuat NPL perbankan di Jatim turun di triwulan ke-3 tahun 2023.
“Ini suatu yang positif karena kita mampu terus mendorong kredit perbankan di Jatim tanpa memicu kenaikan kredit macet.
Sisi intermediasi perbankan, kredit macet di Jatim trendnya terus menurun sepanjang 2023 dan ini baik untuk kondisi perekonomian di Jatim,” terang Doddy Zulverdi.
Sementara peningkatan konsumsi pemerintah didorong oleh optimalisasi penyelesaian anggaran berbagai kegiatan menjelang Pemilu 2024. Sedangkan peningkatan kinerja ekspor didorong oleh perbaikan ekonomi mitra dagang Jawa Timur, baik luar negeri dan dalam negeri. Inflasi IHK Jatim pada 2024 diperkirakan juga lebih rendah dibandingkan pada 2023. Jika 2023 inflasi Jatim di kisaran 2,92%, pada tahun ini diperkirakan berada di kisaran 2,5%.
Menurut Doddy faktor yang mendorong terkendalinya inflasi pada 2024 di antaranya cuaca yang lebih mendukung pada semester II 2024, Penyakit Mulut Kuku (PMK) dan Lumpy Skin Disease (LSD) pada ternak yang lebih terkendali, dampak lanjutan kenaikan harga BBM telah selesai dan harga beras yang cenderung stabil dengan ekuilibrium baru. Selain itu tren penurunan harga komoditas global, khususnya energi.
Sedangkan kinerja ekonomi Jatim triwulan IV 2023 diperkirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan III 2023 ditopang oleh kinerja konsumsi, investasi, dan ekspor yang lebih tinggi.Peningkatan indikator ekonomi hingga akhir triwulan IV 2023 tercermin dari indeks keyakinan konsumen meningkat pada triwulan IV 2023,mengindikasikan perbaikan Konsumsi.
Demikian pula kinerja penjualan eceran turut meningkat hingga akhir triwulan IV 2023, mengindikasikan perbaikan kinerja perdagangan. Kondisi usaha LU Perdagangan, Konstruksi, dan Akomodasi Makan Minum meningkat pada triwulan IV 2023. Peningkatan kinerja konsumsi semen dan impor barang modal pada triwulan IV 2023 mendorong potensi perbaikan kinerja investasi. (Aml)