Wabah di Tiongkok Terus Meningkat, Kasus Kematian Mendadak Semakin Sering Terjadi, Berikut Analis Para Ahli 

Tang Rui – NTD

Wabah di Tiongkok terus meledak, kematian mendadak terus terjadi dan jumlah kematian melonjak. Mari kita simak analisis para ahli  terhadap tingginya insiden kematian mendadak.

Seorang warga Tiongkok berkata:  “Ada apa dengan semua virus akhir-akhir ini? Sistem kekebalan tubuh menjadi tidak karuan, klinik pediatrik penuh dengan orang-orang yang mengalami demam tinggi, pilek, dan pilek”.

Baru-baru ini, sebuah video yang beredar menunjukkan bahwa Tiongkok telah mencapai puncak baru epidemi. Banyak anak-anak yang terinfeksi dan mengalami gejala paru-paru putih lagi dan persediaan tempat tidur rumah sakit menjadi terbatas.

Dong Yuhong, pakar virologi dan penyakit menular di Eropa berkata : “Ini masih menunjukkan bahwa epidemi coronavirus  di Tiongkok sebenarnya masih ada, tetapi hanya karena pemerintah Tiongkok yang tidak melaporkannya, bahkan menutup-nutupi, atau bahkan menekan epidemi ini telah menyebabkan fakta bahwa masyarakat di Tiongkok sama sekali tidak menyadari situasi sebenarnya dari infeksi atau kematian akibat penyakit ini.

Virus corona baru mulai menyebar di kalangan anak-anak pada paruh kedua tahun lalu, namun langsung menyebar ke orang dewasa. PKT menyangkal betapa seriusnya epidemi ini bagi komunitas internasional, namun secara internal PKT menggunakan berbagai nama lain untuk menutupinya.

Partai Komunis Tiongkok secara resmi mengumumkan bahwa jumlah kasus yang disebut “batuk rejan” melebihi 90.000 kasus pada  April, meningkat hampir 83 kali lipat dari 1.074 kasus pada periode yang sama tahun lalu. Data sebenarnya mungkin lebih tinggi.

Dengan merebaknya epidemi virus COVID, angka kematian meningkat tajam. Kematian mendadak  terjadi di mana-mana, baik di kalangan orang tua maupun muda. Terutama sejak  April lalu, angka kematian mendadak semakin tinggi. Pada pertengahan April lalu, video seorang pengantar barang di Xi’an, Provinsi Shaanxi, secara tiba-tiba jatuh sakit menarik perhatian.

Menurut statistik yang tidak lengkap dari berita kematian resmi, setidaknya enam petugas polisi muda meninggal dunia secara mendadak karena sakit di sejumlah wilayah seperti Heilongjiang dan Mongolia dari pertengahan April hingga awal Mei tahun ini, dengan kasus  termuda baru berusia 31 tahun.

Dong Yuhong berkata: “Virus ini dapat menyebabkan hipoksia secara diam-diam. Ini adalah sindrom gangguan pernapasan akut, yang menyebabkan konsolidasi paru-paru skala besar, dan kemudian menyebabkan jaringan paru-paru tidak dapat berventilasi. Orang ini akan mengalami hipoksia. Ini bisa menyebabkan kematian, tapi ada prosesnya dan tidak akan menyebabkan kematian mendadak. Tapi apa buruknya? Artinya, orang-orang secara tidak sadar akan terkena lesi besar di paru-paru, tapi tidak bisa merasakannya adalah aspek yang sangat serius dan fatal dari infeksi virus ini.”

Dr Dong Yuhong mengatakan bahwa virus juga dapat menyebabkan lesi pembuluh darah, infark miokard dan infark otak dapat menyebabkan kematian secara mendadak.

Ia juga menambahkan: “Yang kedua, virus ini juga dapat menyebabkan lesi pembuluh darah dan menyebabkan trombosis. Jika trombosis terjadi di jantung maka akan menyebabkan infark miokard. Jika otak menyebabkan trombosis akan menyebabkan infark serebral. Oleh karena itu, infark miokard dan infark serebral keduanya merupakan penyebab paling umum kematian mendadak.”

“Lebih jauh lagi bisa menimbulkan penyakit syaraf. Misalnya kalau menyerang bagian tengah otak kita, misalnya pusat pernapasan, itu adalah markasnya, yang mengatur paru-paru kita, bagian pusat yang mengendalikan berfungsinya seluruh sistem pernapasan, jika pusat pernapasan di otak diserang, orang akan mati mendadak.”

Menurut orang-orang yang mengetahui masalah ini, demi menutupi epidemi ini, PKT mengeluarkan perintah internal untuk tidak membesar-besarkannya serta tidak menggunakan nama COVID-19, tidak mengizinkan rumah sakit mengeluarkan sertifikat COVID-19 dan  memerintahkan pemusnahan seluruh data epidemi COVID-19. (Hui)