Banyak Warga Tiongkok Memenuhi Kebutuhan Hidup dengan Mengandalkan Pinjaman Bank

oleh Tang Ying, Xiong Bin dan Chen Jianming

Akibat perekonomian dalam negeri yang merosot tajam dalam beberapa tahun terakhir, banyak warga Tiongkok baik dari bos pengusaha swasta sampai para pekerja migran, mereka terpaksa mengandalkan dana pinjaman atau menggesek kartu kredit untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Mrs. Wang yang dulunya adalah seorang pialang senior pada industri keuangan di Beijing yang kini sudah pensiun, namun dia harus terus bekerja untuk melunasi utangnya di bank yang berjumlah besar.

Mrs. Wang mengatakan : “Saya juga berharap bisa terbebas dari utang besar ini, jadi saya mencari perusahaan teknologi tinggi. Meskipun saya masih harus banyak belajar, dan mungkin dalam waktu singkat ini tidak berpenghasilan.”

Kepada reporter NTDTV ia mengatakan bahwa lingkungan di daratan Tiongkok secara keseluruhan saat ini memang buruk sehingga lebih sulit untuk bekerja di industri mana pun. Tidak semua orang dapat menghasilkan uang.

“Saya tahu ada sekelompok pekerja lepas yang kurang berprospek. Misalnya, bertindak sebagai entepreneur buka usaha kecil-kecilan, terutama di industri jasa dan industri katering, orang-orang yang berada di bidang inti ini pasti kurang diuntungkan”, katanya.

Mr. Huang dari Kota Wenzhou mengatakan bahwa sebagai pekerja sekarang juga bermasa depan suram karena menerima upah (bulanan) hanya beberapa ribu yuan saja. Sedangkan berbisnis juga tidak mudah. ​​Banyak orang malahan merugi dan terlilit hutang.

“Banyak warga biasa sampai terlilit utang berkisar antara puluhan hingga ratusan ribu yuan. Utang warga kaya bahkan mencapai jutaan yuan. Mereka terbeban pinjaman tetapi usaha apa pun merugi”, ujar Mr. Huang.

Mr. Luo dari Zunyi, Guizhou mengatakan kepada reporter NTDTV, bahwa banyak orang sekarang menganggur karena sulit mendapatkan pekerjaan. Mereka hanya bergantung pada hutang dan kartu kredit untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Mr. Luo menambahkan : “Hampir dapat dikatakan bahwa kecuali mereka yang berada dalam sistem yang masih mendapatkan upah, banyak orang yang tidak dapat menemukan pekerjaan untuk menghasilkan uang. Terpaksa berkumpul dalam rumah, menggesek kartu kredit, meminjam uang, dll,. Apa boleh buat ! Banyak sekali orang yang penggunaan dananya telah melampaui plafon kredit sehingga terblokir”. 

Mr. Chen, pemilik sebuah supermarket di Kota Suzhou, mengatakan bahwa banyak pelanggan yang menjaga kredibilitas akan datang ke tokonya untuk mendapatkan uang tunai yang digunakan melunasi saldo utang di kartu kreditnya. Kemudian menarik lebih banyak dana guna membayar tokonya dan membeli barang keperluan. 

Mr. Chen mengatakan : “Orang-orang itu tidak punya uang. Mereka datang ke tempat saya lalu  menggesekkan kartunya di mesin saya untuk mendapatkan uang tunai dari saya yang ia gunakan untuk perputaran. Cukup aman bukan, saya cuma berikan belasan ribu yuan karena plafon kartu kreditnya mencapai puluhan ribu yuan. Dari situ saya bisa memungut sedikit komisi atas transaksi”.

Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah besar masyarakat Tiongkok mengandalkan kartu kredit untuk memenuhi kebutuhan hidup. Mereka mengajukan permohonan kartu kredit di beberapa bank dan mengandalkan pinjaman itu untuk membiayai kebutuhan hidup mereka sampai mentog plafon kartu kredit, tidak terbayar kemudian dimasukkan ke dalam daftar hitam oleh pihak bank. (sin)