Praktisi Falun Gong Mencari Bantuan Masyarakat Internasional untuk Menyelamatkan Wanita yang Diculik di Tiongkok karena Keyakinannya

Sun Caiyan, seorang praktisi Falun Gong dan ibu dari dua anak, ditempatkan di sebuah pusat penahanan oleh polisi Tiongkok

Sophia Lam

Seorang wanita di kota Dalian, pesisir timur Tiongkok, ditahan lagi oleh polisi, untuk kedua kalinya ia dipenjara karena keyakinannya, menurut Minghui.org, sebuah situs web yang berbasis di Amerika Serikat yang didedikasikan untuk melacak penganiayaan terhadap Falun Gong.

Sun Caiyan, seorang praktisi Falun Gong dan ibu dari dua anak, ditempatkan di sebuah pusat penahanan setelah polisi dari Kantor Polisi Nanshan setempat membawanya pergi pada  12 Mei, Minghui melaporkan pada 18 Mei.

Polisi juga pergi ke rumah Sun Caiyan dan menyita barang-barang termasuk kartu identitas dan surat tanda daftar rumah tangga miliknya tanpa menunjukkan surat perintah atau meninggalkan sebuah daftar dari harta benda yang telah diambil.

The Epoch Times menghubungi kantor polisi dan departemen keamanan negara setempat, juga dikenal sebagai Kantor 610, pada 12 Juni. Keduanya menolak komentar.

Sun Caiyan sebelumnya diculik karena keyakinannya pada 2014, dan pada 2015 ia dijatuhi hukuman tiga tahun tiga bulan penjara.

Falun Gong, juga dikenal sebagai Falun Dafa, adalah latihan spiritualitas Tiongkok kuno yang mengajarkan prinsip-prinsip inti Sejati, Baik, dan Sabar bersama dengan latihan meditasi duduk dan empat latihan gerakan lambat dalam posisi berdiri.

Latihan ini dengan cepat mendapatkan popularitas di Tiongkok pada tahun 1990-an setelah Falun Gong diperkenalkan ke masyarakat pada  1992. Pada  1998, lebih banyak orang yang berlatih Falun Gong daripada anggota Partai Komunis Tiongkok, menurut Pusat Info Falun Dafa yang berbasis di Amerika Serikat. Lebih dari 100 juta orang Tiongkok mempelajari Falun Gong, dibandingkan dengan 60 juta anggota Partai Komunis Tiongkok saat itu.

Partai Komunis Tiongkok memulai kampanye besar-besaran yang menargetkan Falun Gong pada tahun 1999. Mantan pemimpin Partai Komunis Tiongkok Jiang Zemin secara pribadi merencanakan, meluncurkan, dan melaksanakan kendali selama kampanye tersebut meskipun para pemimpin senior lainnya menentang, karena “kecemburuan dan motivasi-motivasi politik,” kata Pusat Info Falun Dafa. Jiang Zemin berusaha memberantas praktik damai ini dalam waktu tiga bulan.

Penganiayaan yang dilakukan oleh Partai Komunis Tiongkok sedang berlangsung di Tiongkok.

Seorang teman Sun Caiyan, seorang praktisi Falun Gong dari Dalian yang sekarang tinggal di Amerika Serikat, menyerukan perhatian internasional untuk membantu penyelamatan Sun Caiyan dan praktisi lainnya yang menderita akibat penganiayaan di Tiongkok.

“Kami menuntut agar Partai Komunis Tiongkok segera menghentikan penganiayaan terhadap praktisi-praktisi Falun Gong dan membebaskan semua praktisi Falun Gong yang ditahan di pusat penahanan dan penjara,” kata Yang, seorang wanita yang juga merupakan penyintas penyiksaan dari Tiongkok.

“Kami berharap masyarakat internasional akan menegakkan keadilan dan menunjukkan keprihatinan mengenai penganiayaan di Tiongkok yang telah berlangsung selama 25 tahun.”

Keluarga Dianiaya Selama Lebih Dari Dua Dekade

Keluarga Sun Caiyan menderita penganiayaan selama lebih dari 20 tahun setelah Partai Komunis Tiongkok, yang menganggap popularitas Falun Gong sebagai ancaman, meluncurkan kampanye penganiayaan secara nasional terhadap latihan spiritual ini pada tahun 1999.

Sun Caiyan dan suaminya, Guo Qi, juga seorang pratisi Falun Gong, mengalami pelecehan terus-menerus dan beberapa kali penahanan dan penangkapan, menurut laporan Minghui pada  2021.

Pada  Agustus 1999, satu bulan setelah dimulainya penganiayaan, Sun Caiyan maupun Guo Qi ditahan oleh polisi setempat karena berlatih meditasi Falun Gong di luar ruangan bersama beberapa praktisi Falun Gong lainnya.

Guo Qi dibebaskan setelah ayahnya dipaksa menandatangani pernyataan-pernyataan untuk melepaskan Falun Gong dan berjanji tidak akan pergi ke Beijing untuk mengajukan permohonan untuk Falun Gong. Sun Caiyan ditahan di pusat rehabilitasi narkoba setempat selama dua bulan dan dibebaskan pada bulan Oktober.

Pada  Februari 2001, Guo Qi ditangkap di tempat kerjanya dan dibawa ke Kamp Kerja Paksa Dalian, tempat ia menjalani hukuman selama tiga tahun yang dijatuhkan oleh polisi tanpa proses hukum.

Di kamp kerja paksa, Guo Qi menjadi sasaran penyiksaan secara brutal, termasuk penyiksaan ditelanjangi dan dipukuli dengan tongkat berduri, disetrum dengan banyak pentungan listrik secara bersamaan, dicekok paksa makan, dan dianiaya secara seksual. Tubuhnya menderita kudis.

Pada awal tahun 2002, Guo Qi menderita edema dan kesulitan buang air kecil kemudian mengalami kesulitan bernapas. Para penjaga membawanya ke rumah sakit, di mana dokter menemukan bahwa Guo Qi menderita glomerulonefritis akut (radang filter-filter kecil di ginjal) dan mengatakan ia bisa mati kapan saja. Kamp kerja paksa menelepon keluarganya. Ketika keluarga Guo Qi tiba di rumah sakit, para penjaga pergi dan meninggalkan semua biaya pengobatan untuk ditanggung oleh keluarga Guo Qi.

Guo Qi dipulangkan dan kembali ke rumah setelah 19 hari perawatan. Tetapi polisi setempat dan anggota staf dari pemerintah daerah dan masyarakat terus-menerus mengunjungi rumahnya, mengetuk pintu, mengancam, dan memaksa Guo Qi untuk meninggalkan keyakinannya. Sun Caiyan dan Guo Qi itu harus meninggalkan anak-anak mereka yang masih kecil dan orang tua lanjut usia dan bersembunyi. Mereka pergi selama enam tahun, tidak dapat kembali ke rumah sampai  2008.

Pada  21 Juli 2014, Sun Caiyan diculik oleh polisi dari Kantor Polisi Lapangan Haijun dan Kantor Polisi Chunhai di Kota Dalian, yang membobolnya rumah, menggerebek kediamannya, dan membawanya ke sebuah pusat penahanan.

Kejadian tersebut semakin membuat trauma ayah mertuanya yang sudah lanjut usia, yang berada di rumah pada saat itu dan menyaksikan penangkapan dan penggerebekan dengan kekerasan. Polisi kemudian melanjutkan pelecehan terus-menerus terhadap keluarga Sun Caiyan, menambah ketakutan dan tekanan mental yang telah dialami ayah mertuanya selama lebih dari dua dekade. Ayah mertuanya menjadi terbaring di tempat tidur dan meninggal pada  2016.

Sun Caiyan dijatuhi hukuman tiga tahun tiga bulan penjara oleh Pengadilan Dalian Shahekou dan menjalani masa penahanannya di Penjara Wanita Provinsi Liaoning sampai ia dibebaskan pada  2017.

Penjara Wanita Provinsi Liaoning terkenal karena penyiksaan brutalnya terhadap praktisi-praktisi Falun Gong. Minghui menyatakan bahwa setidaknya ada 63 wanita praktisi Falun Gong telah disiksa sampai mati oleh polisi dan pihak berwenang penjara tersebut  Juli 1999.

Karena sensor Partai Komunis Tiongkok dan tindakan lain untuk menyembunyikan ruang lingkup dan parahnya penganiayaan, “kampanye sistematis mengenai penculikan, penyiksaan, dan kematian yang menyasar puluhan juta orang Tiongkok sebagian besar masih tersembunyi dari pandangan,” kata Falun Dafa Information Center yang berbasis di Amerika Serikat, sebuah organisasi didedikasikan untuk mendokumentasikan pelanggaran hak asasi manusia di Tiongkok dan untuk mengorganisasikan kampanye penyelamatan.

Ketika Sun Caiyan dibebaskan pada  Oktober 2017 setelah menjalani masa hukuman penuh, ia hampir tidak dapat berjalan setelah ia dibebaskan karena penyiksaan yang dideritanya di penjara tersebut.

Ayah Sun Caiyan juga menderita trauma jangka panjang yang luar biasa akibat  penganiayaan yang dialami oleh putri dan menantunya sejak tahun 1999. Ayah Sun Caiyan meninggal pada tahun 2019.

Suami Sun Caiyan, Guo Qi, meninggal dunia pada  Juni 2021, pada usia 51 tahun, akibat sepsis dan kegagalan seluruh organ dalam tubuhnya. Tubuh dan pikiran Guo Qi mencapai batas kemampuannya setelah bertahun-tahun dianiaya, di tengah kekhawatiran terhadap istrinya, bertanggung jawab sendirian merawat anak-anak dan orang tua lanjut usia, dan mengalami pelecehan dan pemaksaan terus-menerus dari polisi dan pegawai-pegawai pemerintah.

Beberapa bulan setelah kematian Guo Qi, ibu Sun Caiyan, Wang Yuhe, juga seorang praktisi Falun Gong, ditangkap oleh polisi setempat pada  Oktober 2021. Ia berusia 80 tahun saat itu, dan dilaporkan dipenjara di Penjara Wanita Provinsi Liaoning.

‘Harapan untuk Bantuan Internasional’

Menyusul penangkapan Sun Caiyan pada  Mei, temannya yang bernama Yang mendesak masyarakat internasional untuk membantu menyelamatkan Sun Caiyan, ibu Sun Caiyan, dan praktisi Falun Gong lainnya dianiaya di Tiongkok.

“Saya sangat berharap masyarakat internasional khususnya anggota-anggota parlemen dan lembaga-lembaga yang berdedikasi pada hak asasi manusia dan kebebasan berkeyakinan, akan membela perlindungan dan penyelamatan praktisi-praktisi Falun Gong,” kata Yang.

“Di Tiongkok Daratan, praktisi-praktisi Falun Gong masih menghadapi penganiayaan tanpa henti yang mengancam hidup mereka setiap saat. Kami mengharapkan bantuan internasional dalam penderitaan mereka.”

Yang adalah orang yang selamat dari penyiksaan di pusat-pusat penahanan dan kamp-kamp kerja paksa Tiongkok. Ia ditahan tiga kali oleh polisi Liaoning dan ditahan di sebuah kamp kerja paksa selama dua tahun. Ibunya, Dong Baoxin, meninggal dalam kesedihan. Kakak perempuannya, Yang Chunling, meninggal dunia akibat penyiksaan berat.

Dengan bantuan rekan-rekan praktisi Falun Gong dan anggota-anggota parlemen Amerika Serikat, Yang meninggalkan Tiongkok pada  2011 dan kini menetap di Amerika Serikat. (Vv)