Wali Kota Wanita Filipina Ini Diduga Pelaku Penyamaran dan Melarikan Diri, Polisi Mengungkap Fakta Mengejutkan

Li Ming/Yun Tao – NTD

Seorang wanita Tiongkok bernama Guo Huaping, yang diketahui telah menyamar sebagai warga negara Filipina, saat ini tidak diketahui keberadaannya. Setelah Senat Filipina mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadapnya, polisi Filipina menyatakan bahwa dia mungkin telah melarikan diri setelah mengubah penampilannya di rumah sakit bawah tanah. 

Polisi juga mengungkapkan bahwa penyelidikan menemukan setidaknya ada ratusan orang Tiongkok yang menggunakan identitas palsu untuk berpura-pura menjadi warga Filipina. Berita ini menambah kekhawatiran masyarakat Filipina tentang penyusupan luas mata-mata dari Partai Komunis Tiongkok (PKT).

Juru bicara Komisi Kejahatan Terorganisir di Kantor Kepresidenan Filipina (PAOCC), Winston Casio, baru-baru ini menyatakan kepada media bahwa Guo Huaping mungkin telah menjalani operasi plastik di sebuah rumah sakit rahasia miliknya untuk menghindari pengejaran polisi.

Baru-baru ini, polisi Filipina menggerebek sebuah lembaga medis ilegal dan menemukan peralatan medis yang digunakan untuk operasi plastik di rumah sakit bawah tanah tersebut. Polisi mengungkapkan bahwa rumah sakit bawah tanah ini awalnya didirikan sebagai pusat penipuan untuk merawat karyawan mereka. Dikarenakan Guo Huaping sudah tidak diketahui keberadaannya, tidak menutup kemungkinan dia telah melarikan diri setelah menjalani operasi plastik di rumah sakit tersebut.

Guo Huaping, yang pernah menjabat sebagai wali kota  Bamban, Provinsi Tarlac, Filipina, menggunakan nama Alice Leal Guo di Filipina. Bulan lalu, Biro Investigasi Nasional Filipina (NBI) mengonfirmasi bahwa identitas aslinya adalah seorang wanita Tiongkok yang datang ke Filipina saat berusia 13 tahun dan mencurigai bahwa dia adalah mata-mata PKT. Dia memiliki banyak tanah di kota Bamban dan diduga mengoperasikan kawasan perjudian lepas pantai. Bangunan yang tampak seperti vila mewah di kawasan itu sebenarnya adalah pusat penipuan, yang terlibat dalam perdagangan manusia terorganisir dan aktivitas kriminal penahanan ilegal.

Guo Huaping sempat terpilih sebagai wali kota  Bamban dengan identitas palsu. Namun, pada  Maret lalu, seorang pekerja asal Vietnam berhasil melarikan diri dari pusat penipuan tersebut dan melaporkannya kepada polisi. Kemudian, polisi Filipina menggerebek bangunan mewah yang sebagian dimiliki oleh Guo Huaping dan menyelamatkan hampir 700 orang yang secara ilegal dibatasi kebebasannya. Dari orang-orang yang diperdagangkan ke Filipina tersebut, 202 di antaranya adalah warga negara Tiongkok.

Setelah itu, Guo Huaping menjadi subjek penyelidikan oleh polisi. NBI kemudian menemukan bahwa sidik jarinya cocok dengan sidik jari seorang warga negara Tiongkok yang memasuki Filipina saat berusia 13 tahun. Pada Mei tahun ini, ketika dipanggil untuk bersaksi di Senat, Guo memberikan keterangan yang samar tentang latar belakang hidupnya. Setelah Senat mengajukan surat perintah penangkapan terhadapnya, diketahui bahwa dia telah menghilang, dan hingga kini keberadaannya tak diketahui.

Otoritas Filipina telah membekukan aset Guo Huaping dan orang-orang lain yang terkait dengan pusat penipuan, termasuk 90 rekening bank, properti, mobil mewah, dan sebuah helikopter.

Selain itu, menurut laporan dari South China Morning Post di Hong Kong, NBI menemukan ratusan akta kelahiran palsu milik warga negara Tiongkok dalam penyelidikan terkait.

Pada 11 Juli, NBI mengumumkan bahwa dalam penyelidikan ditemukan bahwa Kantor Catatan Sipil di Kota Santa Cruz, Provinsi Davao del Sur, memalsukan akta kelahiran di Filipina untuk setidaknya 200 orang Tiongkok pada tahun 2018-2019. Pekan lalu, NBI mengumumkan penemuan hampir 1000 dokumen palsu lainnya, sebagian besar terdaftar untuk warga negara Tiongkok sejak tahun 2016. Filipina mungkin menyembunyikan ratusan orang seperti “Guo Huaping”, dan potensi bahaya ini telah menimbulkan kegemparan di masyarakat Filipina.

Dalam wawancara dengan South China Morning Post, Sherwin Ona, seorang profesor ilmu politik di Universitas De La Salle mengatakan bahwa orang-orang yang berpura-pura menjadi warga negara Filipina dapat mencalonkan diri dalam jabatan publik, membeli properti, dan senjata, dan hal ini sangat mengkhawatirkan. Dia percaya bahwa sejumlah besar akta kelahiran palsu yang dibuat di Kota Santa Cruz dan kasus Guo Huaping mungkin merupakan bagian dari “rencana yang direncanakan dengan cermat” yang jelas memiliki niat kriminal, bahkan mungkin “dengan niat untuk mempengaruhi secara jahat.”

Ona menyatakan: “Situasi ini telah berlangsung cukup lama. Sekarang, lembaga pengawasan dan keamanan kita bertanggung jawab untuk melacak dan mengungkap kasus-kasus ini.”