Perang Berlanjut, Rusia Menolak Rencana Kyiv untuk Mengakhiri Perang

Pada Rabu (28/8), Kremlin Rusia membantah pernyataan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky tentang rencana mengakhiri perang Rusia-Ukraina, dan menegaskan bahwa pasukan Rusia akan terus beroperasi di wilayah Ukraina

secretchina.com

Menurut laporan Reuters, pada 28 Agustus, ketika ditanya tentang rencana Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky untuk mengakhiri perang Rusia-Ukraina, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan kepada wartawan, “Ini bukan pertama kalinya kami mendengar pernyataan semacam ini dari rezim Kyiv. Kami memahami sifat rezim Kyiv. Kami akan terus melanjutkan operasi militer khusus kami dan akan mencapai semua tujuan kami.”

Juru bicara Kremlin menyatakan bahwa Rusia mendukung pandangan Perdana Menteri India Narendra Modi mengenai perlunya penyelesaian damai perang Rusia-Ukraina. Namun, jelas bahwa saat ini tidak ada dasar untuk perundingan damai antara kedua belah pihak.

Pada 27 Agustus, Perdana Menteri India Narendra Modi, setelah mengunjungi Kyiv, ibu kota Ukraina, dan mengadakan pertemuan dengan Zelensky, mengatakan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin melalui telepon bahwa India mendukung penyelesaian damai perang Rusia-Ukraina secepat mungkin.

Menurut laporan TASS Rusia, pada 12 Agustus, Presiden Rusia Vladimir Putin dalam sebuah pertemuan mengenai situasi perbatasan Rusia mengatakan bahwa tujuan serangan lintas batas oleh pasukan Ukraina di wilayah perbatasan Rusia adalah untuk meningkatkan posisi negosiasi Kyiv sebelum kemungkinan perundingan damai, serta memperlambat kemajuan pasukan Rusia di garis depan medan perang Ukraina.

Presiden Rusia tersebut menegaskan, “Sekarang sudah jelas mengapa rezim Kyiv menolak usulan kami untuk perundingan damai.” 

Ukraina, dengan bantuan negara-negara Barat, sedang menjalankan perintah mereka, sementara Barat menggunakan Ukraina untuk melancarkan perang melawan Rusia, dengan tujuan meningkatkan posisi mereka dalam negosiasi masa depan. 

Oleh karena itu, saat ini tidak ada gunanya mengadakan perundingan damai dengan pihak berwenang Kyiv. Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov pada 19 Agustus menyatakan bahwa setelah pasukan Ukraina melancarkan invasi lintas batas besar-besaran ke wilayah Kursk Rusia pada 6 Agustus, perundingan damai antara Rusia dan Ukraina tidak mungkin dilakukan.

Menurut laporan AFP dan BBC News Inggris, pada 27 Agustus, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam konferensi pers mengenai perang Rusia-Ukraina mengatakan bahwa perang dengan Rusia pada akhirnya akan berakhir melalui perundingan, tetapi pihak berwenang Kyiv harus berada dalam posisi yang kuat saat perundingan tersebut.

Zelensky mengatakan bahwa invasi lintas batas Ukraina selama tiga minggu ke wilayah Kursk Rusia adalah bagian dari rencananya untuk mengakhiri perang Rusia-Ukraina, tetapi juga mencakup bagian lain dari aspek ekonomi dan diplomasi. 

“Poin utama dari rencana ini adalah memaksa Rusia mengakhiri perang ini. Saya sangat berharap dapat mencapainya, karena ini adalah hal yang adil bagi Ukrainam,” jelasnya. 

Meskipun Zelensky tidak merinci lebih lanjut rencana berikutnya, ia menyatakan bahwa ia akan mendiskusikan rencana tersebut dengan Wakil Presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat, Kamala Harris, dan mungkin juga dengan kandidat presiden dari Partai Republik, Donald Trump.

Zelensky juga menyatakan harapannya untuk menghadiri Sidang Umum PBB yang akan diadakan di New York pada bulan September, dan siap bertemu dengan Presiden AS Joe Biden.

Pernyataan Presiden Ukraina menunjukkan bahwa ia menganggap forum utama untuk perundingan potensial adalah KTT perdamaian internasional berikutnya, di mana pihak berwenang Kyiv berharap Rusia mengirim perwakilan untuk menghadiri KTT tersebut. (jhon)