Perang Rusia-Ukraina: Rusia Ancam Ubah Dokrin Penggunaan Senjata Nuklir Menanggapi Barat

Secretchina.com

Menanggapi peran negara-negara Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat dalam perang Rusia-Ukraina, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Ryabkov, menyatakan bahwa Moskow akan mengubah kebijakan penggunaan senjata nuklirnya untuk merespons eskalasi perang tersebut oleh Barat.

Menurut laporan Reuters yang mengutip media resmi Rusia, TASS, Ryabkov menyatakan bahwa Rusia akan mengubah doktrin nuklir mereka. Keputusan ini, katanya, “berkaitan dengan eskalasi yang dilakukan oleh lawan-lawan Barat kami dalam perang Ukraina.” Ia menambahkan, “Pekerjaan ini telah memasuki tahap akhir, dan kami memiliki niat yang jelas untuk merevisinya.”

Ryabkov tidak mengungkapkan kapan panduan penggunaan senjata nuklir yang diperbarui oleh Rusia akan siap. Ia mengatakan, “Mengingat kita sedang membahas aspek paling penting dari keamanan nasional, penyelesaian pekerjaan ini adalah masalah yang cukup sulit.”

Sampai saat ini, pernyataan Wakil Menteri Luar Negeri Rusia ini adalah pernyataan paling jelas dari pemerintah Moskow terkait panduan penggunaan senjata nuklir, yang menunjukkan bahwa Rusia memang akan membuat perubahan terhadap syarat penggunaan senjata nuklir.

Dalam doktrin penggunaan senjata nuklir yang diungkapkan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin pada tahun 2020, disebutkan bahwa Rusia mungkin akan menggunakan senjata nuklir jika musuhnya melakukan serangan nuklir atau serangan militer konvensional yang mengancam kelangsungan hidup negara tersebut.

Peringatan Sekutu NATO tentang Risiko Perang Nuklir

Menurut laporan TASS, pada 30 Agustus, Menteri Luar Negeri Turkiye Hakan Fidan mengeluarkan peringatan tentang risiko terjadinya perang nuklir antara NATO dan Rusia. Turkiye adalah anggota NATO dan sekutu penting Amerika Serikat, meskipun Presiden Turkiyhe Recep Tayyip Erdoğan terkadang memiliki pandangan berbeda dengan Barat terkait perang Rusia-Ukraina.

Dalam wawancara dengan TRT Haber, Fidan mengatakan, “Sayangnya, perang antara Rusia dan Ukraina yang berlangsung di jantung Eropa ini telah memasuki tahun ketiga. Perang ini memiliki risiko meningkat menjadi perang yang melibatkan penggunaan senjata nuklir.”

Fidan menambahkan, “Tidak ada yang lebih manusiawi daripada menyerukan penghentian perang Rusia-Ukraina,” dan menyatakan bahwa negosiasi damai diperlukan untuk “mencegah kawasan kita dari kerusakan lebih lanjut akibat perang.”

Sebelumnya, kepala Badan Intelijen Asing (SVR) Rusia, Sergei Naryshkin, pada 29 Agustus mengecam Amerika Serikat mencoba menciptakan ketidakseimbangan dalam sistem keamanan internasional di bidang nuklir.

Dalam beberapa minggu terakhir, tentara Ukraina melancarkan serangan militer besar-besaran di wilayah Kursk, Rusia, yang menandai pertama kalinya sejak Perang Dunia II bahwa wilayah Rusia diduduki oleh tentara asing. Namun, sejak perang Rusia-Ukraina meletus pada Februari 2022, kekhawatiran internasional terus meningkat terkait kemungkinan Rusia menggunakan senjata nuklir.

Gerakan Internasional untuk Penghapusan Senjata Nuklir (ICANW) menyatakan bahwa karena Rusia memiliki lebih banyak hulu ledak nuklir daripada negara lain, Presiden Rusia Vladimir Putin telah berulang kali membuat pernyataan mengejutkan terkait senjata nuklir selama perang Rusia-Ukraina.

Pada Juni lalu, Putin mengatakan bahwa Barat tidak boleh “meremehkan” kemungkinan penggunaan senjata nuklir oleh Rusia dalam perang Rusia-Ukraina. Pemimpin Rusia itu menyatakan, “Untuk alasan tertentu, Barat berpikir bahwa Rusia tidak akan pernah menggunakan senjata nuklir… Kami memiliki doktrin nuklir kami sendiri.” Putin mengacu pada kebijakan Rusia yang mengizinkan penggunaan senjata nuklir.

Putin juga menambahkan, “Jika ada tindakan yang mengancam kedaulatan dan integritas teritorial kami, maka kami akan menggunakan segala cara yang tersedia. Ini tidak boleh dianggap remeh.”

Dalam perang ini, Amerika Serikat telah menjadi sekutu penting bagi pemerintah Kiev. Pemerintahan Biden dan banyak pemimpin dunia lainnya menyatakan bahwa perang Rusia-Ukraina yang dilancarkan oleh Moskow adalah tindakan yang tidak memiliki alasan yang sah. Washington telah memberikan bantuan militer yang sangat besar kepada pemerintah Ukraina, yang terbukti penting bagi Ukraina dalam menghadapi serangan militer Rusia.

Serangan militer Ukraina terhadap wilayah Kursk di Rusia telah memicu kekhawatiran terkait penggunaan nuklir oleh Rusia. Pemerintah Moskow sebelumnya menuduh Kiev mencoba menggunakan drone untuk menyerang pembangkit listrik tenaga nuklir Kursk. (jhon)