Revolusi yang Diekspor Partai Komunis Tiongkok, Membuat Marah Netizen : Dana untuk Sekutu, Tidak untuk Rakyat

Secretchina.com

Setelah reformasi dan keterbukaan, Tiongkok semakin bangkit. Untuk memperkuat pengaruhnya di panggung internasional, Tiongkok menggunakan strategi “dana besar-besaran” untuk merangkul sekutu-sekutu di Afrika. Selain itu, Tiongkok juga mengekspor revolusi dengan tujuan membina lebih banyak “negara sahabat.” Salah satu contohnya adalah Presiden Zimbabwe saat ini, Emmerson Mnangagwa, yang pernah menerima pendidikan revolusi di Tiongkok. Dia kembali ke negaranya dan menggulingkan pemerintahan kolonial Inggris, serta mendirikan Zimbabwe yang ada saat ini.

Baru-baru ini, Mnangagwa kembali mengunjungi Tiongkok. Ditemani oleh pejabat militer Tiongkok, ia mengunjungi Akademi Komando Angkatan Darat Nanjing, tempat ia dilatih dahulu. Ia mengingat bahwa pada tahun 1964, ia bersama empat rekan Zimbabwe pergi ke Tiongkok untuk menerima pelatihan dan akhirnya berhasil menggulingkan pemerintahan kolonial Inggris, serta mendirikan negara Zimbabwe saat ini. Dari lima orang yang belajar di Tiongkok, kini hanya Mnangagwa yang masih hidup.

 Setelah membaca laporan terkait, netizen Tiongkok menanggapi dengan sarkastis bahwa Mnangagwa adalah “bukti hidup” dari ekspor revolusi oleh Tiongkok. Ada pula yang mencibir bahwa Mnangagwa, sebagai lulusan Akademi Komando Angkatan Darat Nanjing, telah “berhasil” membuat mata uang Zimbabwe bernilai serupa dengan uang kertas pemakaman Tiongkok, menunjukkan bahwa ia “Benar-benar belajar dengan baik.” dari PKT.

Namun, Zimbabwe bukan satu-satunya negara Afrika yang memiliki hubungan dekat dengan Tiongkok. Dalam Forum Kerjasama Tiongkok-Afrika yang baru-baru ini diadakan di Tiongkok, Sekjen Partai Komunis Tiongkok (PKT) Xi Jinping juga bertemu dengan banyak pemimpin negara Afrika di Beijing. Seorang pengguna X membagikan sebuah gambar yang menunjukkan bahwa empat surat kabar besar Tiongkok—People’s Daily, Guangming Daily, PLA Daily, dan Economic Daily—semuanya menggunakan foto dan artikel yang sama di halaman depan mereka, memperkenalkan pertemuan Xi dengan “saudara-saudara Afrika,” yang dinilai menyeramkan oleh banyak orang.

Selain itu, banyak pemimpin negara Afrika yang datang dengan pengawalnya ke Tiongkok. Seorang pengguna X bernama “Faniel Fang” membagikan sebuah foto yang menunjukkan Menteri Luar Negeri Tiongkok, Wang Yi, berjalan beriringan dengan beberapa pemimpin Afrika yang mengenakan pakaian tradisional dan membawa busur serta panah di jalanan Beijing. Faniel Fang heran dan bertanya, “Beijing tidak memiliki ‘buruan,’ tapi mengapa ada begitu banyak ‘pemburu’ di sini?”

Netizen Marah dengan Kebijakan “Dana untuk Sekutu, Tidak untuk Rakyat”

Seorang pengguna X lainnya membagikan hasil pencarian di Baidu yang menunjukkan bahwa Tiongkok telah memberikan banyak bantuan kepada Republik Demokratik Kongo hingga negara itu berhasil mewujudkan “layanan kesehatan gratis untuk seluruh warganya.” 

Hal ini dianggap sebagai bukti “kepemimpinan besar” Tiongkok dan memperkuat persahabatan antara Tiongkok dan Afrika. Namun, netizen merasa marah karena di dalam negeri Tiongkok, masih banyak warga yang “tidak mampu berobat dan tidak mampu membeli obat.” Kebijakan besar-besaran ini membuat netizen mengutuk kebijakan Partai Komunis Tiongkok yang disebut “lebih memilih membantu negara sahabat daripada rakyat sendiri.”

Tiongkok Mengeluarkan Dana untuk Mengajari 6 Negara Afrika Cara Memerintah?

 Sebelumnya, Partai Komunis Tiongkok mengeluarkan dana sebesar 40 juta dolar AS untuk melatih pejabat muda dari partai yang berkuasa di enam negara Afrika. Ini dinilai sebagai cara Tiongkok untuk mengekspor model pemerintahannya. Beberapa analis menyatakan bahwa Akademi Partai di Afrika ini bertujuan untuk menyebarkan model “dominasi partai tunggal.”

Menurut laporan South China Morning Post dari Hong Kong, Akademi Kepemimpinan Mwalimu Julius Nyerere di Tanzania, yang resmi dibuka pada Maret 2022, dibangun atas inisiatif enam negara, yaitu Afrika Selatan, Tanzania, Mozambik, Zimbabwe, Angola, dan Namibia. Akademi ini didanai oleh Komite Sentral Partai Komunis Tiongkok melalui Departemen Hubungan Internasional dengan sumbangan sebesar 40 juta dolar AS, dan juga bertanggung jawab atas kursus pelatihan yang dimulai awal bulan ini.

 Menurut Voice of America, akademi ini tidak hanya memperkuat “diplomasi partai,” tetapi juga mencoba untuk mengajarkan model pemerintahan Tiongkok kepada negara-negara Afrika, terutama terkait “dominasi partai tunggal” dan “kekuatan partai di atas pemerintahan.” Oleh karena itu, akademi ini dijuluki sebagai “cabang Akademi Partai Tiongkok di Afrika.”

Selain itu, pada Juni 2022, Tiongkok juga mengundang negara-negara di Tanduk Afrika untuk menghadiri konferensi “Keamanan, Pemerintahan, dan Pembangunan” pertama di Ethiopia. Enam negara, termasuk Kenya, Djibouti, Somalia, Uganda, dan Sudan, mengirim pejabat tinggi mereka untuk berpartisipasi. Pihak Tiongkok mengklaim bahwa pertemuan ini bertujuan untuk membahas tantangan keamanan, pembangunan, dan tata kelola di kawasan tersebut. (jhon)