Diduga Kembali Berseteru dengan Beijing, Korut Sebut Tiongkok sebagai “Musuh Abadi”

Seiring dengan meningkatnya hubungan antara Korea Utara dan Rusia, ada tanda-tanda bahwa hubungan antara Korea Utara dan Tiongkok mulai merenggang. Menurut laporan media Korea Selatan, pemimpin Korea Utara Kim Jong-un secara pribadi telah menetapkan Tiongkok sebagai musuh utama Korea Utara, menyebutnya sebagai “musuh abadi.”

Wang Junyi – Epoch Times

Pada Jumat (20/9), surat kabar utama Korea Selatan, JoongAng Ilbo, mengutip beberapa sumber yang akrab dengan situasi Korea Utara yang melaporkan bahwa Kim Jong-un baru-baru ini menyebut Tiongkok sebagai “musuh abadi” sebagai tanggapan atas tekanan yang semakin meningkat dari Beijing terhadap negaranya.

Untuk Korea Utara yang sebelumnya bersekutu dengan Tiongkok, pernyataan ini sangat jarang terjadi. JoongAng Ilbo menganalisis bahwa kemungkinan besar hal ini terkait dengan langkah-langkah tegas yang diambil oleh otoritas Tiongkok terhadap aktivitas penyelundupan Korea Utara, termasuk penyitaan barang pribadi Kim Jong-un yang disebut sebagai “Barang Nomor Satu” dan menolak mengembalikannya.

 Di Korea Utara, pernyataan pribadi Kim Jong-un secara sistematis dipromosikan dan ditegakkan di kalangan partai dan militer, menjadi pedoman perilaku. Pedoman ini sangat mempengaruhi nada hubungan antara Korea Utara dan Tiongkok.

Sebelumnya, Korea Utara beberapa kali tidak mengirimkan diplomat untuk menghadiri acara resmi Tiongkok, menunjukkan ketidakpuasan mereka. Pada Juli lalu, Kim Jong-un juga mengeluarkan instruksi serupa kepada para diplomat Korea Utara yang berada di Tiongkok, meminta mereka untuk mengabaikan perasaan Tiongkok.

Diketahui bahwa pada 31 Juli lalu, Kementerian Pertahanan Tiongkok mengadakan resepsi di Balai Agung Rakyat di Beijing untuk merayakan peringatan 97 tahun berdirinya Tentara Pembebasan Rakyat, namun atase militer Korea Utara di Beijing tidak hadir. Tiongkok mengundang semua atase militer dari negara-negara yang memiliki hubungan diplomatik, termasuk Korea Utara dan Korea Selatan, yang menghadiri acara tersebut melalui perwakilan militernya.

Pada saat yang sama, Duta Besar Tiongkok untuk Korea Utara, Wang Yajun, juga tidak hadir pada parade simbolis peringatan 71 tahun gencatan senjata Perang Korea yang diadakan di alun-alun stadion Pyongyang pada 27 Juli malam. Mengenai ketidakhadirannya, Kementerian Luar Negeri Tiongkok menyatakan bahwa “Duta Besar Wang sedang berlibur di Tiongkok.”

Seorang sumber diplomatik berkomentar bahwa ini sangat berbeda dengan kebiasaan Korea Utara yang sebelumnya aktif berpartisipasi dalam berbagai acara peringatan di Tiongkok.

Ini juga bukan pertama kalinya Kim Jong-un mengungkapkan ketidakpuasannya terhadap Tiongkok.

Sumber menyebutkan bahwa pada awal 2015, Kim Jong-un pernah mengatakan, “Amerika dan Jepang adalah musuh abadi selama 100 tahun, tetapi Tiongkok adalah musuh abadi selama 5.000 tahun,” dan menambahkan, “Tanpa Tiongkok, kami tetap bisa bertahan, jadi kami tidak akan membuat konsesi sedikit pun.”

Laporan tersebut menganalisis bahwa setelah kunjungan Xi Jinping ke Korea Selatan pada Juli 2014 tanpa mengunjungi Korea Utara, Kim Jong-un menganggapnya sebagai bentuk “pengkhianatan.” Sejak itu, pada 2015, Kim Jong-un menetapkan “memperluas dan mengembangkan hubungan dengan Rusia” sebagai tujuan kebijakan luar negerinya.

Pada 10 Juli, surat kabar Korea Selatan Chosun Ilbo mengutip pengamat yang menyatakan bahwa seiring dengan diperkuatnya hubungan jangka panjang Pyongyang dengan Rusia, hubungan antara Korea Utara dan Tiongkok semakin merenggang.

Dilaporkan bahwa sejak 20 Juni, Korea Utara berhenti menggunakan satelit Tiongkok untuk menyiarkan televisi dan beralih menggunakan satelit Rusia. Pada bulan Juli, pemerintah Beijing berulang kali meminta Pyongyang untuk menarik kembali semua pekerja Korea Utara yang bekerja di berbagai wilayah di Tiongkok (diperkirakan berjumlah puluhan ribu orang).

Laporan tersebut juga mengutip sumber yang mengatakan bahwa sebagai sekutu utama Korea Utara dan pemberi bantuan ekonomi, Tiongkok juga meningkatkan pemeriksaan bea cukai terhadap barang-barang ekspor Korea Utara dan memperketat tindakan terhadap penyelundupan yang diduga dilakukan oleh Korea Utara. (jhon)