Konflik Antara Israel dan Hizbullah Meningkat, Presiden Israel Bantah Perang Skala Penuh

Ketegangan antara Israel dan Lebanon meningkat tajam. Setelah Hizbullah menembakkan lebih dari 100 roket ke Israel pada Sabtu, 21 September 2024, angkatan udara Israel meluncurkan serangan udara sepanjang malam di wilayah selatan Lebanon, menghantam lebih dari 400 target

oleh Xu Zhe dan Yu Wei dari New Tang Dynasty Television

Selama tiga hari berturut-turut, bentrokan antara Israel dan Hizbullah Lebanon terus berlangsung.

Pada Jumat, Israel menargetkan sebuah bangunan di Beirut, ibu kota Lebanon, dan melancarkan serangan udara terhadap komandan Hizbullah yang sedang mengadakan pertemuan militer. Jumlah korban tewas telah meningkat menjadi 37 orang, termasuk Ibrahim Aqil, tokoh militer nomor dua Hizbullah.

Sebagai balasan atas serangan tersebut, Hizbullah menembakkan lebih dari 100 roket ke Israel pada Sabtu.

Militer Israel menyatakan bahwa roket-roket tersebut ditujukan ke wilayah sipil. Dalam 24 jam berikutnya, Israel melakukan serangan udara ke selatan Lebanon, menghantam sekitar 400 target, termasuk peluncur roket dan fasilitas militer.

“Ini jelas merupakan situasi yang sangat berbahaya dan berpotensi untuk meningkat dengan cepat. Hizbullah adalah pemicu perang ini, mengikuti serangan mengerikan Hamas pada 7 Oktober tahun lalu. Sejak saat itu, Hizbullah terus-menerus menembaki kami. Hampir 100.000 warga Israel telah dievakuasi dari rumah mereka,” ujar Presiden Israel, Isaac Herzog.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, pada  Minggu, 22 September, juga menyatakan bahwa Hizbullah perlu memahami tekad Israel untuk memastikan keamanan warga di wilayah utara mereka.

Namun, Presiden Herzog membantah bahwa Israel ingin melakukan perang skala penuh dengan Lebanon, serta menyangkal keterlibatan Israel dalam insiden ledakan pager dan radio Hizbullah minggu lalu. (hui)