Tewasnya Bocah Jepang di Tiongkok Memicu Kemarahan, Warga Jepang: Jangan Melawan Kejahatan dengan Kejahatan

oleh NTD Jepang

Insiden kematian bocah laki-laki Jepang di Shenzhen, Tiongkok terus menyulut kemarahan di masyarakat Jepang. Warga Jepang mengutuk “pendidikan indoktrinasi anti-Jepang” oleh pemerintahan partai komunis Tiongkok, namun mereka juga berpendapat bahwa kejahatan tidak boleh dilawan dengan kejahatan dan kemarahan tidak boleh diarahkan kepada rakyat Tiongkok.

“Sangat aneh memasukkan unsur-unsur anti-Jepang dalam pendidikan (oleh pemerintah Tiongkok). Pendidikan adalah pendidikan. Jika terus-menerus memegang erat sejarah ‘Perang Anti-Jepang’ di masa lalu, hal ini akan menjadi pendidikan yang menutup mata terhadap kenyataan saat ini, yang sangat disayangkan,” kata warga Jepang.

Warga Jepang lainnya berkata, “Pendidikan yang mengekang pikiran orang seperti itu tidak benar.”

Wakil Ketua Front Demokratik Tiongkok, Wang Dai, berkomentar, “Sebagai seorang warga Tiongkok yang tinggal di Jepang, seorang warga biasa, terutama kami yang menentang rezim (Tiongkok), sangat sulit untuk menerima kejadian ini. Pendidikan indoktrinasi oleh Partai Komunis Tiongkok ini benar-benar menghapuskan nurani manusia yang normal.”

Kasus kekerasan yang menimpa bocah Jepang di Tiongkok untuk kedua kalinya telah memicu gelombang besar kemarahan di masyarakat Jepang. Namun, sebagian orang Jepang berpendapat bahwa kebencian dan pembalasan tidak seharusnya diarahkan pada rakyat Tiongkok.

BACA JUGA : Insiden Bocah Jepang Berusia 10 Tahun Tewas di Shenzen, Tiongkok  Setelah Ditikam pada Hari Sensitif 18 September

“Meskipun marah dan ingin membalas dendam, hal itu hanya akan menambah kebencian. Harus ada cara yang lebih baik untuk menyelesaikannya, meskipun  sulit. Intinya, balas dendam adalah perbuatan yang  tidak benar,” ujar seorang warga Jepang.

Warga Jepang lainnya menambahkan, “Tindakan berdasarkan kebencian hanya akan menghasilkan lebih banyak kebencian. Jadi, saya tidak setuju dengan pertarungan atau kebencian timbal balik.”

Seorang pakar mengatakan, “Jepang adalah negara hukum. Di sekolah-sekolah Jepang, tidak ada konten pendidikan yang tidak bersahabat terhadap Tiongkok. Terkait dengan peristiwa ini, meskipun orang Jepang mungkin memiliki perasaan mereka sendiri, mereka cenderung menghindari konflik, dan kemungkinan besar  secara diam-diam berhenti berhubungan dengan orang Tiongkok.”

Setelah insiden kematian bocah Jepang tersebut, warga Shenzhen mulai membawa bunga ke luar sekolah Jepang sebagai bentuk simpati. 

Wang Dai menambahkan bahwa banyak warga Tiongkok sudah tidak mempercayai pendidikan anti-Jepang yang disebarkan oleh Partai Komunis Tiongkok.

“Apa yang mereka lihat sendiri sangat berbeda dengan propaganda Partai Komunis Tiongkok. Perbedaan ini membuat banyak orang-orang mulai merenung. Apakah kita harus memahami masyarakat ini secara benar, bukannya melalui indoktrinasi semacam itu? Indoktrinasi ini telah menimbulkan rasa tidak suka yang sangat besar,” ujarnya. (Hui)