Baru-baru ini, pemerintah Tiongkok meluncurkan berbagai kebijakan stimulus ekonomi yang memicu lonjakan di pasar saham Tiongkok. Perusahaan sekuritas menggambarkan peningkatan jumlah pembukaan rekening baru sebagai “bagaikan gelombang pasang.” Banyak investor individu menunjukkan optimisme yang tinggi, sementara pemegang saham besar memanfaatkan kesempatan ini untuk mengurangi kepemilikan mereka dan mencairkan keuntungan
Huang Yimei/Luo Ya
Setelah bank sentral Tiongkok mengumumkan serangkaian kebijakan ekonomi baru, pasar saham Tiongkok terus meningkat. Indeks Komposit Shanghai melonjak 20% dalam lima hari, dan pada 30 September mencapai angka 3.300, tertinggi dalam lebih dari setahun.
Minat investor untuk memasuki pasar meningkat tajam, dan laporan menunjukkan bahwa jumlah pembukaan akun baru melonjak berlipat ganda. Banyak orang bahkan menarik simpanan besar mereka untuk diinvestasikan di pasar saham.
“Bank sentral kali ini menyuntikkan dana sebesar RMB.2,4 triliun melalui kebijakan seperti swap dana untuk perusahaan investasi, asuransi, dan sekuritas. Namun, berdasarkan nilai total pasar saham yang mencapai RMB.77,42 triliun per 27 September, dana ini hanya cukup untuk meningkatkan pasar saham dalam jangka pendek, dan tidak cukup untuk menopang kenaikan jangka panjang,” kata pakar pasar modal Tiongkok, Xu Zhen.
Untuk menyelamatkan pasar, pada 24 September, Gubernur Bank Sentral Tiongkok, Pan Gongsheng, mengumumkan kebijakan moneter struktural baru yang mendukung swap antara perusahaan sekuritas, asuransi, dan dana investasi, serta penelitian mengenai pembentukan dana stabilisasi pasar.
Pada 30 September, bank sentral melakukan operasi reverse repo selama tujuh hari, dan volume transaksi di pasar saham Shanghai dan Shenzhen mencapai rekor tertinggi lebih dari RMB.2,4 triliun .
“Berdasarkan situasi ekonomi dan ketenagakerjaan saat ini, tidak ada dasar yang cukup untuk kenaikan pasar saham. Kinerja perusahaan yang terdaftar kemungkinan akan terus menurun, sehingga pasar saham tidak dapat bertahan di posisi tinggi untuk jangka panjang. Sementara peluang keuntungan jangka pendek ada, pada akhirnya, dana simpanan masyarakat kemungkinan besar akan tersedot habis,” ujar Xu Zhen.
Penulis kolom Epoch Times, Wang He, juga menunjukkan bahwa ekonomi Tiongkok sedang goyah. Wang berpendapat bahwa masuknya dana baru memberikan kesempatan bagi investor yang sebelumnya terjebak untuk melarikan diri, menciptakan spiral kematian di pasar saham.
“Pemerintah mendorong perusahaan sekuritas, dana, dan asuransi untuk terlibat dalam perdagangan saham, serta mendukung perusahaan yang terdaftar untuk membeli kembali saham mereka. Ini menciptakan kebijakan penyelamatan pasar yang belum pernah terjadi sebelumnya, membuat banyak orang mengikuti tren ini dan menyebabkan rebound yang signifikan,” ujarnya.
Saat investor individu dan negara berlomba untuk masuk ke pasar, pemegang saham utama dan eksekutif perusahaan memanfaatkan kesempatan ini untuk mengurangi kepemilikan mereka dan mencairkan keuntungan.
Data dari Wind menunjukkan bahwa antara 23 dan 27 September, ketika Indeks A-shares pulih ke angka 3.000, 50 perusahaan mengumumkan 108 penjualan saham oleh pemegang saham dan eksekutif, dengan total 1,52 miliar saham yang dijual.
“Pada Februari tahun ini, ketika pemerintah mencoba menyelamatkan pasar, dana negara juga terjebak. Jadi kali ini adalah kesempatan terbaik bagi mereka untuk keluar dengan keuntungan,” imbuh Xu Zhen.
Analis memperingatkan bahwa setelah kenaikan besar ini, volatilitas pasar kemungkinan akan meningkat, dan investor harus berhati-hati.
Wang He juga mengatakan bahwa pasar saham Tiongkok telah mengalami setidaknya 10 krisis dalam 30 tahun terakhir, setelah kenaikan ini, kemungkinan besar akan terjadi krisis baru.
Liburan panjang “Golden Week” di Tiongkok dimulai, dan pasar saham tidak akan dibuka kembali hingga 8 Oktober. Beberapa netizen bertanya-tanya apakah setelah kenaikan ini, pasar akan mulai terkoreksi seperti yang biasa terjadi setelah beberapa hari pertama “Golden Week.” (Hui)