Perdana Menteri Jepang yang baru, Shigeru Ishiba, menyampaikan pidato pertamanya di parlemen pada Jumat, 4 Oktober 2024. Ia menekankan lima aspek utama untuk melindungi negara, termasuk keamanan, ekonomi, dan kemampuan menghadapi bencana. Shigeru Ishiba berkata, “Negara kita sedang menghadapi lingkungan keamanan yang paling tegang dan kompleks sejak akhir Perang Dunia II.”
Yi Jing – NTD
Pada Jumat 4 Oktober 2024, Perdana Menteri Jepang yang baru, Shigeru Ishiba, menyampaikan pidato kebijakan pertamanya sejak menjabat, di mana keamanan menjadi salah satu dari lima pilar utama yang ia ajukan untuk melindungi negara.
Ishiba menunjukkan bahwa bulan lalu pesawat militer Partai Komunis Tiongkok (PKT) dan Rusia melanggar wilayah udara Jepang, serta pengembangan teknologi rudal Korea Utara yang terus berlanjut dan uji coba yang sering dilakukan, adalah contoh dari memburuknya lingkungan keamanan Jepang.
“Kami akan menghadapi masalah yang perlu diselesaikan dengan mereka (Tiongkok, Korea Utara, dan Rusia), serta menuntut mereka untuk mengambil tindakan yang bertanggung jawab,” katanya.
Ishiba menegaskan bahwa Jepang perlu lebih meningkatkan kekuatan militernya, memperkuat kerja sama bilateral dan trilateral dengan Amerika Serikat dan Korea Selatan, serta memperluas jumlah negara mitra yang memiliki tujuan serupa, agar dapat melindungi Jepang dan menjaga perdamaian regional dalam lingkungan keamanan yang terus berubah.
Menghadapi perang Rusia-Ukraina, Ishiba menyatakan kekhawatirannya.
“Banyak orang khawatir bahwa Ukraina hari ini bisa jadi Asia Timur di masa depan. Saya sangat merasakan hal ini, mengapa pencegahan tidak mampu menghentikan perang di Ukraina,” ujarnya.
Banyak pihak berpendapat bahwa Jepang, Amerika Serikat, dan sekutu lainnya sangat khawatir dengan ancaman yang ditimbulkan oleh Tiongkok di Selat Taiwan, Laut China Selatan, dan Laut China Timur. Hingga saat ini, PKT belum melepaskan ambisinya untuk menggunakan kekuatan militer menyerang Taiwan.
Di bidang ekonomi, Ishiba menempatkan upaya untuk mengatasi deflasi Jepang sebagai prioritas utama. Dia telah menginstruksikan kabinet untuk menyusun rencana ekonomi guna menangani kenaikan biaya hidup dan akan mengeluarkan anggaran tambahan setelah pemilihan majelis rendah pada 27 Oktober, yang mencakup subsidi untuk keluarga berpenghasilan rendah dan pemerintah daerah.
Selain itu, Jepang berencana untuk mendirikan Badan Penanggulangan Bencana dengan harapan dapat menurunkan angka kematian terkait bencana menjadi nol.
“Saya ingin melihat senyum kembali di wajah semua orang,” katanya. (Hui)