Lai Ching-te Menantang PKT, Sinyal Datangnya Waktu Terbaik Bagi Taiwan

Forum Elite

Selama Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York pada 24 September, Presiden Taiwan Lai Ching-te mendapat kesempatan untuk menyampaikan pidato video pada pertemuan puncak tahunan organisasi nirlaba Concordia. 

Dalam pidatonya, Lai Ching-te kembali mengangkat isu tentang Partai Komunis Tiongkok (PKT) yang dengan sengaja memutarbalikkan “Resolusi 2758 Majelis Umum PBB” (resolusi tentang pengakuan Beijing) dengan tujuan untuk secara paksa menekan ruang gerak Taiwan di komunitas internasional. 

Meskipun ini adalah pertemuan puncak organisasi-organisasi non-pemerintah PBB, tetapi pertemuan ini telah memberikan sinyal tertentu, yakni dukungan komunitas internasional terhadap partisipasi Taiwan dalam pemerintahan global berpotensi terus meningkat di masa mendatang.

PKT memutarbalikkan “Resolusi 2758 Majelis Umum PBB”, AS mendukung kembalinya Taiwan ke PBB

Produser TV independen Li Jun mengatakan dalam program “Forum Elite” di NTDTV, bahwa fokus yang paling menarik perhatian dari video pidato Presiden Lai Ching-te pada pertemuan puncak tahunan organisasi nirlaba Concordia adalah ia menekankan bahwa Taiwan yang demokratis dan Tiongkok yang otoriter tidak berafiliasi satu sama lain, ini adalah fakta obyektif yang mendapat pengakuan dari komunitas internasional sejak lama.

Li Jun menilai Presiden Lai telah mengambil langkah besar. Jika pandangan ini terus berkembang secara internasional, hal ini akan sangat merugikan Partai Komunis Tiongkok. Presiden Lai juga mengatakan bahwa PKT dengan niat jahat telah memutarbalikkan pemahaman tentang “Resolusi 2758 Majelis Umum PBB”, dan secara tidak patut menghubungkannya dengan prinsip satu Tiongkok.

Melalui kesempatan itu Lai menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Amerika Serikat dan Aliansi Trans-Parliamen untuk Kebijakan Tiongkok, yang mengambil tindakan nyata untuk menentang interpretasi salah dari PKT. Faktanya, Amerika Serikat, Australia, dan Belanda telah mengeluarkan beberapa resolusi dan percaya bahwa “Resolusi 2758” tidak melibatkan Taiwan. Harus dikatakan bahwa semakin banyak seruan mengenai hal ini di komunitas internasional.

Li Jun mengatakan bahwa selama beberapa hari terakhir saat Majelis Umum PBB bersidang, tiba-tiba muncul berita bahwa Partai Komunis Tiongkok melakukan uji coba peluncuran rudal antarbenua yang ditembakkan dari darat menuju Samudera Pasifik untuk pertama kalinya. Jelas berita ini mengejutkan komunitas internasional.

Beberapa pengamat militer menganalisis bahwa Partai Komunis Tiongkok mungkin telah meluncurkan rudal antarbenua “Dongfeng-41” yang berkecepatan Mach 26 langsung ke Samudera Pasifik. Padahal uji coba di waktu lalu dilakukan dengan menembakkan rudal dari laut menuju daratan Tiongkok. Saya rasa niat PKT mengungkapkan kemarahannya dan intimidasi sangatlah jelas.

Komentator politik Heng He mengatakan dalam “Forum Elit”, bahwa “Resolusi 2758” yang disinggung oleh Presiden Lai pada awalnya sangat kontroversial. Republik Tiongkok adalah anggota pendiri Perserikatan Bangsa-Bangsa, namun Republik Rakyat Tiongkok bukan. PKT kemudian ingin bergabung dengan PBB, namun pada akhirnya pendirian Amerika Serikat goyah.

Jadi menurut Heng He, ketika resolusi tersebut sedang disusun, karena Amerika Serikat memiliki pengaruh yang besar dalam penyusunannya, dan karena dalam proses penyusunan, mereka sama sekali tidak menyebut Taiwan atau Republik Tiongkok, sehingga  meninggalkan pertanyaan yang terus diperdebatkan selama beberapa tahun sesudahnya.

Pada saat itu, tidak ada kontroversi yang timbul, karena tidak ada pihak yang menyangka bahwa PKT menganggap “Resolusi 2758” sebagai semacam surat wasiat, dengan mengatakan bahwa Republik Rakyat Tiongkok adalah satu-satunya perwakilan dan PKT memiliki yurisdiksi atas Taiwan. Tidak ada pihak yang mengira masalah ini akan menjadi begitu serius di kemudian hari. Akibatnya, PKT kemudian menggunakan “resolusi 2758” untuk mendukung apa yang disebut prinsip satu Tiongkok.

Namun, jika resolusi itu dicermati ternyata tidak seperti itu maksudnya. Belakangan, ketika tuntutan masyarakat internasional terhadap PKT tidak lagi besar karena perbuatan PKT menyakitkan, dan ketika mereka secara bertahap melepaskan kebijakan diplomatik yang membuat konsesi politik. PKT memanfaatkan resolusi ini sebagai “senjata”. Memang “Resolusi 2758” hanya membicarakan mengenai kursi di PBB, dan kursi yang diwakili oleh pemerintahan Chiang Kai-shek digantikan oleh Republik Rakyat Tiongkok, tetapi resolusi itu tidak membahas soal kepemilikan Taiwan dan Republik Tiongkok.

Heng He mengatakan bahwa dalam beberapa tahun terakhir pemerintah AS telah melakukan sejumlah upaya dan langkah untuk mempromosikan kembalinya Taiwan ke kancah internasional. Sejak lama, PKT telah memonopoli hak untuk menafsirkan istilah satu Tiongkok, dan istilah yang sudah diputarbalikkan tersebut sering didengungkan oleh pihak PKT untuk mencapai kepentingannya. Setelah Trump berkuasa, situasi berangsur-angsur berubah.

Pada tahun-tahun terakhir kepemimpinan Trump, nada mulai berubah, PKT mulai menekankan bahwa kebijakan Satu Tiongkok dalam pemahaman AS adalah prinsip satu Tiongkok, yang secara umum diartikan bahwa prinsip tidak dapat diubah tapi kebijakan boleh berubah. Di sini terdapat pemahaman yang sangat berbeda. Setelah itu, upaya lain dimulai, yaitu memperjuangkan hak berbicara.

AS yang pada awalnya tidak mempermasalahkan hal itu, namun ketika mulai mempermasalahkan, AS hanya mengacu pada 3 komunike bersama, dan mengatakan bahwa 3 komunike bersama, Undang-Undang Hubungan Taiwan, dan 6 Jaminan merupakah sebuah kesatuan atau 1 paket, bukannya terpisah-pisah. Karena hanya 3 komunike bersama itu yang ditekankan PKT.

Mengapa Amerika Serikat menambahkan Undang-Undang Perlindungan Hubungan Taiwan ? Sebab hukum dalam negeri mengikat kebijakan luar negeri AS. Sedangkan 6 Jaminan telah diusulkan pada masa Presiden Reagan berkuasa, tetapi hanya Taiwan yang mempublikasikannya pada saat itu meski tidak secara internasional. Kemudian, secara bertahap mulai melakukan transisi yang relatif sulit untuk memperjuangkan status Taiwan di organisasi internasional.

Oleh karena itu, mengenai hal-hal yang berkaitan dengan demokrasi dan agama, Amerika Serikat telah memulai pendekatan baru, dengan mendirikan beberapa forum atau pertemuan puncak demokrasi yang bukan merupakan organisasi internasional yang ada, serta mengundang Taiwan untuk berpartisipasi di dalamnya. Ini adalah salah satu langkah yang ditempuh.

Hal lainnya adalah setelah wabah COVID-19, karena PKT menyembunyikan epidemi ini, Taiwan mendorong untuk mengungkap masalah ini kepada WHO dan memberikan bantuan masker ke banyak negara di dunia. Pada saat itu, beberapa negara sudah tidak lagi memproduksinya, kecuali Tiongkok daratan. Karena itu secara bertahap Taiwan didorong untuk kembali berhubungan dengan beberapa organisasi yang berafiliasi dengan PBB. Misalnya : Organisasi Kesehatan Dunia.

Jadi, ini adalah sebuah proses yang kemudian terus berkembang hingga saat ini, bahkan mencapai kemajuan yang berarti. Hal ini disimpulkan dari resolusi PBB pada saat itu, PBB tidak menentukan status Taiwan, tidak mengatakan  Taiwan atau Republik Tiongkok seharusnya bagaimana.

Heng He mengatakan, selama periode ini, beberapa negara Eropa, seperti Lithuania, telah meningkatkan hubungannya dengan Taiwan. Oleh karena itu, ada berbagai kekuatan pendorong. Belakangan ini PKT semakin sering melakukan hal-hal yang keterlaluan, menimbulkan ketidakpuasan banyak negara, namun mereka tidak dapat menemukan cara lain untuk menghadapinya, sehingga mereka menjalin hubungan baru dengan Taiwan.

Meski bukan hubungan diplomatik formal, terutama di tingkat parlemen. Jadi ini merupakan fenomena yang tercipta karena dorongan dunia, bukan dorongan Amerika Serikat. Amerika Serikat bahkan bukan yang terdepan dalam tren ini. Namun karena hal ini sangat berpengaruh, semua orang juga akan memperhatikan apa yang dikatakan Amerika Serikat mengenai hal ini.

Heng He menilai yang paling menarik perhatian adalah Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken yang kemudian mengatakan perlunya mendorong Taiwan untuk bergabung dengan PBB. Hal ini membuat PKT sangat marah. Karena Menteri Luar Negeri mewakili kebijakan luar negeri suatu negara.

Promosi global “Resolusi 2758” tidak melibatkan isu Taiwan, rencana PKT untuk mengisolasi Taiwan akan gagal

Heng He mengatakan, bahwa pemerintahan Biden pada dasarnya mewarisi kebijakan Tiongkok dari era Trump. Namun, karena ia termasuk golongan mapan, ia mengambil langkah demi langkah dan memiliki serangkaian metode untuk mempromosikan agendanya. PKT secara bertahap membentuk poros kuasi dengan Rusia, Iran, dan Korea Utara, yang semakin meningkatkan ancaman terhadap dunia bebas. Pada saat seperti ini dinilai penting untuk menonjolkan Taiwan. Saat ini tatanan internasional pascaperang yang dipimpin oleh Amerika Serikat sedang berhadapan dengan kekuatan poros yang berupaya melemahkan tatanan internasional. 

Oleh karena itu, dalam situasi ini, Taiwan telah menjadi garda terdepan dalam front nasional demokrasi liberal. Dalam hal ini, masyarakat di dunia bebas sudah semakin sadar. Meskipun masih banyak kepentingan yang tidak dapat dipisahkan dari Partai Komunis Tiongkok, namun menjamin keamanan Taiwan telah menjadi konsensus sebagian besar negara di dunia bebas. Meskipun mereka tidak berani menentang Partai Komunis Tiongkok secara langsung, tetapi mereka sudah dapat melakukan hal itu. 

Antony Blinken dalam proses penerapan kebijakan yang dicanangkannya, walau dengan nada bicara yang relatif lembut, namun pendekatannya relatif keras. Saya pikir kebijakan AS kini sudah lebih terarah. Baik kedua partai di AS, pemerintah dan rakyat AS pada dasarnya telah mencapai mufakat. Begitu pula Presiden Biden yang menarik diri dari kampanye Pemilu 2024 dalam pidato terakhirnya di PBB telah mengatakan semua yang perlu dia katakan tanpa menambahkan terlalu banyak retorika diplomatik.

Heng He juga mengatakan bahwa Kementerian Luar Negeri AS memiliki beberapa kebijakan untuk melindungi sekutu diplomatik Taiwan. Karena PKT menggunakan berbagai trik untuk menghalangi atau merusak hubungan antara Taiwan dengan sekutu diplomatiknya, dengan tujuan supaya sekutu diplomatik Taiwan semakin sedikit. Saya pribadi menganggap hal ini tidak terlalu penting, karena sebenarnya status diplomatik Taiwan cukup tinggi dan ia tidak bergantung pada negara-negara diplomatik tersebut.

Faktanya, status internasional Taiwan telah meningkat pesat dibandingkan 10 atau 20 tahun lalu. Sebaliknya status internasional PKT terus menurun. Meskipun nadanya semakin keras dan kekuatannya juga membaik, tetapi status PKT malahan tidak banyak meningkat. Oleh karena itu, menurut saya pribadi, ini tidak penting.

Yang penting sekarang ialah, semakin banyak negara di dunia mendukung Taiwan masuk PBB, Australia pertama-tama yang menolak status Taiwan sebagaimana yang ditentukan oleh “Resolusi 2758 PBB” lewat resolusi Senat Australia. Beberapa hari yang lalu, Parlemen Belanda juga mengesahkan rancangan undang-undang yang tidak mengakui definisi yang dijelaskan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa ini, dan juga mengharuskan pemerintah Belanda untuk mempromosikan agenda ini ke Uni Eropa, yaitu menuntut Uni Eropa untuk memperjelas bahwa “Resolusi 2758 PBB” tidak melibatkan isu Taiwan.

Bagi Heng He, ini adalah peristiwa global, yang lebih penting daripada melindungi beberapa negara diplomatik di luar negeri. Karena jika hal ini dapat mencapai konsensus seluruh Uni Eropa dan Amerika Serikat, yaitu jika semua negara maju di dunia telah mencapai konsensus, atau jika mereka semua berani mengambil sikap, maka rencana PKT untuk menekan ruang gerak Taiwan akan sia-sia. 

Tiba Saatnya bagi Taiwan untuk memperjuangkan ruang gerak di kancah internasional

Pemimpin redaksi “The Epoch Times” Guo Jun mengatakan dalam “Forum Elit” bahwa peran Lai Ching-te yang semakin aktif di forum internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa tidak terlepas dari dukungan Amerika Serikat. Sesungguhnya, masuknya RRT untuk menggantikan Republik Tiongkok sebagai negara anggota PBB dan menjadi anggota tetap Dewan Keamanan pada bulan Oktober 1971 juga tidak terlepas dari dukungan Amerika Serikat. Coba pikirkan.

Pada 9 Juli 1971,H. Kissinger diam-diam mengunjungi Tiongkok. Lalu pada Oktober Majelis Umum PBB mengadakan sidang pertemuan. Pada 15 November, PKT dan Amerika Serikat secara bersamaan mengumumkan bahwa Nixon akan secara resmi mengunjungi Beijing pada bulan Februari 1972.

Dari sini saja sudah cukup jelas menggambarkan. Selain itu, Amerika Serikat kemudian menjalin hubungan diplomatik dengan Tiongkok dan meninggalkan hubungan diplomatik dengan Taiwan. Inilah sebabnya kedua Presiden Taiwan Chiang Kai-shek dan Chiang Ching-kuo, termasuk para pemimpin KMT lainnya di kemudian hari memiliki perasaan yang kuat bahwa mereka telah dikhianati oleh Amerika Serikat. Itulah salah satu sebabnya mengapa kubu Kuominntang Taiwan sekarang sangat tidak percaya terhadap Amerika Serikat.

Faktanya, Amerika Serikat masih memiliki beberapa gagasannya sendiri pada saat itu, seperti George Bush yang menjabat sebagai Duta Besar AS untuk PBB telah merencanakan beberapa proposal antara lain menyediakan 2 kursi untuk Tiongkok, atau Republik Tiongkok tetap di PBB dengan nama Taiwan, namun tidak satupun proposal itu mendapat persetujuan. Tentu saja ini juga akibat dari pemerintahan Kuomintang pada saat itu yang gencar menyuarakan “penolak berkompromi dengan pengkhianat (PKT)”.

Selain juga disebabkan oleh fakta bahwa Amerika Serikat tidak menggunakan seluruh kekuatannya untuk melakukan lobi. Sedangkan Nixon dan Kissinger tenggelam dalam kegembiraan mengenai perubahan strategis yang besar. Negara-negara besar (AS dan Uni Soviet) sedang “bergulat” dan menyia-nyiakan upaya. Sehingga isu Taiwan terabaikan.

Jadi, video pidato Lai Ching-te kali ini, termasuk video pidato mantan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen pada tahun 2022, tentu saja tidak terlepas dari manipulasi politik Amerika di baliknya. Karena mungkin sejak masa terakhir Trump, Kementerian Luar Negeri AS telah mempromosikan kebijakan untuk melindungi status Taiwan dan sekutu diplomatiknya di organisasi internasional. Hal ini termasuk mendorong Taiwan untuk bergabung dengan WHO dan organisasi internasional lainnya.

Kini Taiwan menekankan apa yang disebut strategi perisai silikon, yaitu strategi chip. Karena Taiwan menyumbang hampir 90% pasokan chip kelas atas dunia, setiap orang harus bergantung pada chip kelas atas yang diproduksi di Taiwan untuk mengembangkan industri teknologi tinggi. Oleh karena itu, jika Amerika Serikat ingin memastikan posisi terdepannya dalam persaingan teknologi, Amerika Serikat harus menjamin keamanan Taiwan. Negara-negara lain seperti Jepang dan banyak negara Eropa juga mengalami situasi serupa.

Guo Jun mengatakan bahwa beberapa tahun ke depan adalah waktu terbaik bagi Taiwan untuk memperjuangkan ruang gerak internasionalnya. Ada banyak faktor yang menyebabkan situasi ini. Faktor terbesar dan paling kritis adalah perpecahan Amerika Serikat dan Partai Komunis Tiongkok.

Sebenarnya masa paling berbahaya bagi Taiwan adalah pada tahun 1980an dan 1990an, karena pada saat itu Amerika Serikat menghentikan penjualan senjata ke Taiwan dan beralih ke kerja sama militer dengan Partai Komunis Tiongkok, termasuk berbagai kerja sama di bidang teknologi militer.

Akan tetapi, karena PKT sangat bergantung pada dukungan Amerika Serikat untuk pertumbuhan ekonomi, maka PKT melepaskan rencananya untuk melakukan reunifikasi secara paksa, sehingga semua pihak mempunyai waktu untuk bernapas. Pada akhir tahun 1990-an, Partai Komunis Tiongkok mulai menerapkan metode pemaksaan lunak, termasuk pemaksaan ekonomi dan mempersempit ruang gerak Taiwan di kancah internasional.

Namun dalam beberapa tahun terakhir, Partai Komunis Tiongkok ingin menantang hegemoni global Amerika Serikat dan membangun tatanan internasional baru, serta tidak mau mengikuti aturan internasional yang dipimpin oleh Amerika Serikat pasca PD II. Dalam keadaan seperti ini, konfrontasi antara Tiongkok dan Amerika Serikat tidak terhindarkan.

Amerika Serikat telah mengerahkan mekanisme keamanan Quad dan aliansi militer Inggris, AS, dan Australia di kawasan Asia-Pasifik, dan mekanisme ini kini sedang diperluas. Negara-negara seperti Jepang, Korea Selatan, dan Kanada, bahkan NATO pun akan bergabung. Faktanya, Taiwan memainkan peran penting dalam aliansi militer atau aliansi semi-militer tersebut, hanya saja tidak dipublikasikan.

Oleh karena itu, dalam 10 tahun ke depan, dan mungkin 50 tahun terakhir, akan menjadi periode terbaik bagi Taiwan di lingkungan internasional. (Lin)