EtIndonesia. Angkatan Udara Israel pada Minggu dini hari (6/10) terus melakukan serangan udara terhadap pinggiran selatan Beirut, yang dimulai sejak Sabtu malam. Serangan kali ini merupakan yang paling dahsyat sejak Israel meningkatkan serangan terhadap kelompok Hizbullah yang didukung Iran bulan lalu.
Menurut laporan Reuters, gelombang besar serangan udara Israel pada malam hari menggetarkan seluruh Kota Beirut. Dari jarak beberapa kilometer, warga bisa menyaksikan kilatan merah yang berasal dari ledakan yang berlangsung hampir 30 menit.
Saksi mata dan analis militer yang diwawancarai oleh stasiun televisi setempat mengatakan bahwa ini adalah serangan tunggal paling hebat yang pernah dilancarkan Israel terhadap Beirut.
Setelah fajar pada hari Minggu (6/10), Beirut diselimuti kabut asap tebal yang mengepul dari berbagai titik, dan jalan-jalan di pinggiran selatan kota dipenuhi puing-puing.
“Semalam adalah malam paling mengerikan selama ini. Bangunan di sekitar kami terus bergetar. Awalnya saya mengira itu gempa bumi. Ada puluhan serangan udara, kami bahkan tidak bisa menghitungnya, dan suara ledakan terdengar sangat keras,” kata Hanan Abdullah, seorang warga di kawasan Burj al-Barajneh, Beirut selatan, kepada Reuters.
Video yang beredar di internet menunjukkan jalan tol dari Bandara Beirut yang melewati pinggiran selatan menuju pusat kota dipenuhi lubang-lubang akibat serangan.
Militer Israel mengatakan bahwa Angkatan Udara Israel “melancarkan serangkaian serangan tepat sasaran terhadap gudang senjata dan infrastruktur milik kelompok teroris Hizbullah di daerah Beirut.”
Reuters melaporkan bahwa Pemerintah Lebanon belum segera mengumumkan fasilitas mana yang dihantam oleh rudal Israel atau kerusakan apa yang diakibatkan oleh serangan tersebut.
Serangan udara besar-besaran Israel terhadap Hizbullah akhir pekan ini terjadi menjelang peringatan satu tahun serangan mendadak oleh Hamas pada 7 Oktober tahun lalu di Israel selatan, yang menewaskan 1.200 orang dan menyandera lebih dari 250 orang, yang kemudian memicu perang Israel-Hamas. Dalam setahun terakhir, Hizbullah telah meluncurkan roket hampir setiap hari ke wilayah utara Israel sebagai dukungan terhadap Hamas dalam pertempuran di Gaza, menyebabkan puluhan ribu warga Israel di perbatasan terpaksa mengungsi.
Serangan udara Israel di Lebanon dan penempatan pasukan darat yang menyeberang ke wilayah perbatasan Lebanon menargetkan para pemimpin dan militan Hizbullah yang didukung Iran. Pejabat Lebanon mengatakan bahwa serangan udara dan serangan darat Israel telah menewaskan ratusan orang, termasuk warga sipil, serta membuat 1,2 juta orang kehilangan tempat tinggal.
Wilayah Dahieh di selatan Beirut, yang dianggap sebagai benteng penting Hizbullah, telah mengalami serangan udara besar-besaran dari Israel selama beberapa hari terakhir. Pada serangan 27 September lalu, militer Israel membunuh pemimpin tertinggi Hizbullah, Hassan Nasrullah. Namun, wilayah tersebut juga dihuni oleh ribuan warga Lebanon, pengungsi Palestina, dan Suriah.
Reuters mengutip seorang pejabat keamanan Lebanon pada Sabtu yang mengatakan bahwa pemimpin senior Hizbullah lainnya, Hashem Safieddine, yang diperkirakan akan menggantikan Nasrullah, telah hilang sejak Jumat lalu. Serangan udara Israel pada Kamis di sekitar Bandara Internasional Beirut diduga menargetkan Safieddine.
Pejabat keamanan Lebanon mengatakan bahwa militer Israel terus membombardir wilayah tersebut untuk mencegah tim penyelamat masuk ke area tersebut. Namun, Hizbullah belum memberikan komentar tentang nasib Safieddine.
Reuters mengatakan bahwa jika Safieddine terbunuh, hal itu akan menjadi pukulan besar bagi Hizbullah dan pendukungnya, Iran. Serangan udara Israel yang meningkat drastis dalam beberapa pekan terakhir di pinggiran selatan Beirut telah melemahkan kepemimpinan Hizbullah, dengan banyak pemimpin senior mereka yang tewas atau ditangkap.
Menjelang peringatan satu tahun perang Israel-Hamas, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) pada hari Minggu juga melanjutkan operasi pembersihan terhadap militan Hamas di Gaza.
Kantor berita pemerintah Gaza yang dikuasai Hamas mengatakan bahwa serangan udara Israel pada Minggu pagi menghantam sebuah masjid dan sekolah yang menampung para tunawisma di Gaza, menewaskan 26 orang dan melukai 93 orang.
Setelah serangan Hamas di Israel pada 7 Oktober tahun lalu, Israel segera memasuki Gaza dan melancarkan operasi balasan terhadap militan Hamas. Menurut statistik dari otoritas kesehatan Gaza yang dikuasai Hamas, operasi militer Israel telah menewaskan hampir 42.000 orang. Namun, Israel berpendapat bahwa di antara korban tewas tersebut terdapat ribuan militan Hamas.
Pada Selasa lalu, Iran menembakkan sekitar 200 rudal balistik ke Israel sebagai pembalasan atas pembunuhan pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh, di Teheran dan pembunuhan pemimpin tertinggi Hizbullah, Hassan Nasrullah, di pinggiran selatan Beirut oleh Israel. Namun, serangan rudal tersebut tidak menyebabkan kerusakan signifikan pada Israel.
Israel telah bersumpah untuk memberikan balasan yang akan memiliki “konsekuensi serius dan keras” terhadap Iran, tetapi bagaimana dan di mana serangan balasan itu akan dilancarkan belum diketahui. Dunia internasional khawatir bahwa konflik di Timur Tengah ini dapat meluas lebih jauh.(jhn/yn)