EtIndonesia. Blog keuangan terkenal Zerohedge pada Selasa (8/10) mengungkapkan bahwa pada Sabtu (5/10), di Provinsi Semnan, Iran, terjadi gempa bumi berkekuatan 4,5 SR yang memicu spekulasi bahwa Iran mungkin telah melakukan uji coba senjata nuklir untuk pertama kalinya.
Biasanya, kejadian seperti ini disebabkan oleh gempa bumi, tetapi muncul spekulasi di media sosial yang mengatakan bahwa ini adalah uji coba nuklir bawah tanah oleh Iran sebagai tanggapan atas ancaman serangan udara Israel terhadap fasilitas nuklir dan minyak Teheran.
Pada September lalu, sumber dari Suriah yang diwawancarai oleh The Cradle memprediksi bahwa Iran akan berusaha mengembangkan kemampuan senjata nuklir sebagai tanggapan atas pembunuhan pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, oleh Israel di Teheran.
Setelah Israel membunuh komandan pasukan pengawal pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, Abbas Nilforushan, pada 27 September, Iran membalas dengan menembakkan sedikitnya 180 rudal balistik ke Israel pada 1 Oktober, yang merusak tiga pangkalan udara. Iran kini sedang menunggu kemungkinan reaksi dari Israel.
Beberapa hari sebelum munculnya spekulasi tentang uji coba nuklir Iran, lembaga think tank sayap kanan AS, Heritage Foundation, menerbitkan sebuah laporan yang menyatakan bahwa “produksi senjata nuklir oleh Iran jauh lebih cepat dari yang diperkirakan.”
Laporan yang dirilis pada 1 Oktober tersebut menyebutkan bahwa pada akhir April 2024, seorang anggota parlemen senior Iran mengatakan bahwa dari pemberian perintah hingga uji coba bom nuklir pertama hanya membutuhkan waktu satu minggu.
Sementara pada Mei lalu, penasihat Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, Kamal Kharrazi, memperingatkan bahwa Iran mungkin terpaksa mengubah doktrin nuklirnya. Hingga saat ini, prinsip tersebut hanya menyerukan penggunaan teknologi nuklir untuk tujuan sipil.
Kharrazi menyatakan: “Kami belum memutuskan untuk membuat bom nuklir, tetapi jika keberadaan Iran terancam, kami tidak punya pilihan selain mengubah doktrin militer kami.”
Laporan Heritage Foundation menambahkan bahwa pada bulan Juli, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken tampaknya mengonfirmasi pernyataan ini dengan mengatakan: “(Iran) mungkin hanya membutuhkan waktu satu hingga dua minggu, bukan setidaknya satu tahun untuk memproduksi bahan fisil yang digunakan untuk senjata nuklir.”
Menurut sebuah laporan dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA), selama pernyataan-pernyataan ini dibuat, Iran secara signifikan meningkatkan cadangan uranium yang diperkaya hingga level 60% antara Mei dan Agustus 2024. Laporan tersebut juga menyatakan bahwa uranium dengan kemurnian 60% hanya memerlukan sedikit langkah teknis untuk mencapai kemurnian 90% yang dibutuhkan untuk pembuatan senjata nuklir.
Sebuah lembaga think tank yang berbasis di Washington, D.C. dan terkait dengan Israel, Foundation for Defense of Democracies (FDD), menerbitkan sebuah laporan pada tahun 2019 yang menyatakan bahwa sejak awal abad ke-21, Iran telah melaksanakan rencana uji coba nuklir bawah tanah yang dikenal sebagai “Proyek Midan” (Project Midan).(jhn/yn)