EtIndonesia. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, pada 8 Oktober 2024, menyatakan bahwa pasukan Israel telah membunuh para penerus calon pemimpin Hizbullah, Sayyed Hassan Nasrallah, yang telah tewas, meskipun dia tidak menyebutkan nama mereka.
Netanyahu: Israel Telah Membunuh “Penerus” Nasrallah
Dalam video yang telah direkam sebelumnya, Netanyahu mengatakan: “Kami telah melemahkan kemampuan Hizbullah. Kami telah membunuh ribuan teroris, termasuk Nasrallah sendiri, para penerusnya, dan penerus dari penerusnya.” Namun, dia tidak menyebutkan spesifik siapa para “penerus” tersebut.
Pada 5 Oktober, militer Israel menyatakan bahwa Mohammad Rashid Sakafi, komandan pasukan komunikasi Hizbullah yang diperkirakan akan menggantikan Nasrallah, mungkin telah terbunuh.
Nasrallah, tokoh utama Hizbullah, tewas pada 27 September dalam serangan udara Israel di pinggiran selatan Beirut. Hal ini memicu perhatian publik mengenai siapa yang akan menjadi pemimpin Hizbullah berikutnya.
Peneliti kelompok militan Timur Tengah, Phillip Smith, menyebutkan bahwa posisi untuk Mohammad Rashid Sakafi sudah lama disiapkan oleh Nasrallah dalam berbagai komite dan diberi kesempatan untuk berbicara di depan umum sebagai bagian dari pelatihan.
Sakafi juga memiliki hubungan dekat dengan Iran, pernah belajar di sana, dan terkait secara keluarga dengan komandan tinggi Pasukan Garda Revolusi Iran, Qasem Soleimani, yang terbunuh pada Januari 2020. Anak Sakafi menikahi putri Soleimani pada Juni 2020, beberapa bulan setelah kematian Soleimani.
Pada 8 Oktober, militer Israel mengumumkan bahwa serangan udara pada 7 Oktober di wilayah Beirut menewaskan komandan senior Hizbullah, Suhail Hussein Husseini.
Menurut laporan dari BBC dan The Jerusalem Post, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyatakan bahwa Husseini adalah anggota dewan Jihad Hizbullah, yang berperan penting dalam pengiriman senjata antara Iran dan Hizbullah serta distribusi senjata di dalam organisasi tersebut. Husseini juga dilaporkan bertanggung jawab dalam mengoordinasikan serangan Hizbullah dari Lebanon dan Suriah terhadap Israel.
Namun, Hizbullah belum mengonfirmasi kematian Husseini, dan media belum dapat memverifikasi apakah dia benar-benar tewas atau posisi pastinya di dalam organisasi Hizbullah.
Israel Terus Meningkatkan Serangan terhadap Hizbullah dan Memperluas Operasi Darat di Lebanon
Senin (7/10) menandai satu tahun sejak serangan teror Hamas ke Israel. Pada hari tersebut, basis penting Hizbullah di Dahieh, pinggiran selatan Beirut, diserang oleh setidaknya 10 serangan udara.
Pada 8 Oktober, militer Israel mengumumkan bahwa mereka telah melancarkan serangan darat di barat daya Lebanon yang ditargetkan untuk membersihkan basis-basis teroris Hizbullah. Israel juga menambah pasukan di wilayah tersebut dan memperluas operasi darat di sepanjang pantai Lebanon.
Dalam pernyataan di saluran resmi Telegram IDF, disebutkan: “Kami telah membersihkan target teroris dan infrastruktur Hizbullah di barat daya Lebanon. Pada 7 Oktober, Divisi 146 melancarkan operasi terbatas, terfokus, dan terarah.”
Israel terus melancarkan serangan udara semalam di pinggiran selatan Beirut dan mengklaim telah membunuh seorang pejabat senior Hizbullah yang bertanggung jawab atas keuangan dan logistik. Jika kabar tersebut benar, kematian Suhail Hussein Husseini akan menjadi pembunuhan terbaru terhadap pejabat tinggi Hizbullah oleh Israel.
Sementara itu, Iran pada 8 Oktober memperingatkan Israel untuk tidak melancarkan serangan gegabah terhadap Iran.
Ketegangan di Timur Tengah Meningkat: Media AS: Kepercayaan Pemerintahan Biden terhadap Israel “Sangat Rendah”
Pada 8 Oktober, media AS Axios mengutip sumber-sumber Amerika Serikat yang melaporkan bahwa Gedung Putih semakin kehilangan kepercayaan terhadap Pemerintah Israel.
Kepercayaan terhadap rencana militer dan diplomatik Israel dalam perang multi-front ini semakin menipis. Penasihat Keamanan Nasional AS, Jake Sullivan, dilaporkan mengatakan kepada Menteri Urusan Strategis Israel, Ron Dermer, bahwa Amerika mengharapkan transparansi dari Israel terkait rencana balasan terhadap Iran. Hal ini karena tindakan Israel dapat memengaruhi pasukan dan kepentingan AS di kawasan tersebut.
Axios mengutip empat pejabat AS yang tidak disebutkan Namanya, mengatakan bahwa rencana balas dendam Israel terhadap Iran semakin memperburuk krisis kepercayaan antara kedua negara. Rencana tersebut perlu dikoordinasikan dengan Amerika untuk mencegah respons dari Iran.
Menurut sumber tersebut, pemerintahan Biden bukan menentang tindakan balasan Israel terhadap serangan Iran, tetapi mendesak agar Israel mempertimbangkan dengan matang.
“Kepercayaan kami terhadap Israel sangat rendah sekarang, dan itu beralasan,” kata seorang pejabat AS.
Laporan itu juga menyebutkan bahwa operasi militer Israel perlu dikoordinasikan dengan pihak Amerika Serikat untuk menghindari respons dari Iran. Seorang pejabat Amerika menyatakan: “Kami tidak lagi mempercayai Israel, dan itu beralasan.”
Seorang pejabat juga mengindikasikan bahwa jika Amerika Serikat tidak tahu apa yang direncanakan Israel, mereka tidak akan otomatis membantu melawan serangan rudal dari Iran terhadap Israel. Namun, pejabat Amerika juga mengakui bahwa terlepas dari itu semua, Amerika kemungkinan besar akan membantu Israel mempertahankan diri. (jhn/yn)