EtIndonesia. Menjelang hari pemilihan presiden Amerika Serikat, badan intelijen AS mengeluarkan peringatan bahwa selain menargetkan pemilihan presiden, pihak asing (Tiongkok) juga menyebarkan hoaks secara daring untuk mempengaruhi pemilihan di tingkat negara bagian dan lokal, dengan tujuan merusak sistem demokrasi Amerika.
Menurut laporan The Washington Post pada Kamis (10/10), pejabat tinggi intelijen Amerika Serikat mengungkapkan bahwa Tiongkok semakin banyak mengganggu pemilihan lokal di AS. Tiongkok menggunakan akun palsu di media sosial untuk menyebarkan teori konspirasi tentang tokoh-tokoh politik. Hoaks-hoaks ini bersifat provokatif, memecah belah, dan beberapa bahkan mengandung ujaran antisemit.
Kantor Direktur Intelijen Nasional AS (DNI) terus memantau aktivitas pihak asing yang berupaya mengganggu pemilihan AS. Dalam laporan yang dirilis pada Senin (7/10), badan tersebut menyatakan bahwa Tiongkok dan Rusia tidak hanya berupaya mengganggu pemilihan presiden AS, tetapi juga melancarkan kegiatan untuk membantu atau menjatuhkan calon-calon tertentu dalam pemilihan kongres, mengganggu pemilihan di tingkat negara bagian dan lokal, serta meningkatkan penyebaran informasi palsu di internet.
Campur Tangan Tiongkok dalam Pemilihan Lokal AS: Menyebarkan Hoaks tentang Tokoh Politik
The Washington Post mengutip pernyataan Kenton Thibaut, peneliti senior di Laboratorium Forensik Digital Dewan Atlantik (Atlantic Council). Dia mengatakan bahwa Tiongkok “berusaha melakukan penyebaran informasi secara viral dan mendalami isu-isu yang relevan secara lokal. Ini seperti berubah dari strategi tembakan peluru nyasar menjadi serangan dengan target yang lebih tepat.”
Tiongkok menargetkan calon-calon dari Partai Republik dan Demokrat di DPR dan Senat AS, berdasarkan sikap mereka terhadap isu-isu penting seperti Tiongkok dan Taiwan. Pejabat intelijen AS menyebutkan bahwa mereka telah mengamati campur tangan langsung dari badan penyebar informasi palsu Tiongkok di “puluhan” pemilihan tingkat bawah.
Salah satu operasi rahasia yang signifikan menargetkan anggota DPR dari Partai Republik, Barry Moore, yang sedang mencalonkan diri untuk mempertahankan kursinya. Berdasarkan analisis The Washington Post terhadap ribuan unggahan di platform media sosial X, sekitar 75 di antaranya terkait dengan Moore.
Moore pernah mengajukan RUU “Penghentian Dana Sekutu Tiongkok” (Defund China’s Allies Act) bersama anggota dewan lainnya. RUU ini melarang AS memberikan bantuan diplomatik kepada negara-negara yang memutuskan hubungan dengan Taiwan dan beralih mendukung Tiongkok. Dia juga beberapa kali mendukung sanksi terhadap pejabat Tiongkok.
Salah satu akun di X menulis: “Apa yang membuat Barry Moore menang? Yah, itu karena kelompok Yahudi sialan! Hanya karena dia mendukung Israel yang jahat.”
Peneliti dari perusahaan pelacak internet di New York, Graphika, mengungkapkan bahwa akun-akun yang menyebarkan hoaks tersebut berasal dari operasi yang disebut “Spamouflage.”
Peneliti menyebut operasi penyebaran informasi palsu ini sebagai Spamouflage, gabungan dari kata spam (pesan sampah) dan camouflage (kamuflase), atau disebut juga Dragonbridge. Operasi ini mencampurkan spam dengan propaganda yang ditargetkan, kemudian disebarkan ke internet.
“Spamouflage” diketahui sebagai salah satu operasi rahasia terbesar yang dilakukan oleh Tiongkok untuk mempengaruhi opini publik. Mereka sering menggunakan berbagai teknik distribusi besar-besaran untuk menyebarkan narasi Tiongkok di internet. Berdasarkan data Graphika, Spamouflage setidaknya telah aktif sejak 2017 dan telah memposting informasi palsu di lebih dari lima puluh situs web, forum, dan platform media sosial.
Dilaporkan bahwa aktivitas terbaru ini menunjukkan perubahan strategi Tiongkok, karena mereka berupaya secara aktif mempengaruhi isu-isu politik yang populer di AS, dan tidak lagi terbatas pada propaganda yang hanya memperindah citra Tiongkok.(jhn/yn)