EtIndonesia. Militer di seluruh dunia sedang mencari cara untuk menghadapi drone murah. Beberapa kontraktor pertahanan ternama dunia sedang menginvestasikan dana besar-besaran untuk mengembangkan senjata laser yang berbiaya rendah namun efektif.
Menurut laporan dari Financial Times Inggris, perusahaan Amerika RTX, pengembang dan produsen rudal Eropa (MBDA), serta QinetiQ dari Inggris, semuanya telah menggelontorkan investasi untuk pengembangan senjata laser.
Ketidakimbangan Biaya
Penggunaan luas drone di medan perang Rusia-Ukraina membuat pemerintah berbagai negara menyadari betapa mendesaknya menghadapi ancaman serangan murah ini.
Tahun ini, pemberontak Houthi di Yaman menembakkan drone atau rudal ke kapal-kapal dagang internasional yang melintas di Laut Merah. Untuk memastikan keamanan jalur pelayaran, Amerika Serikat dan Inggris terpaksa menembakkan rudal senilai jutaan dolar untuk menghadapi drone murah 1.000 dolar atau bahkan hanya 100 dolar.
Munculnya pertempuran menggunakan drone menyoroti masalah “ketidakimbangan biaya”, di mana biaya pertahanan jauh lebih tinggi daripada biaya serangan, membuat pihak bertahan dalam posisi yang tidak menguntungkan sementara pihak penyerang diuntungkan. Senjata laser, karena kemampuannya memotong logam dan menghancurkan peralatan elektronik, berpotensi menjadi solusi efektif untuk menghadapi drone.
Awal tahun ini, militer Amerika menggunakan laser berdaya tinggi untuk menembak jatuh drone di Timur Tengah, yang dianggap sebagai tonggak penting dalam industri yang sedang berkembang ini. Tentara dari berbagai negara, termasuk Inggris, Prancis, Rusia, Korea Selatan, dan Tiongkok, juga telah berinvestasi dalam pengembangan senjata energi terarah.
Menembak Koin dari Jarak Satu Kilometer
Inggris mengadakan uji coba senjata laser pada Januari lalu. Senjata laser yang dinamakan “DragonFire” berhasil mengenai target di udara. Para pengembang menyatakan bahwa ini adalah “operasi sukses pertama di Eropa terkait tingkat daya dan kemampuan sistem laser”.
Menurut Kementerian Pertahanan Inggris, biaya satu kali tembakan laser “DragonFire” adalah 10 pound (kurang dari 12 dolar), dengan presisi yang sangat tinggi, setara dengan menembak koin dari jarak satu kilometer.
Proyek ini dipimpin oleh kelompok misil Eropa dengan anggota termasuk QinetiQ dari Inggris dan Leonardo dari Italia. Pengembangan proyek dimulai tujuh tahun yang lalu.
Pada bulan April, Kementerian Pertahanan Inggris mengumumkan akan mempercepat pengembangan “DragonFire”. Senjata ini direncanakan untuk ditempatkan di kapal Angkatan Laut Inggris sebelum tahun 2027, lima tahun lebih cepat dari rencana awal.
Pemimpin tim pengembangan menyebutkan bahwa tim yang terdiri dari 150 insinyur dan ilmuwan dari tiga perusahaan saat ini fokus meningkatkan keandalan dan ketahanan “DragonFire”, sambil memecahkan masalah integrasi sistem ke kapal perang.
Tantangan
Penerapan teknologi laser di medan perang memiliki sejumlah tantangan. Tantangan teknis utama adalah memastikan bahwa sinar laser tetap presisi dalam waktu yang cukup lama untuk mencapai efek yang diinginkan.
Meskipun ada kemajuan baru-baru ini, para ahli industri menyebutkan bahwa penggunaan senjata laser dalam waktu dekat mungkin masih terbatas. Misalnya, senjata laser merupakan senjata energi terarah yang hanya dapat bergerak dalam garis lurus. Asap atau polusi lainnya dapat mengurangi visibilitas dan mempengaruhi akurasi senjata laser.
Selain itu, senjata laser membutuhkan platform yang stabil dan sumber daya listrik yang tetap. Biaya pembangunan sistem laser juga masih sangat tinggi. (jhn/yn)