EtIndonesia. Pemimpin dari Amerika Serikat, Tiongkok, dan negara-negara Asia Pasifik lainnya akan berkumpul di ibu kota Peru, Lima, minggu ini untuk Konferensi Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC). Namun, kekuasaan presiden terpilih AS, Trump, mungkin akan membuat dunia terjerumus ke dalam perang dagang, yang membayangi pertemuan ini.
Trump, yang mengedepankan kebijakan “America First”, mengambil posisi proteksionis dalam perdagangan global, mendukung ekstraksi bahan bakar fosil, dan menghindari terlibat dalam konflik asing, berpotensi mengancam aliansi yang dibangun Presiden AS Joe Biden dalam masalah seperti perang di Ukraina dan Timur Tengah, perubahan iklim, dan perdagangan.
Biden dan pemimpin Tiongkok, Xi Jinping, dijadwalkan untuk menghadiri APEC di Lima nanti minggu ini. Setelah Trump terpilih, Xi mengirimkan ucapan selamat, meminta kedua negara untuk menemukan solusi hidup berdampingan secara damai.
Saat ini masih belum jelas apakah Biden dan Xi akan melakukan pembicaraan bilateral selama APEC, dan tidak ada utusan khusus dari Partai Republik yang dikonfirmasi akan menghadiri pertemuan tersebut. Trump telah berjanji akan mengenakan tarif besar terhadap Tiongkok untuk menyeimbangkan perdagangan bilateral dan mengklaim bahwa Tiongkok telah memperluas defisit perdagangan dengan tindakan perdagangan yang tidak adil.
Trump juga mengancam akan mengenakan tarif 25% atau lebih terhadap barang-barang yang diimpor dari Meksiko, kecuali Meksiko mencegah “penjahat dan narkoba” menyeberang perbatasan AS-Meksiko.
Profesor Hubungan Internasional dari Universitas Katolik Pontifical di Peru, Oscar Vidarte, mengatakan kepada AFP: “Kemenangan Trump kemungkinan akan mengganggu pertemuan APEC, karena retorikanya sangat proteksionis.”
Biden belum membatalkan semua tarif yang diberlakukan Trump terhadap Tiongkok dari tahun 2017 hingga 2021, tetapi pengamat mengatakan, retorika agresif Trump akan memperparah retaknya hubungan AS- Tiongkok.
Ahli dari “Dialog Amerika”, Michael Shifter, mengatakan kepada AFP bahwa Trump akan mengambil sikap yang lebih keras daripada Biden terhadap imigrasi dan Tiongkok. Shifter mencatat bahwa ini juga berisiko, karena tekanan AS terhadap negara-negara di cekungan Pasifik untuk memilih antara AS dan Tiongkok bisa berbalik melawan AS, sehingga meningkatkan pengaruh Tiongkok di Amerika Latin. (jhn/yn)