EtIndonesia. 13 November Amerika Serikat secara resmi membuka operasi sebuah basis pertahanan udara baru di utara Polandia, menandai langkah strategis dalam memperkuat aliansi militer dengan NATO dan Ukraina. Langkah ini menegaskan komitmen Washington terhadap keamanan kawasan Eropa Timur, terlepas dari pergantian pemerintahan di Gedung Putih.
Pengaktifan Basis Pertahanan Udara di Polandia
Pada 13 November, AS mengumumkan pengaktifan Basis Reszkowo, yang dilengkapi dengan sistem pertahanan rudal perisai. Basis ini berlokasi sekitar 250 kilometer dari eksklave Rusia di pesisir Laut Baltik, Kaliningrad. Mantan Perdana Menteri Polandia, Morawiecki, menyampaikan kepada anggota parlemen bahwa sistem rudal ini akan mulai beroperasi pada 15 November. Penempatan ini bertujuan untuk melawan ancaman rudal balistik jarak pendek dan menengah, menurut pernyataan resmi AS dan NATO.
Komitmen AS terhadap Ukraina dan NATO
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, menegaskan kepada Ukraina dan sekutu NATO bahwa aliansi ini tetap kokoh.
Blinken menyatakan: “Presiden Biden berjanji bahwa setiap dolar yang kita miliki akan digunakan sepenuhnya dari sekarang hingga 20 Januari. Kita harus memastikan Ukraina memiliki sistem pertahanan udara, artileri, dan kendaraan lapis baja yang diperlukan.”
Hal ini terjadi menjelang pertemuan menteri luar negeri NATO yang dijadwalkan pada 3-4 Desember.
Respon Rusia terhadap Penempatan Basis AS
Kremlin menafsirkan penempatan sistem rudal di Polandia sebagai upaya Amerika Serikat untuk mendekatkan fasilitas militernya ke perbatasan Rusia, dengan tujuan mengekang kekuatan militer Moskow. Sumber yang berbicara kepada Reuters mengungkapkan bahwa sistem pertahanan udara Polandia saat ini hanya mampu menangkal rudal dari Timur Tengah, sehingga perlu dilakukan perubahan arah radar untuk mencegat ancaman dari Rusia. Proses ini memerlukan prosedur rumit dan perubahan kebijakan.
Serangan Udara Rusia dan Tanggapan Ukraina
Pada 13 November 2024, Angkatan Udara Ukraina melaporkan serangan dari Rusia yang melibatkan enam rudal balistik dan jelajah, serta 90 drone, ke delapan wilayah di Ukraina. Sistem pertahanan udara Ukraina berhasil menembak jatuh empat rudal dan 37 drone, sementara 47 drone lainnya dihentikan melalui gangguan elektronik. Pejabat senior Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional Ukraina, Kovalenko, memperingatkan bahwa Rusia tengah mempersiapkan serangan besar-besaran lainnya dengan mengumpulkan sejumlah besar rudal jelajah.
Panglima Angkatan Bersenjata Ukraina, Syrsky, menyatakan bahwa Rusia telah mengerahkan sekitar 50.000 pasukan di sekitar Kursk, termasuk tentara Korea Utara. Brigade ke-95, unit elit Ukraina, melaporkan bahwa serangan Rusia dalam dua hari terakhir tidak mencapai tujuan selain menghabiskan pasukan dan peralatan mereka. Pasukan Ukraina yang mayoritas merupakan veteran berpengalaman berhasil memukul mundur serangan Rusia, menyebabkan kerugian besar bagi musuh dan memaksa mereka mundur.
Dukungan Internasional terhadap Taiwan
Pada 13 November 2024, Tiongkok menetapkan zona reservasi dan pembatasan navigasi sementara di dekat Selat Taiwan untuk melakukan latihan tembakan langsung. Taiwan merespons dengan mengirim pasukan sebagai langkah keamanan. Menteri Pertahanan Taiwan, menegaskan pentingnya kerjasama militer antara Taiwan dan Amerika Serikat dalam menjaga perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan.
Komentator politik senior, Tang Jingyuan, menyatakan bahwa masa jabatan Trump di Amerika Serikat akan memperkuat kerja sama antara AS dan Taiwan. Dia menambahkan bahwa kebijakan luar negeri pemerintahan Trump yang “America First” menunjukkan komitmen kuat Amerika dalam mendukung Taiwan, terutama dalam menghadapi tekanan dari Tiongkok.
Lebih dari 70 negara, termasuk beberapa negara Eropa, Amerika, Eswatini, Kepulauan Marshall, dan Paraguay, telah mendukung upaya Taiwan untuk bergabung kembali dengan Organisasi Polisi Kriminal Internasional (Interpol). Dukungan ini mencerminkan peningkatan solidaritas internasional terhadap Taiwan dan penolakan terhadap interpretasi Tiongkok terhadap Resolusi 2758 PBB.
Rencana Trump dan Elon Musk untuk Departemen Efisiensi Pemerintah AS
Pada 13 November, Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, mengumumkan bahwa miliarder Elon Musk akan memimpin Departemen Efisiensi Pemerintah. Musk berencana melakukan reformasi radikal dengan memangkas 428 lembaga federal menjadi 99, mengurangi jumlah pegawai pemerintah hingga 77%, dan mengurangi pengeluaran federal sebesar 2 triliun dolar AS. Langkah ini diharapkan dapat mengatasi pemborosan dan meningkatkan efisiensi operasional pemerintah.
Trump juga menambahkan bahwa bersama dengan Ramaswamy, Musk akan bekerja sama dengan Gedung Putih dan Kantor Manajemen dan Anggaran untuk mengimplementasikan reformasi ini. Jika berhasil, langkah ini dapat menjadi tonggak penting dalam reformasi birokrasi Pemerintah AS, sebanding dengan Proyek Manhattan dalam skala inovasi dan dampaknya.
Kunjungan Xi Jinping ke Amerika Selatan dan Persaingan dengan AS
Setelah pemilihan Amerika Serikat, Presiden Tiongkok, Xi Jinping, mengumumkan rencananya untuk menghadiri KTT APEC di Lima, Peru, dan KTT G20 di Brasil antara 13 hingga 21 November. Kunjungan ini dianggap sebagai upaya Xi untuk memperkuat pengaruh Tiongkok di Amerika Selatan dan bersaing dengan Amerika Serikat dalam bidang ekonomi dan perdagangan.
Voice of America melaporkan bahwa kunjungan Xi bertujuan untuk mempromosikan Belt and Road Initiative di Amerika Selatan serta menyiapkan panggung untuk potensi perang dagang dengan AS. Selain itu, Xi memiliki kesempatan untuk bertemu kembali dengan Presiden AS, Joe Biden, untuk membahas isu-isu penting seperti perdagangan, tarif, dan kepentingan di Amerika Selatan.
Profesor Li Xing dari Institut Penelitian Strategis Internasional Guangdong mengomentari bahwa nilai strategis Amerika Selatan bagi Tiongkok terletak pada posisinya sebagai “halaman belakang” Amerika Serikat. Beijing berusaha meningkatkan hubungan ekonomi di kawasan ini sebagai strategi menghadapi dominasi militer dan politik Amerika Serikat.
Kesimpulan
Aktivasi basis pertahanan udara baru oleh Amerika Serikat di Polandia, penguatan aliansi dengan NATO dan Ukraina, serta dinamika geopolitik di Taiwan dan Amerika Selatan menunjukkan kompleksitas situasi global saat ini. Langkah-langkah strategis ini mencerminkan upaya berbagai negara dalam menghadapi ancaman keamanan dan mempertahankan pengaruh di kancah internasional.