Ratusan ribu mahasiswa di Zhengzhou, Henan, mengendarai sepeda malam menuju Kaifeng, yang kemudian menyebar ke berbagai kampus di seluruh Tiongkok dan menyebabkan kekhawatiran besar bagi pihak berwenang. Beberapa perguruan tinggi langsung menutup kampus dan melarang mahasiswa keluar kampus, sementara beberapa mahasiswa yang sepeda mereka terkunci karena penyewaan sepeda diakhiri, mulai beralih ke “lari malam menuju Kaifeng.”
ETIndonesia. Pada 8 November 2024 malam, puluhan ribu mahasiswa di Zhengzhou, Tiongkok mengendarai sepeda menuju Kaifeng hingga membuat pihak berwenang panik. Mereka mengerahkan sejumlah besar aparat kepolisian untuk mengusir dan menghadang para mahasiswa yang sedang bersepeda.
Seorang gadis mahasiswa di Zhengzhou berkata: “Di mana-mana ada polisi lalu lintas. Semua polisi lalu lintas.”
Pada 10 November, pemerintah Zhengzhou menempatkan polisi di berbagai persimpangan jalan untuk menghadang mahasiswa yang sedang bersepeda menggunakan sepeda sewa.
Seorang warga Henan bernama Li berkata pada hari yang sama kepada New Tang Dynasty Tv bahwa pihak berwenang mengeluarkan pemberitahuan yang melarang sepeda sewa untuk keluar dari zona empat lingkaran Zhengzhou.
Li menambahkan, “Jika sepeda melewati batas empat lingkaran selama lebih dari 3 menit, sepeda akan dikunci dan tidak bisa digunakan lagi. Jadi sekarang banyak orang beralih berjalan kaki ke Kaifeng, kebanyakan mahasiswa, demi kebebasan.”
Video menunjukkan sekelompok besar muda-mudi yang membawa tas punggung, mereka berjalan kaki atau berlari menuju Kaifeng, beberapa di antaranya membawa bendera dan menyanyikan slogan saat berjalan.
Seorang mahasiswa pria di Zhengzhou berkata: “Ayo, ayo, ayo!”
Li melanjutkan, “Anak muda memiliki semangat, mereka bersepeda untuk berolahraga, itu baik, bukan? Maka semakin banyak orang yang bergabung. Tapi ketika mereka tiba-tiba dihentikan, maka sudah mengganggu kebebasan orang-orang.”
Dari 8 November malam hingga 9 November pagi, sekitar 200.000 mahasiswa di Zhengzhou bersepeda menuju Kaifeng melalui Zhengkai Road, yang membentang puluhan kilometer menuju Kaifeng.
Seorang veteran militer Tiongkok mengatakan: “Selama delapan tahun di Pasukan Pengawal, malam ini kita bersepeda menuju Kaifeng. Tentara aktif juga ikut bersepeda menuju Kaifeng.”
Dikabarkan, dalam rombongan besar yang bersepeda ini terdapat berbagai lapisan masyarakat.
Li berkata, “Banyak anak-anak kecil yang ikut, sekitar 10 tahun, mereka mengendarai sepeda kecil. Ada juga tim kecil yang bersepeda menggunakan sepeda mereka sendiri, dan ada yang bermain roller skate. Sebagian besar adalah mahasiswa, tapi ada juga beberapa orang dewasa. Banyak orang yang bersepeda menuju Kaifeng, suasananya sangat meriah.”
Pada 9 November, lebih dari 200.000 anak muda mengendarai sepeda sewa menuju Kaifeng, dan banyak sepeda ditinggalkan di Daliang Gate di Kaifeng.
Warga Henan berkata: “Sepeda-sepeda ini menghalangi gerbang kota.”
Video menunjukkan banyak pemuda yang mengibarkan bendera di jalanan dan menyanyikan lagu kebangsaan Tiongkok, sementara sejumlah besar polisi siap siaga.
Polisi Zhengzhou pada 9 November mengumumkan larangan sepeda melintas di jalan utama di pusat kota dengan dalih keselamatan lalu lintas. Platform sepeda sewa seperti Meituan juga mengeluarkan pengumuman yang melarang sepeda melintasi wilayah yang berbeda, jika tidak, sepeda akan dikunci dari jarak jauh.
Beberapa universitas di Zhengzhou juga mengeluarkan pemberitahuan kepada mahasiswa untuk kembali ke kampus dalam waktu yang ditentukan, dan segera menutup kampus, melarang mahasiswa keluar. Mahasiswa yang berada di rumah diminta untuk menunjukkan bukti mereka tak berpergian.
Terdapat juga laporan bahwa mahasiswa dari berbagai kampus di seluruh penjuru Tiongkok mulai meniru aksi ini, mengorganisir perjalanan bersepeda antar provinsi dan kota.
Analisis menyebutkan, meskipun secara permukaan ini hanya kegiatan wisata murah para mahasiswa, namun ada masalah sosial dan politik lebih kompleks yang tersembunyi di baliknya. Dalam latar belakang di mana mahasiswa seringkali menghadapi kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan setelah lulus, apa yang akan dilakukan oleh para anak muda yang telah dicuci otak oleh Partai Komunis Tiongkok ini tidak dapat diprediksi.
“Jika ada puluhan ribu orang di jalanan, dan saat itu ada slogan politik yang mencerminkan keinginan banyak orang, dan ketidakpuasan mereka diteriakkan, banyak orang bisa ikut serta. Mungkin tidak hanya mahasiswa, tetapi warga biasa juga akan bergabung, dan keadaan bisa berubah sangat cepat. Oleh karena itu, mereka sangat takut,” kata Sejarawan asal Australia, Li Yuanhua.
Para ahli berpendapat bahwa Partai Komunis Tiongkok sangat takut dengan pertemuan dalam jumlah besar para pemuda ini bisa berubah menjadi gerakan semacam “Revolusi Kertas Putih,” yang berpotensi menjadi gerakan menentang Partai Komunis Tiongkok.
Sejarawan Li Yuanhua berkata: “Aktivitas ini berawal dari acara hiburan untuk mahasiswa, kini telah berubah menjadi tren politik dengan semua kalangan ikut berpartisipasi, dan sudah tidak terkendali. Apalagi pada saat ini kondisi perekonomian memburuk dan meningkatnya ketidakpuasan masyarakat. Bahkan, orang-orang di berbagai tempat memiliki keluhan. Jika semua orang berkumpul dan seseorang mengangkat tangan mereka, seluruh keadaan akan berubah, jadi mereka takut.”
Gerakan “Gowes Malam Menuju Kaifeng” dimulai pada Juni lalu, ketika empat mahasiswi mengendarai sepeda ke Kaifeng untuk mencoba makanan khas setempat. Aktivitas mereka diunggah di media sosial hingga menjadi viral. Kemudian menarik perhatian banyak mahasiswa lainnya untuk bergabung. Pemerintah Kaifeng melihat peluang ini dan mengumumkan bahwa berbagai tempat wisata akan dibuka gratis bagi para mahasiswa, yang semakin menarik lebih banyak pemuda untuk berpartisipasi. (Hui)
Sumber : NTDTV.com