Rekaman Tentara Korut Ditempatkan di Rusia Terungkap, Militer Ukraina di Kursk Tahan 50.000 Pasukan Musuh

Baru-baru ini, dinas intelijen Ukraina merilis rekaman audio yang mereka dapatkan, memperlihatkan keterlibatan tentara Korea Utara yang membantu Rusia. Selain itu, pasukan Ukraina di wilayah Kursk berhasil menahan serangan besar-besaran dari pihak Rusia.

ETIndonesia. Pada Selasa (12 November), sebuah video menunjukkan Rusia membombardir bendungan Kurakhove di wilayah Donetsk, Ukraina timur, yang menimbulkan kobaran api besar.

Gubernur Donetsk menyatakan bahwa kerusakan pada bendungan tersebut dapat membahayakan penduduk yang tinggal di sekitar Sungai Vovcha akibat kemungkinan banjir besar.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy berkata: “Karena operasi pasukan Ukraina di Kursk, Rusia tidak dapat mengerahkan lebih banyak pasukan ke arah serangan lain di wilayah kami.”

Pihak Ukraina mengonfirmasi bahwa saat ini Rusia telah mengumpulkan 50 ribu pasukan di Kursk dan menyerang pos pertahanan Ukraina dalam beberapa gelombang serangan besar untuk merebut kembali wilayah yang hilang. Akan tetapi, menuju kegagalan.

Seorang komandan Ukraina mengungkapkan bahwa ribuan tentara Korea Utara terlibat langsung dalam pertempuran di Kursk, sementara sejumlah pasukan Korea Utara lainnya terlibat dalam tindakan pertahanan di wilayah Belgorod, Rusia, serta di wilayah pendudukan Rusia di dalam Ukraina.

Baru-baru ini, Badan Intelijen Kementerian Pertahanan Ukraina mempublikasikan rekaman komunikasi radio yang mereka dapatkan pada 9 November, yang semakin memperkuat bukti keterlibatan tentara Korea Utara. Dalam audio tersebut, tentara Korea Utara yang ditempatkan di Kursk terdengar berkomunikasi dalam bahasa Korea dan memberi perintah kepada rekan-rekannya untuk segera kembali.

Sebenarnya, ini bukan pertama kalinya intelijen Ukraina menangkap rekaman terkait tentara Korea Utara. Bulan lalu, rekaman menunjukkan bahwa tentara Rusia merasa tidak senang dengan kedatangan tentara Korea Utara yang dikenal dengan kode “Batalion K”.

Pada  Senin (11 November), pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menyetujui perjanjian pertahanan bersama dengan Rusia. Presiden Rusia Vladimir Putin juga telah menandatangani perjanjian ini menjadi undang-undang, yang menetapkan bahwa jika salah satu pihak diserang secara militer, pihak lainnya harus segera memberikan bantuan militer dan bantuan lainnya.

Pada  Selasa, Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte yang sedang berada di Paris, mendorong para sekutu untuk bersatu menghadapi ancaman. 

 “Kerja sama Rusia dengan Korea Utara, Iran, dan Tiongkok  tidak hanya mengancam keamanan Eropa, tetapi juga perdamaian dan keamanan di kawasan Indo-Pasifik dan Amerika Utara. Oleh karena itu, kita harus berdiri bersama,” ujarnya. (hui)

Sumber : NDTV.com