EtIndonesia. Pada Kamis, 14 November, pelabuhan besar yang dibangun oleh Tiongkok di kota pesisir Chancay, Peru, secara resmi dibuka. Penduduk setempat mengatakan bahwa proyek yang didanai oleh Tiongkok ini, yang merupakan bagian dari Belt and Road Initiative telah merampas keuntungan ekonomi mereka.
Menurut laporan Associated Press, Sekretaris Jenderal Partai Komunis Tiongkok, Xi Jinping, akan hadir dalam upacara peresmian pelabuhan Chancay saat berlangsungnya KTT APEC di Peru. Pelabuhan ini terletak 78 kilometer utara dari ibu kota Lima, dan dibangun oleh China COSCO Shipping Corporation Limited dengan investasi sebesar 1,3 miliar dolar AS.
COSCO berencana membangun pelabuhan dalam bentuk terminal dengan 15 dermaga dan sebuah kawasan industri besar, yang diharapkan akan menarik lebih dari 3,5 miliar dolar AS dalam investasi dalam dekade mendatang. Namun, proyek ini mendapat penolakan keras dari warga setempat. Mereka mengeluhkan bahwa pengembangan pelabuhan ini telah merampas wilayah tangkapan ikan mereka, tanpa memberikan manfaat ekonomi bagi mereka.
Julius Caesar, seorang nelayan berusia 78 tahun, dengan tegas menyatakan: “Wilayah tangkapan ikan kami sudah hilang, semuanya dihancurkan oleh mereka,” sambil menunjuk ke crane yang terletak di dekat dermaga.
Pemerintah Peru berharap bahwa pelabuhan Chancay dapat menjadi pusat logistik strategis yang menghubungkan Amerika Selatan dengan Asia, mempercepat ekspor produk-produk seperti blueberry Peru, kedelai Brasil, dan tembaga Chile. Para pejabat Peru menyebut pelabuhan ini berpotensi mendatangkan pendapatan ratusan juta dolar AS dan mengubah kota pesisir tersebut menjadi “zona ekonomi khusus” untuk menarik investasi dengan memberikan insentif pajak.
Namun, banyak penduduk Chancay, yang berjumlah sekitar 60.000 orang, tidak setuju dengan klaim pemerintah tersebut. Mereka mengeluh bahwa pembangunan pelabuhan ini telah merusak lingkungan alam sekitar, memberikan dampak buruk terhadap perekonomian mereka. Mereka juga menyatakan bahwa pembangunan pelabuhan ini telah merusak kondisi ombak yang baik untuk berselancar, yang memengaruhi banyak orang, dari pedagang es, pengemudi truk, hingga pemilik restoran. Di sebuah tembok yang menghadap laut, terpasang tulisan grafiti yang berbunyi, “Tolak Pelabuhan Raksasa.”
Risiko Geostrategis
Menurut laporan Financial Times, beberapa ahli berpendapat bahwa pembangunan pelabuhan Chancay yang dibiayai oleh perusahaan negara Tiongkok sebenarnya merupakan penyerahan kedaulatan pelabuhan oleh Peru.
Profesor Evan Ellis, ahli studi Amerika Latin di US Army War College, mengatakan: “Risiko yang dihadapi Peru bersifat multi-lapis. Risiko terbesar adalah negara ini tidak mendapatkan manfaat dari sumber daya alam dan lokasi geografis yang kaya, malah Tiongkok yang memperoleh keuntungan dari semuanya.”
Pada Mei lalu, dalam sengketa dengan COSCO, Kongres Peru mengesahkan undang-undang yang memberikan hak eksklusif kepada COSCO untuk mengoperasikan pelabuhan Chancay.
Ellis menambahkan: “Ini sesuatu yang sebelumnya tak terbayangkan, dan bertentangan dengan kedaulatan pelabuhan yang dimiliki Peru, karena pelabuhan adalah jendela Peru ke dunia.”
Bagi Amerika Serikat, meningkatnya pengaruh Tiongkok di Amerika Latin membawa risiko strategis, dan AS telah memperingatkan bahwa pelabuhan ini dapat digunakan oleh Tiongkok untuk merapatkan kapal perang mereka.
Kementerian Luar Negeri AS menyatakan bahwa mereka telah membahas masalah pelabuhan Chancay dengan Pemerintah Peru, dan menekankan pentingnya pengawasan, keamanan, regulasi, dan persaingan yang adil terhadap semua proyek infrastruktur penting.
Seorang pejabat AS mengatakan: “Kami tidak meminta mitra kami untuk memilih antara AS dan Tiongkok, namun kami sedang menunjukkan manfaat bekerja sama dengan AS.” (jhn/yn)