EtIndonesia. Dengan semakin sulitnya pekerjaan bagi lulusan universitas di Tiongkok, pemerintah kini memutuskan untuk menerbitkan kebijakan untuk “secara aktif merekrut lulusan universitas untuk bekerja di industri layanan rumah tangga”. Beberapa media di Tiongkok pun melaporkan hal ini, yang langsung memicu perdebatan di kalangan netizen Tiongkok.
Pada 13 November, Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional, Kementerian Pendidikan, Kementerian Keuangan, Kementerian Sumber Daya Manusia dan Jaminan Sosial, serta Kementerian Perdagangan Tiongkok bersama-sama menerbitkan sebuah dokumen berjudul “Pendapat tentang Memperdalam Integrasi Pendidikan dan Industri dalam Layanan Rumah Tangga”.
Dalam dokumen tersebut, disebutkan bahwa “Pendidikan untuk melatih tenaga kerja rumah tangga harus diperkuat,” dan meminta sekolah tinggi serta sekolah vokasi untuk membuka jurusan terkait layanan rumah tangga dan mendorong perguruan tinggi yang memiliki jurusan ini untuk memperbesar kapasitas penerimaan.”Setiap provinsi setidaknya harus mendirikan satu kelompok jurusan tingkat tinggi dalam layanan rumah tangga, dan di tingkat nasional harus ada lebih dari dua kelompok jurusan tingkat tinggi yang berfokus pada layanan rumah tangga.”
Dokumen ini juga meminta agar perusahaan layanan rumah tangga bekerja sama dengan perguruan tinggi dan sekolah vokasi untuk membangun mekanisme koneksi, dan “secara aktif merekrut lulusan universitas untuk bekerja di industri rumah tangga.”
Beberapa media Tiongkok menyoroti kalimat “secara aktif merekrut lulusan universitas untuk bekerja di industri rumah tangga” dalam judul berita mereka, yang memicu diskusi panas di kalangan netizen.
Banyak yang berkomentar dengan kecewa:
“Sudah belajar keras, tapi malah jadi pembantu?”
“Apakah nantinya lowongan pekerjaan untuk pembantu juga membutuhkan gelar sarjana dan batasan usia 35 tahun?”
“Apakah belajar di universitas masih ada gunanya?”
“Untuk apa kuliah kalau begitu.”
“Apakah setelah lulus dari universitas, kita harus bekerja di layanan rumah tangga, apakah masih perlu ujian masuk perguruan tinggi?”
Beberapa netizen juga menyindir: “Jalanan sudah penuh dengan pengemudi ojek online, sekarang mereka ingin memperluas permintaan untuk layanan rumah tangga? Mungkin ini adalah upaya untuk ‘mengambil alih’ pasar luar negeri, mengingat ketegangan hubungan Tiongkok-Philipina yang baru-baru ini meningkat.”
Saat ini, ekonomi Tiongkok terus memburuk, dan angka pengangguran terus meningkat. Tahun ini, ada 11,79 juta lulusan universitas, dan banyak yang menganggur setelah lulus. Data yang bocor dari universitas di Shanghai pada Mei lalu menunjukkan bahwa hanya sekitar 20% dari lulusan yang berhasil mendapatkan pekerjaan.
Pemerintah Tiongkok baru-baru ini mengumumkan bahwa jumlah lulusan universitas pada tahun depan akan mencapai 12,22 juta orang, mencetak rekor baru, yang akan memperburuk tekanan terhadap lapangan pekerjaan.(jhn/yn)