EtIndonesia. Kabar yang sebelumnya hanya beredar sebagai rumor di media sosial kini terungkap sebagai laporan eksklusif dari salah satu koran terkemuka Inggris, The Times. Laporan tersebut mengungkapkan bahwa Ukraina tengah merencanakan pengembangan senjata nuklir, sebuah langkah yang dapat memicu serangkaian masalah besar di tingkat global.
Menurut laporan dari Kementerian Pertahanan Ukraina, jika presiden AS terpilih Donald Trump menarik bantuan militer dari Amerika Serikat, Ukraina memiliki kemampuan untuk merancang bom nuklir sederhana dalam waktu beberapa bulan—bukan tahun. Laporan tersebut menyatakan bahwa Ukraina dapat dengan cepat memanfaatkan plutonium, bahan radioaktif, untuk membuat perangkat bom nuklir yang teknologinya mirip dengan bom atom yang dijatuhkan di Nagasaki, Jepang, pada tahun 1945. Bagi Ukraina, pengembangan senjata nuklir ini dianggap sebagai tugas yang tidak terlalu sulit.
REAKSI DARI KEMENTERIAN LUAR NEGERI UKRAINA
Menyikapi laporan tersebut, juru bicara Kementerian Luar Negeri Ukraina dengan cepat membantah pernyataan tersebut. Mereka menegaskan bahwa Ukraina tidak memiliki niat atau rencana untuk mengembangkan atau memperoleh senjata nuklir. Selain itu, juru bicara juga menekankan bahwa Ukraina bekerja sama erat dengan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) untuk memastikan transparansi penuh dalam pengawasan, dan tidak ada penggunaan bahan nuklir untuk tujuan militer.
ANALISIS KEBERLANJUTAN BERITA
Berdasarkan pendapat ahli, besar kemungkinan berita ini benar. Penulis laporan ini adalah Olexiy Yizak, kepala departemen di Institut Strategi Nasional Ukraina, sebuah lembaga penelitian pemerintah yang berfungsi sebagai konsultan profesional untuk kantor presiden Ukraina dan Dewan Keamanan serta Pertahanan Nasional.
Beberapa minggu lalu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy bahkan sempat menyiratkan kemungkinan kepemilikan senjata nuklir di hadapan negara-negara Uni Eropa dan NATO, sebagai alternatif agar Ukraina tidak bergabung dengan NATO. Meskipun Zelenskyy kemudian menarik kembali pernyataannya dan menegaskan bahwa senjata nuklir bukanlah target yang diinginkan Ukraina, pernyataan-pernyataan sebelumnya menunjukkan indikasi kuat tentang niat ini.
KEMAMPUAN UKRAINA: DANA, TEKNOLOGI, DAN BAHAN BAKU
Ukraina memiliki dana, teknologi, dan bahan baku yang diperlukan untuk mengembangkan senjata nuklir. Mantan komandan Legiun Pertahanan Kimia Bersatu Inggris, Hammish Gordon, dalam wawancaranya dengan The Times, menyatakan bahwa Ukraina pasti memiliki kemampuan teknis dan dana yang dibutuhkan untuk memproduksi senjata nuklir. Ukraina pernah menjadi negara nuklir terbesar ketiga di dunia dengan jumlah hulu ledaknya bahkan melebihi Tiongkok. Saat ini, Ukraina mengendalikan sembilan reaktor nuklir yang masih beroperasi, masing-masing mengandung material fissile setidaknya tujuh ton. Secara teori, material tersebut dapat digunakan untuk memproduksi ratusan bom nuklir dengan kekuatan taktis setara beberapa ribu ton TNT, mirip dengan bom yang dijatuhkan di Hiroshima.
SARANA PENGIRIMAN: RUDAL BALISTIK
Selain kemampuan produksi, Ukraina juga diklaim memiliki sarana pengiriman atau peluncur untuk bom nuklir tersebut. Meskipun saat ini Ukraina mengandalkan NATO untuk peralatan militernya, beberapa ahli Barat berpendapat bahwa Ukraina membutuhkan setidaknya lima tahun untuk mengembangkan rudal balistik beserta sarana pengirimannya. Namun, kepala pusat penelitian yang menyusun laporan ini, Badraak, menyatakan bahwa Ukraina mungkin hanya membutuhkan kurang dari satu tahun untuk mengembangkan rudal balistik mereka sendiri. Dalam waktu enam bulan, Ukraina dapat memiliki rudal balistik jarak jauh sejauh seribu kilometer, yang dengan penggantian hulu ledak dapat menjadi senjata pencegah yang signifikan.
HAMBATAN INTERNASIONAL: REAKSI AS DAN NATO
Hambatan utama yang dihadapi Ukraina adalah reaksi dari Amerika Serikat dan NATO. Meskipun kedua pihak secara resmi mendukung non-proliferasi nuklir, ada argumen bahwa Amerika Serikat dan Inggris kurang memiliki alasan kuat untuk menghentikan Ukraina, terutama setelah kegagalan mereka memenuhi janji dalam Memorandum Keamanan Budapest. Ukraina telah mengalami aneksasi Krimea oleh Rusia dan invasi penuh Rusia ke wilayahnya selama lebih dari sepuluh tahun tanpa mendapatkan jaminan keamanan yang seharusnya. Oleh karena itu, Ukraina memiliki alasan kuat untuk mempertimbangkan pengembangan senjata nuklir sebagai upaya mempertahankan diri di tengah tekanan agresi yang terus meningkat dari Rusia.
SURVEI PENDAPAT PUBLIK
Untuk menggambarkan pendapat publik, survei sederhana diadakan: jika Anda mendukung Ukraina memiliki senjata nuklir, balas dengan angka 1. Jika Anda tidak mendukung atau merasa Ukraina tidak perlu memiliki senjata nuklir, balas dengan angka 2. Survei ini bertujuan untuk mengumpulkan opini masyarakat tanpa jawaban benar atau salah, berdasarkan insting dan penilaian individu.
PERSPEKTIF DIPLOMATIK: MENGIKUTI JEJAK ISRAEL
Dari perspektif diplomatik, Ukraina mungkin tidak akan secara terbuka mengakui atau menyatakan keinginannya untuk mengembangkan senjata nuklir, mirip dengan kebijakan Israel. Israel, yang sudah lama memiliki senjata nuklir, tidak pernah secara terbuka mengakui kepemilikannya dan sejak tahun 1960-an menerapkan kebijakan ambigu nuklir. Tujuannya adalah untuk menciptakan pencegahan nuklir yang nyata tanpa memicu perlombaan senjata nuklir di Timur Tengah. Ukraina mungkin akan mengikuti jejak ini, tidak mengakui secara terbuka pengembangan senjata nuklirnya.
KONSEKUENSI GLOBAL: ANCAMAN PERANG NUKLIR
Jika langkah ini terus berlanjut, dunia bisa berada di ambang perang nuklir pertama dalam sejarah manusia, di mana dua negara nuklir berperang dengan jarak hanya 60 mil. Menurut laporan eksklusif The Wall Street Journal, strategi Presiden Trump terhadap Rusia mungkin akan mengikuti strategi “Anti-Nixon”, yaitu menjalin hubungan dengan Rusia untuk melawan Tiongkok, mirip dengan bagaimana Presiden Nixon menjalin hubungan dengan Tiongkok untuk melawan Uni Soviet selama Perang Dingin. Hal ini menunjukkan bahwa jika Trump tidak berhasil menghentikan agresi Putin, Ukraina bisa kehilangan kontrol dan perang bisa menjadi tidak terkendali.
STRATEGI PENYELESAIAN: PILIHAN LUNAK TRUMP
Jika Trump tidak dapat menemukan solusi yang adil dan efektif, kembalinya Ukraina ke “klub nuklir” tidaklah mustahil. Dalam situasi ini, Trump mungkin hanya memiliki opsi-opsi lunak seperti menormalisasi hubungan Amerika-Rusia, menghapus sanksi, atau membantu pengembangan ekonomi Rusia untuk menarik dukungan Putin. Namun, efektivitas langkah-langkah ini masih harus dilihat seiring berjalannya waktu.
KESIMPULAN
Rencana Ukraina untuk mengembangkan senjata nuklir, jika benar, akan mengubah dinamika keamanan global secara drastis. Dengan kemampuan teknis dan sumber daya yang dimiliki, serta tekanan dari agresi Rusia, langkah ini bisa menjadi jalan terakhir bagi Ukraina dalam mempertahankan kedaulatannya. Namun, dampaknya terhadap stabilitas internasional dan perlombaan senjata nuklir di dunia perlu menjadi perhatian serius bagi semua pihak terkait.