Musk Kembali Menuntut OpenAI, Kali Ini Termasuk Microsoft

EtIndonesia. Elon Musk adalah salah satu pendiri OpenAI, yang awalnya didirikan sebagai organisasi non-profit dengan tujuan mengembangkan kecerdasan buatan (AI) untuk kesejahteraan manusia. Pada tahun 2018, Musk mengundurkan diri dari perusahaan tersebut karena perbedaan visi dalam pengembangan.

Setelah menarik kembali gugatan terhadap OpenAI pada Juli lalu, Musk kembali mengajukan gugatan pada Agustus 2024. Pada Kamis (14 November), dia mengajukan gugatan yang telah direvisi di Pengadilan Federal Oakland, California. Gugatan tersebut masih berfokus pada inti kasus yang sama: OpenAI yang mendapat manfaat dari keterlibatan awal Musk, namun melanggar komitmen untuk mengembangkan hasil riset AI secara terbuka sebagai organisasi non-profit, dan kini menjadi anak perusahaan yang menguntungkan di bawah Microsoft.

Menurut laporan dari situs berita teknologi TechCrunch, pengacara Musk dalam gugatan tersebut menuding bahwa OpenAI kini “secara aktif berusaha menghilangkan pesaing-pesaingnya,” seperti xAI yang didirikan Musk, dengan cara “meminta investor untuk berjanji tidak mendanai pesaing-pesaing tersebut.” Gugatan tersebut juga menuding OpenAI secara tidak sah memperoleh manfaat dari infrastruktur dan keahlian Microsoft, yang oleh tim hukum Musk digambarkan sebagai “sebuah merger de facto.”

Gugatan yang telah direvisi ini menambah beberapa tergugat baru, termasuk Microsoft, pendiri LinkedIn Reid Hoffman, serta mantan anggota Dewan Direksi OpenAI dan Wakil Presiden Microsoft Dee Templeton. Para penggugat baru juga termasuk eksekutif Neuralink yang juga mantan anggota Dewan Direksi OpenAI, Shivon Zilis, dan perusahaan AI Musk, xAI.

Musk adalah salah satu pendiri OpenAI, yang awalnya didirikan sebagai organisasi non-profit dengan tujuan untuk mengembangkan kecerdasan buatan demi kebaikan umat manusia. Musk mundur pada tahun 2018 karena perbedaan dalam arah pengembangan perusahaan tersebut.

Dalam gugatan tersebut, disebutkan bahwa “xAI menderita kerugian, antara lain: tidak bisa mendapatkan lisensi teknologi OpenAI karena Microsoft memiliki lisensi eksklusif, tidak bisa memperoleh sumber daya komputasi dari Microsoft dengan syarat yang mirip dengan yang diberikan kepada OpenAI, dan pertukaran informasi sensitif tentang persaingan yang terjadi antara OpenAI dan Microsoft.”

Gugatan ini juga menyebutkan bahwa Hoffman, yang juga menjadi anggota Dewan Direksi Microsoft dan OpenAI, serta mitra di perusahaan investasi Greylock, secara tidak sah memperoleh keuntungan dari informasi terkait transaksi antar perusahaan tersebut. (Hoffman mundur dari Dewan Direksi OpenAI pada tahun 2023.) Greylock menginvestasikan perusahaan AI baru Inflection, yang pada awal tahun ini diakuisisi oleh Microsoft, dan menurut gugatan, Inflection dapat dianggap sebagai pesaing OpenAI.

Mengenai Templeton, dia pernah ditunjuk oleh Microsoft sebagai pengamat Dewan Direksi OpenAI tanpa hak suara. Gugatan baru ini menuding bahwa dia memfasilitasi kesepakatan antara Microsoft dan OpenAI yang melanggar aturan antimonopoli.

Gugatan tersebut menyatakan: “Tujuan dari pelarangan saling memiliki posisi di Dewan Direksi adalah untuk mencegah berbagi informasi sensitif yang melanggar undang-undang antimonopoli, atau memberi ruang untuk koordinasi kegiatan anti-kompetitif lainnya. Templeton dan Hoffman sebagai anggota Dewan Direksi OpenAI telah merusak tujuan ini.”

Zilis, yang bekerja di Neuralink dan memiliki hubungan dekat dengan Musk, serta pernah menjabat sebagai Direktur Proyek di Tesla dari 2017 hingga 2019, juga disebutkan dalam gugatan ini. Zilis adalah ibu dari tiga anak Musk.

Gugatan tersebut mengklaim bahwa Zilis pernah mengungkapkan kekhawatirannya tentang kesepakatan OpenAI secara internal, namun tidak mendapat perhatian, dan kekhawatiran tersebut hampir identik dengan kekhawatiran Musk.

Laporan menyebutkan bahwa inti dari gugatan penggugat tetap tidak berubah: OpenAI, yang mendapatkan manfaat dari keterlibatan awal Musk, telah melanggar janji nonprofit untuk mempublikasikan hasil penelitian kecerdasan buatan. 

Gugatan menyatakan: “Tidak ada ungkapan atau transaksi kreatif yang dapat menyembunyikan fakta: OpenAI, yang didirikan bersama oleh Musk dan berjanji untuk menjadi entitas amal independen yang aman dan transparan, dengan cepat menjadi anak perusahaan yang berorientasi profit di bawah Microsoft.” 

OpenAI telah berusaha untuk membatalkan gugatan Musk, menyebutnya “berlebihan” dan tidak berdasar.(jhn/yn)