EtIndonesia. Dalam dua bulan lagi, Trump akan kembali ke Gedung Putih. Meskipun belum menguraikan rencana spesifik, dia telah menyatakan keinginannya untuk segera mengakhiri perang Rusia-Ukraina. Michael Waltz, yang ditunjuk Trump sebagai Penasihat Keamanan Nasional, telah mengatakan bahwa AS bisa mempercepat pengiriman senjata ke Ukraina untuk memaksa Rusia melakukan negosiasi.
Pejabat AS mengatakan bahwa Presiden Biden telah mengizinkan Ukraina menggunakan rudal jarak jauh buatan AS untuk menyerang target di dalam wilayah Rusia. Washington sebelumnya menolak karena khawatir perang akan meningkat, namun menghadapi kemungkinan Trump menghentikan bantuan ke Ukraina setelah menjabat, Biden membuat keputusan perubahan kebijakan besar.
Mengapa AS Mengizinkan Ukraina Menyerang Rusia dengan Rudal Jarak Jauh?
Menurut laporan dari BBC, selama lebih dari setahun, Ukraina telah menggunakan Sistem Rudal Taktis Angkatan Darat (ATACMS) Amerika untuk menyerang target Rusia di wilayah Ukraina yang diduduki, namun baru-baru ini Washington mengizinkan Kyiv menggunakan ATACMS untuk menyerang wilayah Rusia.
Rudal balistik ini, yang diproduksi oleh raksasa aerospasial dan militer AS Lockheed Martin, adalah salah satu rudal paling kuat yang diberikan kepada Ukraina hingga saat ini, dengan jangkauan hingga 300 kilometer. Perubahan kebijakan Washington ini adalah respons terhadap penempatan pasukan Korea Utara yang baru-baru ini ditempatkan di perbatasan Rusia di Kursk untuk mendukung pasukan Rusia, dengan Ukraina menduduki sebagian wilayah tersebut sejak Agustus tahun ini.
Selain itu, seiring Trump yang akan segera kembali ke Gedung Putih, muncul kekhawatiran apakah AS akan terus mendukung Ukraina, sementara Biden tampaknya sangat ingin memanfaatkan sisa waktu jabatannya untuk membantu Ukraina, memberikan Kyiv pengaruh dalam negosiasi damai yang mungkin terjadi di masa depan.
Pengaruh Rudal Jarak Jauh Terhadap Medan Perang?
Ukraina kini dapat menyerang target di dalam wilayah Rusia, dengan area sekitar negara bagian Kursk kemungkinan menjadi target pertama. Pasukan Ukraina saat ini mengendalikan lebih dari 1000 kilometer persegi wilayah Rusia di sana.
Pejabat Ukraina dan AS mengantisipasi bahwa pasukan Rusia dan Korea Utara akan melancarkan serangan balasan di negara bagian Kursk untuk merebut kembali wilayah tersebut. Ukraina mungkin menggunakan ATACMS untuk menangkis serangan tersebut, menargetkan basis militer, infrastruktur, dan fasilitas penyimpanan amunisi Rusia.
Rudal yang disediakan untuk Ukraina mungkin tidak cukup untuk mengubah hasil perang secara signifikan, namun dengan kemajuan pasukan Rusia di timur Ukraina dan semangat pasukan Ukraina yang menurun, ATACMS mungkin memberikan beberapa keunggulan kepada Ukraina.
Otorisasi AS juga mungkin akan memicu reaksi berantai lebih lanjut: Inggris dan Prancis mungkin akan mengikuti dengan mengizinkan Ukraina menggunakan rudal jelajah jarak jauh serupa dengan ATACMS Amerika, “Shadow Storm,” untuk menyerang target di dalam wilayah Rusia.
Mungkinkah Memicu Eskalasi Perang?
Selama berbulan-bulan, pemerintahan Biden telah menolak memberi izin kepada Ukraina untuk menggunakan rudal jarak jauh menyerang wilayah Rusia karena kekhawatiran akan eskalasi konflik.
Presiden Rusia Vladimir Putin telah memperingatkan bahwa jika senjata Barat digunakan untuk menyerang wilayah Rusia, Moskow akan menganggapnya sebagai “partisipasi langsung” negara-negara NATO dalam perang di Ukraina.
Rusia juga telah menetapkan “garis merah” beberapa kali. Beberapa garis merah ini telah dilanggar, termasuk penyediaan kendaraan tempur modern dan jet tempur ke Ukraina, tetapi ini belum menyebabkan perang langsung antara Rusia dan NATO.
Bagaimana Reaksi Trump?
Dalam dua bulan lagi, Trump akan kembali ke Gedung Putih, dan meskipun belum menguraikan rencana spesifik, dia telah menyatakan keinginan untuk segera mengakhiri perang Rusia-Ukraina dan mungkin akan membatalkan keputusan Biden untuk mengizinkan penggunaan rudal.
Trump belum mengambil sikap apakah akan melanjutkan kebijakan ini, tetapi beberapa sekutu terdekatnya telah mengkritik keputusan Biden, termasuk anaknya, Donald Trump Jr. Calon wakil presiden JD Vance dan banyak pejabat senior yang akan bertugas dalam pemerintahan baru Trump juga menyatakan bahwa AS tidak seharusnya lagi menyediakan bantuan militer kepada Ukraina.
Namun, ada juga pendapat yang berbeda, seperti Michael Waltz yang ditunjuk Trump sebagai Penasihat Keamanan Nasional, telah mengatakan bahwa AS bisa mempercepat pengiriman senjata ke Ukraina untuk memaksa Rusia melakukan negosiasi.
Belum jelas bagaimana Trump akan merespons, tetapi banyak warga Ukraina khawatir Trump akan menghentikan pengiriman senjata, termasuk ATACMS. Anggota parlemen Ukraina, Oleksiy Goncharenko, mengatakan kepada BBC: “Kami sangat khawatir, kami berharap dia (Trump) tidak akan membatalkan (keputusan itu).” (jhn/yn)