Geger! NATO Keluarkan 50.000 Pasukan sebagai Respon terhadap Rudal Hipersonik Rusia!

EtIndonesia. Perwakilan dari Ukraina bersama 32 anggota NATO menggelar pertemuan darurat di Brussels untuk membahas potensi eskalasi konflik yang dipicu oleh peluncuran rudal balistik hipersonik oleh Rusia pekan lalu. Langkah ini menandai peningkatan ketegangan yang signifikan di antara negara-negara Barat dan Rusia.

Rudal Hipersonik Rusia: Puncak Retorika Perang

Dalam pertemuan tersebut, para delegasi menyoroti ancaman terbaru dari Presiden Rusia, Vladimir Putin, yang mengumumkan akan terus melakukan uji coba rudal balistik hipersonik. Meski Rusia menyebutnya sebagai “uji coba” dan bukan “pemboman”, tindakan ini jelas menunjukkan peningkatan retorika perang yang memuncak. Pengalihan lokasi uji coba rudal ke negara lain, bukan di wilayah Rusia sendiri, semakin memperkeruh hubungan internasional.

Hubungan Rusia dengan Tiongkok juga mendapat sorotan, di mana beberapa pihak menggambarkan hubungan kedua negara sebagai hubungan anak dan ayah, dengan Rusia sering disebut sebagai “ayah Rusia”. Meskipun demikian, ancaman rudal balistik Putin tidak berhasil menakuti Ukraina dan NATO. Sebaliknya, NATO mengesahkan resolusi baru yang menyerukan bantuan militer lebih lanjut kepada Ukraina, termasuk pengiriman rudal jarak menengah seperti rudal Tomahawk dari Amerika Serikat.

Mobilisasi Militer NATO: Respon Terhadap Ancaman Rusia

Tidak hanya berbicara, NATO juga melakukan langkah konkret dengan menempatkan pasukan sebesar 50.000 personel sebagai respons terhadap aksi Rusia. Ini merupakan operasi militer terbesar yang dilakukan NATO dalam beberapa tahun terakhir, mencakup penempatan 10.000 kendaraan lapis baja, 65 kapal perang, dan 250 pesawat tempur canggih. Penempatan besar-besaran ini mengirimkan sinyal tegas bahwa NATO siap menghadapi kemungkinan konflik yang lebih luas.

Dukungan Kuat dari Inggris dan Prancis

Inggris dan Prancis menjadi kekuatan inti dalam mendukung Ukraina. Menurut laporan surat kabar Prancis Le Monde, diskusi mengenai pengiriman pasukan NATO dan perusahaan pertahanan swasta ke Ukraina telah resmi dimulai. Presiden Prancis Emmanuel Macron, yang pada Februari lalu mengusulkan pengiriman pasukan ke Ukraina, kini semakin terbuka untuk opsi ini setelah mendapat dukungan dari mitra NATO.

Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Noël Barrot, pada 23 November 2024 menyatakan bahwa Barat tidak akan menetapkan garis merah dalam memberikan dukungan militer kepada Ukraina dan Prancis siap mengeksplorasi segala opsi yang ada.

Ancaman Jangka Panjang: Potensi Serangan Rusia ke Eropa

Kepala intelijen Republik Ceko, Kudelska, mengeluarkan peringatan bahwa jika Ukraina setuju untuk perdamaian yang kurang menguntungkan, Rusia berencana menyerang Eropa dalam 10 hingga 15 tahun ke depan. Analisis menunjukkan bahwa penguasaan Rusia atas Krimea dan strategi penahanan dari Ukraina serta negara-negara Barat mendorong Putin untuk melancarkan perang saat ini. Potensi aliansi Rusia dengan Korea Utara, Iran, dan Tiongkok dapat memperkuat posisi Rusia di masa depan, mengancam stabilitas Eropa.

Dukungan Rahasia dan Kesiapan Nuklir

Menurut laporan Bloomberg, Inggris secara rahasia telah menyerahkan puluhan rudal jelajah Storm Shadow kepada Ukraina sebelum NATO secara resmi mengumumkan penggunaan rudal jarak jauh oleh Ukraina. Selain itu, pernyataan calon kepala urusan kontra-terorisme Trump mengindikasikan rencana untuk memberikan Ukraina senjata dalam jumlah besar untuk mengintimidasi Putin.

Kekhawatiran terhadap eskalasi perang nuklir tetap tinggi, meski sebagian besar pihak sepakat bahwa perang nuklir tidak diinginkan. Saat ini, senjata nuklir terkonsentrasi di sembilan negara dengan total sekitar 12.000 kepala nuklir yang memiliki potensi untuk menghancurkan bumi berkali-kali lipat.

Dampak Ekonomi dan Serangan Drone Rusia

Keputusan NATO dan Uni Eropa untuk memberlakukan sanksi besar-besaran terhadap Rusia telah mempengaruhi pasar saham dan nilai tukar rubel secara signifikan. Pada 26 November 2024, pasar saham Rusia turun drastis, dan rubel mencapai titik terendah sejak Maret 2022.

Pada hari yang sama, Rusia melancarkan serangan drone besar-besaran ke wilayah Ukraina, dengan total 188 drone menyerang 17 wilayah, termasuk infrastruktur penting seperti jaringan listrik nasional dan gedung apartemen. Meskipun alarm serangan udara di Kiev berlangsung lebih dari tujuh jam, belum ada laporan korban jiwa yang signifikan.

Situasi di Medan Perang dan Kerugian Militer

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, menyatakan bahwa garis depan yang paling berbahaya masih berada di daerah Donetsk, khususnya arah Kurlachov. Di medan perang Kursk, pasukan Ukraina berhasil bertahan dan menyebabkan kerugian besar pada pasukan Rusia. Kepala staf militer Ukraina mengungkapkan rasio kerugian pasukan Ukraina terhadap Rusia sekitar 1 banding 6 atau 1 banding 7, meskipun angka ini masih diperdebatkan.

Media Ukraina melaporkan bahwa sejak 19 November 2024, pasukan Rusia mulai menarik peralatan berat dari garis depan secara besar-besaran, termasuk pesawat tempur dan sistem pertahanan udara. Penarikan ini dianggap sebagai upaya untuk melemahkan posisi Rusia dan memperkuat kekuatan api Ukraina, membuka kemungkinan serangan balik untuk merebut kembali posisi yang hilang.

Transformasi Operasi Militer Rusia

Baru-baru ini, sekolah-sekolah di 16 wilayah barat Rusia mulai melakukan pelatihan dan latihan pertahanan udara, menandakan transformasi dari “operasi militer khusus” menjadi aksi pertahanan teritorial. 

Zelensky, menekankan pentingnya tidak hanya bertahan, tetapi juga melakukan serangan balik yang kuat untuk meraih kemenangan.

Pada 25 November 2024, Kementerian Intelijen Ukraina merilis video yang menampilkan seseorang dengan aksen Inggris yang menyampaikan pesan yang dapat menggangu para pejabat tinggi Rusia, menambah dinamika kompleks konflik yang terus berkembang.

Kesimpulan

Konflik antara Rusia dan Ukraina terus menunjukkan tanda-tanda eskalasi yang dapat berdampak luas tidak hanya bagi kedua negara, tetapi juga bagi stabilitas regional dan global. Langkah-langkah tegas dari NATO dan dukungan kuat dari negara-negara seperti Inggris dan Prancis menunjukkan komitmen mereka untuk mendukung Ukraina, sementara ancaman dan tindakan Rusia tetap menjadi tantangan besar. Dengan potensi keterlibatan nuklir dan perubahan strategi militer, dunia kini berada di ambang keputusan penting yang akan menentukan masa depan perdamaian dan keamanan internasional.