EtIndonesia. Baru-baru ini, dua kabel komunikasi serat optik di bawah Laut Baltik di Nordik terpotong, diduga sebagai tindakan sabotase. Denmark telah mengawasi kapal Tiongkok ‘Yipeng-3’ yang berlabuh di perairan lepas pantainya.
Pada tanggal 26 November, Denmark menyatakan sedang bernegosiasi dengan Tiongkok mengenai kapal tersebut. Swedia ingin kapal dagang Tiongkok itu berpindah ke perairan Swedia untuk memudahkan penyelidikan negara tersebut.
Denmark dan Tiongkok Negosiasi tentang Kapal yang Diduga Merusak Kabel Bawah Laut Nordik 2
Jaringan Berita Televisi Nasional Denmark (DR) melaporkan pada Senin 25 November, Kementerian Luar Negeri Denmark mengonfirmasi bahwa mereka sedang berhubungan dengan Tiongkok.
Pada Senin (25 November) sore waktu setempat, Kementerian Luar Negeri Denmark dalam komentar tertulis kepada DR, untuk pertama kalinya mengonfirmasi bahwa Departemen sedang bernegosiasi dengan Tiongkok tentang kasus ini.
Departemen Luar Negeri Denmark menyatakan: “Kami sedang berdialog dengan negara-negara yang paling relevan dengan kasus ini, termasuk Tiongkok.”
Departemen menambahkan bahwa mereka tidak bisa memberikan detail apa pun tentang ‘dialog diplomatik’. Sumber yang mengetahui tentang negosiasi terkait mengatakan kepada DR dan media Swedia SV bahwa Denmark dan beberapa negara lain saat ini sedang dalam negosiasi intensif dengan Tiongkok untuk mendapatkan izin memeriksa kapal kargo Tiongkok yang berada di tengah Selat Kattegat.
Selama enam hari, Angkatan Laut Denmark secara tidak biasa menahan kapal kargo ‘Yipeng-3’ Tiongkok karena diduga merusak dua kabel bawah laut di wilayah Laut Baltik di Swedia. Seorang sumber utama Denmark mengatakan kepada DR bahwa kedua belah pihak juga membahas cara untuk mengatasi kebuntuan, termasuk apakah Tiongkok akan membolehkan otoritas Swedia mewawancarai awak kapal dan menyelidiki apakah kapal tersebut terlibat dalam dugaan sabotase kabel, yang sedang diselidiki oleh Swedia.
Menurut otoritas Swedia, kapal patroli ‘Poseidon’ Swedia sedang menunggu hasil negosiasi diplomatik di Selat Kattegat. Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson pada tanggal 25 November menyatakan bahwa Swedia berharap kapal dagang Tiongkok ‘Yipeng-3’ pindah ke perairan Swedia sebagai bagian dari penyelidikan kerusakan kabel komunikasi serat optik bawah laut di negara itu. Angkatan Laut Denmark pada tanggal 20 menyatakan sedang memantau ‘Yipeng-3’, mengingat posisi kapal di laut lepas, yang membatasi kemungkinan intervensi oleh otoritas Denmark.
Kapal Kargo Tiongkok ‘Yipeng-3’ Diduga Merusak Dua Kabel Bawah Laut, Perdana Menteri Swedia Harap Tiongkok Bekerja Sama dalam Penyelidikan
Kabel bawah laut Nordik 2 terputus, Swedia bergabung dengan Denmark untuk memantau kapal dagang Tiongkok. Dua kabel bawah laut di Laut Baltik Swedia, yang sebagian dipotong pada tanggal 17 dan 18 November lalu, dicurigai sebagai tindakan perang hibrida oleh Menteri Pertahanan Jerman Boris Pistorius dan Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock.
Polisi Swedia dan Finlandia telah memulai penyelidikan, dan pemerintah federal Jerman akan membantu penyelidikan tersebut.
Pejabat Eropa sebelumnya telah menyatakan kecurigaan mereka bahwa ‘tindakan sabotase’ ini berkaitan dengan invasi Rusia ke Ukraina; Kremlin telah mengecam komentar ini sebagai ‘absurd’ dan ‘lucu’.
Data dari situs pelacakan kapal menunjukkan bahwa kedua kabel tersebut dipotong ketika kapal kargo Tiongkok ‘Yipeng-3’ berada di dekatnya, meskipun tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa kapal tersebut terlibat dalam insiden tersebut.
‘Yipeng-3’ telah berlabuh di Selat Kattegat yang sempit antara Swedia dan Denmark sejak tanggal 19 November. Kementerian Luar Negeri Tiongkok telah menyangkal keterlibatan apa pun dalam insiden ini. Menurut polisi Swedia, ‘Yipeng-3’ sedang diselidiki karena telah berlayar dekat dengan lokasi yang diduga sebagai tempat sabotase.
Inspektur Polisi Per Engström mengatakan kepada media Swedia SVT minggu lalu bahwa pada waktu kejadian, kapal itu pernah berada dekat dengan kedua lokasi tersebut selama beberapa waktu. Inspektur polisi juga mengatakan kepada SVT bahwa tidak mungkin memaksa kapal untuk bersandar atau menghentikan pelayarannya.
Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson pada tanggal 26 menyatakan bahwa dia berharap kapal kargo Tiongkok yang saat ini tidak aktif di zona ekonomi Denmark berlayar ke Swedia. Menurut laporan media Swedia SVT, pihak Swedia telah melakukan kontak dengan kapal dan pihak Tiongkok, dan menyatakan harapan agar kapal tersebut berlayar ke perairan Swedia.
Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson pada Selasa (26 November) dalam konferensi pers menyatakan: Ini akan memungkinkan kerja sama yang lebih baik mengenai apa yang telah terjadi.
Ahli Denmark: Tidak mungkin Menahan Kapal dengan Kekuatan Militer, Bisa Picu Krisis Diplomatik
Andreas Bøje Forsby, peneliti senior di Institut Masalah Internasional Denmark (DIIS), menilai: “Jika Tiongkok pada akhirnya merasa terlalu sulit untuk mencapai kesepakatan tentang syarat-syarat penyelidikan dan melanjutkan pelayaran, hal itu bisa memicu krisis diplomatik. “
“Kapal ini sudah berhenti, dan orang-orang Swedia dan Denmark sangat ingin tahu apa yang terjadi,” kata peneliti senior yang meneliti hubungan Tiongkok dengan Barat: Jika orang Tiongkok bersikeras mengganggu penyelidikan oleh otoritas Denmark dan Swedia, itu akan sangat buruk.
Peneliti senior Andreas Bøje Forsby menyatakan bahwa informasi ini menunjukkan “pertarungan diplomatik yang rumit.” “Orang Tiongkok mungkin akan secara eksplisit menyatakan bahwa ini bukan tindakan warganya.”
“Pertanyaan selanjutnya adalah apakah Anda masih bisa meyakinkan orang Tiongkok untuk berkolaborasi menyelesaikan penyelidikan,” pungkasnya.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Tiongkok mengonfirmasi bahwa diskusi tentang ‘Yipeng-3’ sedang berlangsung. Menurut laporan Reuters, juru bicara Mao Ning menyatakan bahwa Tiongkok melalui saluran diplomatik sedang menjaga komunikasi yang lancar dengan semua pihak yang terkait dengan insiden tersebut. DR telah mencoba mendapatkan komentar dari perusahaan Tiongkok pemilik ‘Yipeng-3’ dan kedutaan besar Tiongkok di Denmark, tetapi mereka belum merespons permintaan DR. (jhn/yn)