Berbagai Virus Mengancam Tiongkok, Rumah Sakit di Beijing Kewalahan Hingga Kasus Kematian Mendadak Meningkat

ETIndonesia. Tiongkok kembali mengalami lonjakan wabah penyakit. Berbagai virus menyebar luas, membuat rumah sakit penuh sesak dan angka kematian meningkat. Warga menyebut virus baru ini lebih berbahaya, sementara pemerintah terus menutupi fakta yang sebenarnya.

“Semua harus berhati-hati, ada virus ‘raja racun’. Adenovirus sekarang disebut sebagai ‘raja racun’, jangan sampai kena,” kata seorang warga. 

Di banyak tempat seperti Beijing, Hebei, dan Shaanxi, rumah sakit dipenuhi antrean panjang. Tempat tidur di banyak rumah sakit kelas tiga di Beijing melebihi kapasitas.

“Lihat keadaan rumah sakit sekarang, penuh sesak dengan pasien. Dari anak-anak hingga orang tua, mulai dari usia delapan atau sepuluh tahun hingga delapan puluh atau sembilan puluh tahun,”  warga lainnya menambahkan. 

Selain COVID-19, berbagai virus lainnya juga menyebar di Tiongkok. Sekolah-sekolah di Fujian dan Zhejiang melaporkan infeksi massal, sementara beberapa sekolah dasar di Hubei ditutup karena wabah norovirus.

Sejumlah warga menduga adanya virus baru berdasarkan gejala yang mereka alami. “Belakangan ini, tidak tahu ada virus apa lagi. Saya tidak bisa menjelaskan, tetapi begitu terinfeksi, proses pemulihannya sangat sulit.”

Dengan terus meningkatnya jumlah kasus infeksi, kasus kematian mendadak juga melonjak di berbagai daerah, tetapi pemerintah tetap menutup-nutupi laporan yang sebenarnya. .

Setelah merebaknya virus corona baru di daratan Tiongkok, banyak terjadi kasus kematian mendadak akibat infark miokard dan infark otak. Fenomena ini kini telah menyebar ke kampus-kampus di daratan, dengan peningkatan jumlah mahasiswa yang meninggal mendadak. (Tangkapan layar Internet/sintesis Epoch Times)

Pada 11 November, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Tiongkok merilis laporan tentang infeksi COVID-19. Laporan itu menyebutkan bahwa pada  Oktober terdapat 57 kasus kritis baru dan enam kematian di seluruh negeri. Namun demikian, lagi-lagi angka ini diragukan banyak pihak.

“Hampir sama seperti COVID-19, pemerintah terus menyembunyikan kebenaran. Korban utamanya adalah anak-anak dan orang tua, dengan kasus serangan jantung atau stroke mendadak. Sekarang tidak peduli usia atau jenis kelamin, bahkan banyak anak muda berusia dua puluh hingga empat puluh tahun yang meninggal,” ujar seorang warga Nanyang, Henan, bernama Yang . 

Kematian mendadak sering terjadi di kampus-kampus di Tiongkok daratan. (Tangkapan layar Internet/sintesis Epoch Times)

Di sisi lain, banyak pejabat tinggi Partai Komunis Tiongkok (PKT) dilaporkan meninggal karena penyakit. Menurut data yang belum lengkap, sejak Oktober hingga saat ini, setidaknya 11 pejabat dari sektor propaganda PKT telah meninggal dunia. Mereka semua adalah anggota PKT, termasuk lima pejabat tingkat wakil menteri, seperti Jin Chongji, mantan Wakil Direktur Kantor Penelitian Dokumen PKT, dan Zheng Mengxiong, mantan Wakil Pemimpin Redaksi People’s Daily. Selain itu, juga ada wartawan CCTV berusia 46 tahun, Gu Guoning, serta Zhou Wei, yang berusia 60 tahun.

Pada awal merebaknya pandemi COVID-19, pendiri Falun Gong, Master Li Hongzhi, dalam artikel berjudul Rasional, telah memperingatkan bahwa wabah seperti “virus PKT” (pneumonia Wuhan) kedatangannya adalah dengan maksud – dengan tujuan. Ia adalah datang untuk menyingkirkan partikel partai jahat – orang yang berjalan bersama partai jahat PKT. 

Master Li Hongzhi juga menyarankan cara untuk menghindarinya: “Menjauhlah dari partai jahat PKT, jangan berdiri di pihak partai jahat, karena di belakangnya adalah iblis merah, perilaku permukaannya adalah berandal, bahkan berani melakukan segala kejahatan. Dewa akan mulai memberantasnya, dan mereka yang berdiri di pihaknya juga akan disingkirkan.” (Hui)