Perang Heboh: Ukraina Minta Rudal pada NATO, Trump Dekati Kim Jong Un, dan Rusia Siapkan Nuklir Satan II

EtIndonesia. Pada tanggal 27 November 2024, Komandan Jenderal Angkatan Bersenjata Ukraina menyampaikan pesan penting kepada para prajurit di garis depan. Dalam pidatonya, beliau menegaskan bahwa Ukraina tidak dapat terus bertahan dalam kondisi pertahanan semata dan menyerukan perlunya serangan balik untuk meraih kemenangan dalam konflik yang tengah berlangsung.

Penggunaan Senjata Canggih Ukraina di Medan Tempur

Beberapa blogger militer di platform X  membagikan video yang memperlihatkan tentara Ukraina menggunakan bom meluncur Hammer buatan Prancis. Senjata ini berhasil menghancurkan markas komando militer Rusia yang berada dekat perbatasan Kursk dan Sumy. Penggunaan Hammer menunjukkan peningkatan kapabilitas militer Ukraina dalam menghadapi serangan musuh.

Seruan NATO untuk Pengiriman Rudal Menengah

Media Xin Toutao melaporkan bahwa NATO telah menyerukan pengiriman rudal menengah dengan jangkauan antara 1.000 hingga 5.500 kilometer kepada Ukraina. Termasuk dalam permintaan tersebut adalah rudal Tomahawk, yang dimasukkan dalam Rencana Kemenangan NATO. Penyediaan rudal ini diharapkan dapat memperkuat posisi Ukraina dalam mempertahankan diri dan melakukan serangan balik yang efektif.

Ketegangan Nuklir antara AS dan Rusia

Rumor mengenai niat Amerika Serikat untuk mengembalikan senjata nuklir kepada Ukraina telah menimbulkan kekhawatiran serius di Rusia. Menurut Daily Mail, Presiden Vladimir Putin telah memerintahkan agar senjata nuklir Satan II yang raksasa disiapkan untuk pertempuran. Laporan dari televisi negara Rusia mengungkapkan bahwa mantan Menteri Luar Negeri Ukraina, Kuleba, menyatakan bahwa Putin tidak berminat untuk mencapai kesepakatan damai, sementara Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, juga tidak bersedia menyerahkan wilayah demi perdamaian.

Dinamika Internal Politik Amerika Serikat

Komentator politik Lan Shu mengungkapkan bahwa Presiden Donald Trump berencana meminta gencatan senjata menyeluruh antara Rusia dan Ukraina serta segera melakukan negosiasi begitu dia kembali ke Gedung Putih. Namun, Zelenskyy tidak mendukung gagasan ini dan berupaya memanfaatkan sisa waktu sekitar lima puluh hari sebelum Trump kembali untuk melancarkan serangan balik menyeluruh guna mencapai kemajuan militer yang signifikan. Pertanyaan kini muncul apakah pemerintah Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis akan mengizinkan langkah ini.

Pengangkatan John Kelly sebagai Duta Khusus Rusia-Ukraina

Trump mengumumkan pencalonan Jenderal John Kelly, sebagai Asisten Presiden serta duta khusus yang bertanggung jawab atas urusan Ukraina dan Rusia. Kelly sebelumnya mengajukan rencana kepada Trump untuk membekukan garis depan militer antara kedua negara dan mendorong kembali ke meja negosiasi. Langkah ini diharapkan dapat memberikan kepemimpinan yang kuat dari Amerika Serikat dalam memfasilitasi perjanjian damai.

Upaya Diplomatik dengan Korea Utara

Dua sumber yang mengetahui situasi tersebut mengungkapkan kepada Reuters bahwa tim Trump sedang mendiskusikan dialog langsung dengan Kim Jong Un. Tujuan dari dialog ini adalah untuk mengurangi risiko konflik bersenjata melalui upaya diplomatik. Beberapa anggota tim Trump menyarankan bahwa Trump sendiri yang harus berkomunikasi langsung dengan Kim Jong Un untuk mematahkan kebuntuan dan membangun kembali hubungan dasar.

Pertemuan Pertahanan Ukraina dan Korea Selatan

Pada hari yang sama, Menteri Pertahanan Ukraina, Umerov, memimpin delegasi khusus yang tiba di Seoul, Korea Selatan. Dalam pertemuan dengan Presiden Yoon Suk-yeol dan Menteri Pertahanan Korea Selatan, Kim Yong-hyun, mereka berbagi intelijen militer terkait ancaman dari Korea Utara. Pemerintah Korea Selatan menyatakan akan berkoordinasi dengan Amerika Serikat dalam menghadapi ancaman dari Rusia dan Korea Utara, sementara dukungan senjata kepada Ukraina akan bergantung pada tingkat kerjasama militer antara Korea Utara dan Rusia.

Posisi Prancis terhadap Imunitas Perdana Menteri Israel

Lan Shu menyoroti pernyataan terbaru dari Prancis yang meminta dipertimbangkan status kekebalan Perdana Menteri Israel, Netanyahu. Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Noel Barrot, menyatakan bahwa meskipun ada perintah penangkapan internasional, Prancis tetap akan bekerja sama erat dengan pemerintah Israel. Prancis menegaskan bahwa kekebalan Netanyahu sebagai pemimpin negara asing harus dihormati sesuai hukum internasional, sambil tetap berkomitmen pada keadilan internasional dan kerjasama dengan Pengadilan Pidana Internasional.

Kondisi Gencatan Senjata antara Israel dan Hizbullah

Israel dan  Hizbullah tengah mengadakan negosiasi gencatan senjata. Namun, pada tanggal 27 November 2024, Israel menuduh Hizbullah melakukan tindakan yang merusak gencatan senjata. Pasukan Pertahanan Israel (IDF) melaporkan adanya pelanggaran perjanjian gencatan senjata dengan penembakan kendaraan yang diduga membawa ekstremis ke zona terlarang di selatan Lebanon. Juru bicara IDF, Jenderal Muda Haggai, menegaskan bahwa setiap tindakan yang melanggar perjanjian akan dihalau dan dibalas dengan tembakan. Sementara itu, delegasi Mesir diperkirakan akan mengunjungi Israel untuk memediasi perjanjian gencatan senjata di Gaza, menunjukkan dorongan kuat untuk negosiasi damai di wilayah tersebut.

Serangan Udara AS di Suriah dan Irak

Militer Amerika Serikat melancarkan serangan udara terhadap kelompok militan yang bersekutu dengan Iran di wilayah Suriah. Serangan ini merupakan respons terhadap dugaan serangan oleh kelompok bersenjata setempat terhadap pangkalan militer AS, yang mengakibatkan kekacauan dan kematian tiga personel militer AS di Yordania. 

Pusat Komando AS melaporkan bahwa serangan tersebut menargetkan fasilitas penyimpanan senjata dan sedang melakukan penilaian kerusakan pertempuran untuk menentukan cakupan serangan. Saat ini, pasukan AS di Suriah mencapai sekitar 900 orang dan di Irak sekitar 2.500 orang, yang bertugas menjaga stabilitas serta mencegah serangan dari kelompok ekstremis.

Kesimpulan

Hari ini menggambarkan dinamika kompleks dalam hubungan internasional dan konflik militer yang melibatkan berbagai negara besar seperti Ukraina, Rusia, Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Prancis. Seruan untuk serangan balik oleh Ukraina, dukungan militer dari NATO, serta upaya diplomatik dari Amerika Serikat menunjukkan bahwa situasi global tetap tegang dan penuh tantangan. Upaya perdamaian melalui negosiasi dan gencatan senjata di berbagai front menunjukkan keinginan dunia internasional untuk mengakhiri konflik, namun hambatan politik dan militer masih menjadi penghalang utama.