EtIndonesia. Di tengah peningkatan pembatasan eksporĀ Tiongkok ke AS dan eskalasi perang dagang AS-Tiongkok yang meningkatkan kekhawatiran, Wakil Menteri Perdagangan Malaysia Liew Chin Tong pada Senin (2/12) menyatakan bahwa Malaysia telah mengimbau perusahaan Tiongkok untuk tidak menggunakan negaranya sebagai basis untuk “mengganti label” produk guna menghindari tarif AS.
Malaysia memainkan peran penting dalam industri semikonduktor, menyumbang 13% dari global tes dan pengemasan, pada saat perusahaan chip Tiongkok memindahkan kebutuhan perakitan ke luar negeri, Malaysia diyakini memiliki kapasitas untuk meraih lebih banyak bisnis di industri ini.
Liew Chin Tong mengatakan: “Selama kurang lebih setahun terakhir ini, saya telah menyarankan banyak perusahaan dari Tiongkok, jika mereka hanya mempertimbangkan mengganti label produk mereka di Malaysia untuk menghindari tarif AS, jangan berinvestasi di Malaysia.”
Dia tidak menjelaskan secara spesifik industri apa yang terlibat oleh perusahaan Tiongkok tersebut. Liew Chin Tong menyebutkan bahwa, baik di bawah pemerintahan Demokrat atau Republik, ekonomi terbesar di dunia ini akan mengenakan tarif, seperti yang terlihat dalam industri panel surya.
Tahun lalu, pemerintahan Biden mengenakan tarif pada produk surya dari Vietnam, Thailand, Malaysia, dan Kamboja, dan memperluas cakupan tarif tersebut pada Oktober tahun ini setelah aduan dari produsen Amerika. Negara-negara ini memiliki pabrik luar negeri milik perusahaan surya asal Tiongkok.
Departemen Perdagangan AS pada hari Jumat (29/11) menerbitkan hasil penyelidikan awal yang menunjukkan bahwa produk surya impor dari Asia Tenggara dijual di AS dengan harga di bawah biaya produksi, sehingga mengusulkan tarif hingga 271% untuk mencegah persaingan yang tidak sehat. Ini menandai kemenangan lain bagi produsen panel surya AS, yang menyatakan bahwa impor murah ini merugikan bisnis mereka dan melemahkan investasi pemerintah yang ditujukan untuk membina rantai pasokan domestik. Hasil awal dari penyelidikan terpisah yang diterbitkan hampir dua bulan yang lalu oleh Departemen Perdagangan AS menunjukkan bahwa persaingan tidak sehat dari impor surya dari Asia Tenggara disebabkan oleh subsidi pemerintah.
Penyelidikan AS ini dipicu oleh petisi yang diajukan pada bulan April oleh US Solar Manufacturing Trade Committee, yang mewakili perusahaan termasuk First Solar Inc., Hanwha Qcells USA Inc., dan Mission Solar Energy LLC. Keputusan final dari dua penyelidikan perdagangan ini diharapkan pada April tahun depan, dan tarif awal yang diusulkan mungkin akan disesuaikan, dinaikkan, diturunkan, atau sepenuhnya dicabut berdasarkan hasil penyelidikan.
Presiden terpilih AS, Donald Trump (Trump), telah mengancam untuk mengenakan tarif tambahan 10% terhadap semua impor Tiongkok pada tanggal 20 Januari saat ia dilantik. (jhn/yn)